Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Arti Stereotip dan Jenis-jenisnya
4 Oktober 2023 12:03 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Pengertian dan Istilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Menurut KBBI, arti stereotip adalah konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat.
ADVERTISEMENT
Mungkin kamu sering mendengar ungkapan "orang etnis Tionghoa itu pelit,", "orang Batak itu kasar", "orang Sunda itu lemah lembut", dan sejenisnya. Nah, ini semua termasuk dalam contoh stereotip.
Untuk memahami arti stereotip lebih baik, kamu bisa simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.
Pengertian Stereotip
Stereotip adalah penilaian kaku kepada seseorang yang dibuat berdasarkan prasangka sendiri. Stereotip dapat muncul melalui proses kognitif ketika satu individu dihakimi berdasarkan kelompoknya.
Mengutip buku Kompetensi Interpersonal dalam Organisasi karya Kaswan, orang-orang mengandalkan stereotip dengan alasan kognitif. Stereotip dengan sederhana bekerja memahami orang.
Dengan stereotip, seseorang dapat mengetahui informasi orang yang baru ditemuinya melalui kelompok orang tersebut.
Namun, stereotip ini bisa bersifat keliru. Pasalnya, tidak setiap individu memiliki karakteristik yang persis dengan kelompoknya.
ADVERTISEMENT
Menilai seseorang berdasarkan prasangka juga rentan menimbulkan kecurigaan dan perpecahan.
Jenis-jenis Stereotip
Berikut beberapa jenis-jenis stereotip yang sering ditemukan di masyarakat.
1. Stereotip Gender
Stereotip gender adalah persepsi yang terlalu disederhanakan terhadap seseorang berdasarkan jenis kelaminnya. Hal ini mencakup pembuatan asumsi tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pria atau wanita.
Stereotip gender telah menjadi salah satu jenis stereotip yang paling berbahaya sepanjang sejarah. Hingga awal abad ke-20, banyak perempuan yang tidak diperbolehkan memilih atau berpartisipasi dalam berbagai profesi karena prasangka mengenai kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik.
Saat ini, prasangka gender terus merugikan baik laki-laki maupun perempuan. Seringkali, perempuan ditolak untuk mendapatkan pekerjaan karena takut mereka akan berhenti setelah menikah.
ADVERTISEMENT
Banyak laki-laki yang juga didiskriminasi jika mereka memilih profesi yang bersifat feminin seperti perawat dan make up artist.
2. Stereotip Ras dan Etnis
Stereotip etnis atau ras adalah prasangka terhadap orang berdasarkan rasnya (kulit hitam, putih, Asia, dll) atau etnis (Hispanik, penduduk asli Amerika, Pashtun, dll.).
Dalam sejarah, masyarakat Barat pernah salah dalam memandang orang kulit putih sebagai ras yang lebih cerdas dan menciptakan stereotip yang berbahaya dan negatif tentang orang kulit hitam yang ‘kejam’.
Demikian pula, banyak orang tua konservatif yang mungkin ingin anaknya menikah dengan seseorang yang rasnya sama dengan mereka. Prasangka ini dapat menghalangi orang lain untuk merasakan cinta sejati dan kebahagiaan.
3. Stereotip Kelas Sosial
Stereotip mengenai masyarakat kelas pekerja telah melekat pada diri mereka selama berabad-abad, sehingga dapat menghalangi mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang baik atau akses terhadap kesejahteraan.
ADVERTISEMENT
Masyarakat kelas pekerja sering dipandang oleh kelas kaya sebagai orang yang kotor, tidak berpendidikan, dan kasar. Oleh karena itu, seseorang dengan pembawaan kelas pekerja mungkin akan dinilai berdasarkan stereotip ini, bukan keahliannya.
Namun ada juga stereotip mengenai orang kaya. Mereka dilihat sebagai orang yang sombong dan tidak peduli. Hal ini dapat menyebabkan seseorang memiliki prasangka buruk terhadap seorang dermawan kaya yang ingin berbuat baik dan membantu orang lain.
4. Stereotip Umur
Ageism adalah stereotip yang menganggap orang lanjut usia tidak berdaya dan kehilangan kecerdasan. Stereotip berdasarkan usia memunculkan asumsi bahwa orang tua tidak mampu beradaptasi dengan kehidupan modern.
Ageism juga memandang anak muda tidak mampu apa-apa semata-mata karena usianya. Ini biasanya melibatkan sikap merendahkan orang-orang yang berusia akhir belasan atau awal 20-an dengan asumsi bahwa mereka naif atau tidak kompeten.
ADVERTISEMENT
(DEL)