Konten dari Pengguna

Prodi Pendidikan Matematika UMS, Tingkatkan Rasa Cinta Tanah Air di Malaysia

Pengabdian UMS
Berita Universitas Muhammadiyah Surakarta, Dikelola oleh Humas UMS lt. 3 Gedung Induk Siti Walidah, Email : [email protected]
11 September 2024 12:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pengabdian UMS tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tim Program Studi (Prodi) Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Program Pengabdian Kepada Masyarakat - Kemitraan Internasional (PKM-KI) di Sungai Buloh, Malaysia. Dok Humas UMS
zoom-in-whitePerbesar
Tim Program Studi (Prodi) Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Program Pengabdian Kepada Masyarakat - Kemitraan Internasional (PKM-KI) di Sungai Buloh, Malaysia. Dok Humas UMS
ADVERTISEMENT
SURAKARTA - Dalam upaya menumbuhkan semangat cinta tanah air dan kebanggaan terhadap warisan budaya untuk anak-anak Indonesia yang tinggal di luar negeri, Tim Program Studi (Prodi) Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Program Pengabdian Kepada Masyarakat - Kemitraan Internasional (PKM-KI) di Sungai Buloh, Malaysia.
ADVERTISEMENT
Pengabdian dengan tema “Program Peningkatan Cinta Tanah Air Indonesia melalui Pembelajaran Matematika Terintegrasi Permainan Tradisional” itu bekerja sama dengan Sanggar Bimbingan (SB) Sungai Buloh, Malaysia, yang diketuai oleh Naufal Ishartono, Ph.D., serta beranggotakan : Nuqthy Faiziyah, M.Pd.; Adi Nurcahyo, M.Pd., selaku dosen ; dan Fayza Putri Chalistha selaku mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika UMS.
Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah siswa-siswa Sanggar Bimbingan Sungai Buloh. Pengabdian ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika sekaligus menanamkan kecintaan pada budaya bangsa melalui permainan tradisional.
"Pengabdian ini mengintegrasikan 3 permainan tradisional yaitu congklak, benthik, dan engklek ke dalam pembelajaran matematika," papar Fayza Putri Chalistha saat diwawancarai pada Jumat, (6/9).
Fayza juga menerangkan, siswa diajak belajar matematika dengan menyenangkan melalui pengalaman bermain yang melibatkan konsep bilangan matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pola.
ADVERTISEMENT
Dia berharap permainan yang diberikan dapat mengajarkan kerja sama dan strategi, anak-anak tidak hanya meningkatkan keterampilan berhitung tetapi juga memperoleh pengetahuan tentang akar budaya mereka.
Di samping memperkuat kemampuan matematika, jelas Fayza, program ini juga memperkenalkan sejarah dan filosofi di balik permainan tradisional Indonesia. Misalnya melalui benthik, siswa-siswa diajak untuk memahami konsep penjumlahan, kelipatan, bilangan ganjil, dan bilangan genap secara interaktif, sekaligus belajar tentang nilai kebersamaan dan kerjasama dalam tim yang tercermin dalam permainan tersebut.
Pengajar Sanggar Bimbingan Sungai Buloh, Cikgu Yus, mengemukakan bahwa metode ini merupakan metode belajar matematika yang menyenangkan dalam pembelajaran.
“Program ini sangat-sangat membantu dalam pembelajaran matematika sehingga siswa-siswa dapat belajar matematika dengan cara yang menyenangkan sekaligus siswa dapat bermain permainan dari Indonesia, karena saya sendiri masih belajar bagaimana cara belajar matematika yang menyenangkan. Semoga program ini bisa terus dilanjutkan,” ungkap Cikgu Yus.
ADVERTISEMENT
Program tersebut mendapatkan antusiasme yang tinggi dari siswa-siswa SB Sungai Buloh. Mereka merasa senang karena tidak hanya belajar matematika, tetapi juga bermain sambil mengenal budaya Indonesia.
"Seronok lah Cikgu dapat berhitung sambil bermain, nak main lagi lah," ujar salah satu siswa SB Sungai Buloh. Siswa-siswa lain juga merasakan hal serupa, di mana mereka tetap bisa merasa dekat dengan Indonesia meskipun tinggal di luar negeri.
Melalui program ini, anak-anak Indonesia yang tinggal di luar negeri diharapkan tidak hanya menguasai matematika, tetapi juga mengenal, menghargai, dan melestarikan warisan budaya Indonesia, di manapun mereka berada. (Yusuf/Humas)