Apa Itu SBN? Ini Pengertian dan Jenisnya

Ilustrasi Apa Itu Sbn, Foto: Unsplash/lerbank.

Apa itu SBN? SBN adalah salah satu surat berharga yang digunakan untuk investasi. Sebagai salah satu pilihan investasi yang aman dan menguntungkan, SBN menarik perhatian berbagai kalangan, mulai dari individu hingga institusi keuangan.

Dalam dunia investasi, khususnya pasar modal, SBN memiliki peran penting karena menawarkan imbal hasil tetap serta jaminan keamanan yang tinggi, mengingat pembayaran pokok dan bunganya dijamin oleh negara.

Pengertian SBN

Ilustrasi Apa Itu Sbn, Foto: Unsplash/niphon.

Dalam dunia investasi SBN tentu sudah tidak asing lagi. Namun, apa itu SBN? Dikutip dari buku Manajemen Investasi: Teori dan Praktik karya Anake Nagari (2024: 206), SBN atau Surat Berharga Negara adalah instrumen keuangan yang diterbitkan oleh pemerintah suatu negara sebagai bentuk pinjaman dari masyarakat untuk membiayai kebutuhan anggaran negara, seperti pembangunan infrastruktur, program sosial, dan lainnya.

SBN menjadi salah satu pilihan investasi yang populer karena menawarkan tingkat keamanan yang tinggi dijamin oleh negara serta memberikan imbal hasil tetap atau berbasis syariah, tergantung jenisnya.

SBN dirancang tidak hanya untuk investor institusional, tetapi juga untuk individu melalui produk ritel seperti Obligasi Negara Ritel (ORI) dan Sukuk Ritel. Dengan berinvestasi dalam SBN, masyarakat tidak hanya memperoleh keuntungan finansial tetapi juga turut serta mendukung pembangunan nasional.

Jenis-Jenis SBN

Ilustrasi Apa Itu Sbn, Foto: Unsplash/niphon.

Berikut adalah jenis-jenis SBN yang bisa dipilih:

1. Surat Berharga Negara (SBN) Konvensional

SBN konvensional adalah jenis surat berharga yang dikelola secara umum oleh pemerintah, dengan keuntungan bagi investor berupa suku bunga tetap yang dibayarkan negara. Terdapat dua jenis SBN konvensional yang ditawarkan, yaitu:

SBR adalah instrumen investasi SBN yang dirancang khusus untuk investor individu atau ritel. Keuntungan yang diperoleh berasal dari kupon (bunga) yang ditawarkan. Berbeda dengan obligasi lainnya, SBR tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

Pemerintah menerbitkan SBR sebagai salah satu cara membiayai anggaran negara. Nilai pembelian minimum sebesar Rp1 juta, dengan suku bunga mengambang. Instrumen ini memiliki tenor sekitar dua tahun, namun investor dapat mencairkan dana lebih awal jika diperlukan.

ORI adalah obligasi negara yang diterbitkan untuk masyarakat sebagai bentuk pinjaman dana guna membiayai kebutuhan negara. Tidak seperti SBR, ORI dapat diperdagangkan di pasar sekunder, memungkinkan investor mendapatkan keuntungan tambahan dari hasil penjualan.

Nilai pembelian minimum adalah Rp 1 juta, dengan bunga tetap. Tenor yang ditawarkan sekitar tiga tahun, dan dana tidak dapat dicairkan lebih awal.

2. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

SBSN atau surat berharga syariah negara adalah instrumen yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ajaran Islam. Keuntungan yang diperoleh berupa bagi hasil (nisbah), sehingga tidak menggunakan konsep bunga. Ada dua jenis utama SBSN, yaitu:

Sukuk Tabungan adalah instrumen investasi syariah serupa dengan SBR, namun dikelola berdasarkan prinsip Islam. Dana yang diinvestasikan hanya digunakan untuk pembiayaan proyek yang sesuai dengan syariah.

Instrumen ini tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Nilai pembelian minimum sebesar Rp 1 juta dengan tenor dua tahun. Namun, investor dapat mencairkan sebagian dana sebelum jatuh tempo jika diperlukan.

Sukuk Ritel adalah surat berharga berbasis syariah yang diterbitkan negara. Dana yang dihimpun akan dikelola untuk pembiayaan sektor yang halal.

Keuntungan bagi hasil menjadi dasar akad instrumen ini. Sukuk Ritel memiliki nilai pembelian minimum Rp1 juta dengan tenor tiga tahun, dan dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

Baca Juga: DPP: Pengertian, Jenis-Jenis, dan Cara Menghitung Pajak Ini

Jadi, apa itu SBN? SBN adalah instrumen investasi yang diterbitkan oleh pemerintah sebagai salah satu cara untuk mendapatkan dana dari masyarakat guna membiayai kebutuhan anggaran negara. (Umi)