Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kultur Hustle pada Generasi Z: Ambisi, Tekanan, dan Pencarian Makna
1 September 2023 10:56 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Pengetahuan Umum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di tengah laju perubahan zaman yang semakin cepat, muncul sebuah fenomena yang meresap kuat di kalangan pemuda, khususnya Generasi Z : kultur hustle. Gabungan antara ambisi, tekanan sosial, dan dorongan teknologi, kultur hustle telah mendefinisikan ulang arti sukses dan bagaimana cara mencapainya di era digital saat ini.
ADVERTISEMENT
Dengan latar belakang yang begitu kompleks, ada baiknya mendalami bagaimana kultur ini mempengaruhi cara hidup, aspirasi, serta tantangan yang dihadapi oleh Gen Z .
Latar Belakang Kultur Hustle
Kultur hustle telah menjadi fenomena global di kalangan anak muda, khususnya Generasi Z. Fenomena ini merujuk pada etos kerja yang gigih, di mana seseorang terus-menerus mendorong diri untuk mencapai lebih banyak, bekerja lebih keras, dan selalu berada dalam mode "on".
Menurut Thompson dalam buku The Rise of the Hustle Culture (2021), kultur hustle tak hanya didorong oleh keinginan untuk sukses, namun juga oleh tekanan ekonomi dan sosial untuk selalu tampil sempurna di era digital.
Dorongan Teknologi dan Media Sosial
Generasi Z tumbuh di era digital dengan akses tak terbatas ke informasi dan eksposur konstan terhadap prestasi orang lain melalui media sosial . Media sosial memainkan peran penting dalam mempengaruhi persepsi anak muda tentang apa yang dianggap sukses.
ADVERTISEMENT
Melalui media sosial, melihat rekan-rekan sebayanya meraih pencapaian atau menjalani gaya hidup mewah dapat memunculkan tekanan untuk selalu berkinerja di level tertinggi.
Dampak pada Kesejahteraan Mental
Meski kultur hustle mampu memotivasi beberapa orang untuk berinovasi dan bekerja keras, ada juga dampak negatif yang ditimbulkan. Dalam buku Mental Health in the Age of Overachievement oleh Kingston (2023), hal tersebut dapat menyebabkan kelelahan, stres, dan bahkan gangguan kesehatan mental.
Akibatnya, banyak individu Gen Z merasa terjebak dalam siklus yang tak ada habisnya dari pekerjaan tanpa ada waktu untuk istirahat atau refleksi.
Mencari Keseimbangan
Dalam menghadapi tekanan dari kultur hustle, banyak individu Gen Z mulai mencari keseimbangan antara bekerja keras dan menjaga kesejahteraan diri. Dalam The Quest for Work-Life Harmony oleh Mitchell (2022), dijelaskan bagaimana generasi ini mencoba untuk menemukan makna dan tujuan dalam pekerjaan tanpa mengorbankan kesehatan mental mereka.
ADVERTISEMENT
Solusi dengan melakukan berbagai aktivitas seperti meditasi, digital detox, dan gerakan slow living semakin populer di kalangan Gen Z. Ini adalah bentuk respons terhadap tekanan kultur hustle.
Kesimpulan
Selain mendorong inovasi dan etos kerja yang luar biasa, kultur hustle juga membawa tantangan tersendiri bagi Generasi Z. Di tengah tekanan untuk selalu berprestasi, penting bagi generasi ini untuk menemukan keseimbangan dan menghargai diri sendiri tidak hanya berdasarkan pencapaian, tetapi juga kesejahteraan dan kebahagiaan mereka.