Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Indonesia Memiliki Kekayaan Laut Yang Melimpah, Namun Mengapa Nelayan Miskin?
10 Juni 2024 16:58 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Penta aji Purnama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia dengan wilayah laut terbesar, luasnya 70% merupakan laut dengan potensi ekonomi melimpah akan sumber daya perikanan, rumput laut, dan hasil laut lainnya. Negara ini bisa dipastikan memiliki sumber kekayaan laut terbesar. Sayangnya realita tak seindah pantun cinta. Kurang dari 14,58 juta jiwa atau sekitar 90% dari 16,2 juta nelayan di Indonesia belum berdaya secara ekonomi maupun politik, dan berada di bawah garis kemiskinan (Anwar dan Wahyuni, 2019). Luasnya laut dan isinya ini tidak cukup untuk menciptakan kesejahteraan. Benang-benang kusut rasanya menjadi jarum yang dijahit setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Perkembangan pembangunan di Indonesia, diketahui dengan munculnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Hal ini khususnya menjadi tantangan bagi Masyarakat pesisir, yaitu (1) Persentase tingkat kemiskinan masyarakat pesisir yang tinggi. (2) Maraknya perbuatan kerusakan dan eksploitasi sumber daya pesisir. (3) Lunturnya norma dan nilai-nilai budaya lokal. (4) Rendahnya integritas dan kemandirian organisasi sosial diwilayah pesisir, dan (5) Minimnya sarana seperti infrastruktur dan unit kesehatan di lingkungan pemukiman nelayan yang masih terbelakang(Prayuda, 2019). Kondisi diatas sangat memprihatinkan dan harus ditindak lanjuti secara tepat. Pemerintah berperan besar dalam memfasilitasi nelayan Indonesia.
Alasan lain kemiskinan terjadi pada masyarakat pesisir karena mereka kurang pemahaman. Mereka sering kali di kelabui oleh tengkulak sehingga harga penjualan ikan yang merosot. Mereka sering menjual ikan dengan harga murah ke penduduk asing. Hal tersebut menimbulkan masalah serius yang mengarah pada kemiskinan penduduk pesisir. Kurangnya inovasi dan strategi pemasaran yang tepat membuat hal ini terjadi terus-menerus. Perlu adanya pemahaman bagi masyarakat pesisir untuk dapat mengukur tingkat keberhasilan dalam penjualan yang mereka lakukan. Peran pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat pesisir sangat ditunggu untuk membangun masa depan nelayan yang lebih maju.
ADVERTISEMENT
Di tengah era teknologi saat ini, dijelaskan bahwa pada dasarnya teknologi dapat mengkorelasikan kehidupan nyata atau fisik, digital modern serta biologi yang mengubah pola interaksi manusia secara fundamental (Prayuda,2019). Hal itu mengakibatkan setiap negara didunia dituntut untuk dengan cepat merespon perubahan era digitalisasi. Dalam hal ini, perkembangan teknologi dapat memberikan peluang besar dalam mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat pesisir. Perkembangan industri budidaya perikanan juga dapat memberikan peluang besar untuk berkontribusi dalam aspek pengembangan perekonomian nasional
Inovasi teknologi dapat berpengaruh pada perkembangan dan jika dilakukan tanpa perancangan dapat merugikan. Perlunya dilakukan pelatihan yang mudah dipahami dan dilaksanan untuk terus mendorong masyarakat pesisir guna menghadapi kemajuan teknologi. Dalam pelaksanaan terdapat kendala yang dihadapi masyarakat pesisir dalam menerapkan teknologi budidaya perikanan, yaitu kurangnya kurangnya prasarana yang memadai, minim akses modal dan kesempatan untuk terlibat dalam rantai produksi global. Hal ini mengakibatkan terhambatnya pemerataan globalisasi di wilayah pesisir. Minimnya hal tersebut menghambat kemajuan ekonomi negara dan menciptakan kemiskinan masyarakat secara terstruktur. Perkembangan budidaya perikanan justru dapat memberikan pengaruh besar untuk menciptakan bisnis yang bersaing dan menambah penyerapan tenaga kerja baru. Perlunya dukungan yang seimbang untuk dapat menciptakan sektor perikanan yang mampu bersaing bukan hanya pembangunan perikanan secara nasional namun juga secara global, yakni dengan cara peningkatan efisiensi, keamanan pangan, jaminan mutu, nilai tambah dan produktivitas yang baik (Prayuda, 2019).
ADVERTISEMENT