Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Inovasi, Kreasi dan Keprofesian Diri Dengan Nafas Islam
18 Maret 2024 15:59 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Muhammad Yusuf Muda Azka Siregar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahun 1258 M menjadi awal dari keruntuhan mercusuar ilmu pengetahuan sekaligus batu sandungan dalam peradaban Islam di Baghdad. Adalah dihancurkannya perpustakaan Bayt al-Hikmah pada masa Khalifah al-Musta’sim oleh orang-orang Mongol dari suku Barbar yang dipimpin oleh Hulagu Khan, cucu dari Jengis Khan.
ADVERTISEMENT
Namun keruntuhan tersebut dapat dibangkitkan kembali lewat kehadiran Kesultanan Turki Ustmani hingga 1924, yang artinya memasuki babak abad ke-20. Tak jauh dari tahun-tahun tersebut terlahir Sumpah Pemuda, Indonesia merdeka dan lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Untuk HMI tepatnya tahun 1947, dua tahun pasca kemerdekaan dan di masa agresi militer di Yogyakarta.
Rentetan secuil cerita di atas setidaknya memberikan gambaran bahwa HMI tak terlepas dari gerak sejarah yang pelik dengan irisan peradaban Islam. Peradaban yang memiliki fase hingga di usia HMI ke-77 tahun ini. Tinggal menunggu waktu 23 tahun maka HMI akan genap satu abad usianya.
Tidak tahu pasti berapa jumlah kader HMI secara keseluruhan di tahun 2024 ini, namun menurut bilangan universitas, jumlah cabang keseluruhan, ditambah adanya beberapa cabang istimewa luar negeri. Dapat dipastikan jumlah kader HMI ada diangka ratusan ribu bahkan menyentuh juta. Dari jumlah yang cukup banyak itu sekiranya kaderisasi HMI telah menyiapkan banyak insan-insan akademis, pencipta, pengabdi yang benafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Kaderisasi HMI sejalan dengan nafas pendidikan yang dibangun sehingga menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menyebutkan, “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar serta proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Nilai-nilai yang termuat di dalam asas tujuan dan undang-undang sisdiknas atau sistem pendidikan Indonesia itulah sekiranya dapat menjadi bentuk implementasi kader. Implementasi ini perlu di zaman 4.0 menuju 5.0 yang mengacu lebih kepada pola inovasi, kreasi dan bagaimana kelak hal-hal yang dilakukan selama ber-HMI mampu menunjang keprofesian kader di dunia yang profesional.
Berinovasi Lewat Pengalaman
ADVERTISEMENT
Suatu lembaga, institusi atau organisasi bisa berkreasi jika para anggotanya telah terlatih secara mandiri dalam proses berpikir, dan inovasi akan muncul jika ide saling dipertukarkan. Gita Wirjawan lewat podcastnya bersama Prof. Klaus Schwab, menyebutkan ada empat hal titik pertumbuhan inovasi dalam hal ini Produk Domestik Bruto (PDB) negara. Pertama, pembangunan infrastruktur yang merata; kedua, adanya investasi di bidang pendidikan; ketiga, tata kelola pemerintahan yang baik; dan keempat, daya saing yang tinggi.
Indonesia sebagai negara dengan angka PDB yang masih jauh tertinggal dari beberapa negara Asia Tenggara. Patut memusatkan perhatiannya pada poin investasi pendidikan sebab selaras dengan proses pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk kemajuan suatu negeri. SDM inilah yang kelak menjawab mengenai fakta populasi usia produktif yang akan mendominasi guna menunjang keprofesian diri dari banyaknya lulusan sarjana.
ADVERTISEMENT
Masih bersalingkait, sekiranya analisis poin di atas akan lebih dispesifikkan ke dalam suatu organisasi yakni HMI. Sejak awal berdiri, HMI selalu terkoneksi dengan negara, seperti pada masa agresi militer Belanda. Kader HMI bernama Ahmad Tirtosudiro kala itu memiliki ide untuk bergabung ke dalam satuan Tentara Keamaan Rakyat (TKR) kemudian melahirkan Corps Mahasiswa (CM).
Sejak masa 1947 ketika adanya salah satu kader HMI yang akhirnya mendapatkan pangkat berbintang. Dalam rentang waktu yang cukup panjang hingga kini, HMI telah banyak melahirkan Guru Besar sampai dengan Profesor. Dari pengusaha sampai pelopor dunia pendidikan. Artinya tak kurang inovasi yang dimunculkan dalam menjawab berbagai tantangan global. Dan patut menjadi perhatian serius terutama bagi kader HMI Cabang Jakarta Raya.
ADVERTISEMENT
Melansir dari sebuah studi FDI Global Bloomberg tahun 2022, Jepang yang pernah dibombardir oleh bom Amerika di Hiroshima dan Nagasaki. Berhasil memimpin pasar negara maju dalam hal penarik infrastruktur berupa kemampuan penelitian dan pengembangan serta adopsi teknologi sejak dini. Serta sumber daya manusia yang memanfaatkan keterampilan teknologi yang tersedia secara luas dan produktivitas yang tinggi (bloomberg.com diakses 13 Maret 2024).
Dua tawaran atas peristiwa tersebut guna mendorong laju inovasi ialah infrastruktur berupa bangunan utuh tempat kader bernaung untuk melangsungkan kegiatan dan pengadaan perpustakaan yang berbasis inklusifitas agar mudah diakses oleh seluruh kader di bawah naungan HMI Cabang Jakarta Raya. Dua tawaran ini merespon bahwa Jepang bisa bangkit dari keterpurukan tidak terlepas dari adanya dua instrumen; perpustakaan dan museum.
ADVERTISEMENT
Kemudian inovasi selanjutnya, ruh perjuangan HMI yang senantiasa dinafasi dengan Islam. Tidak hanya bercermin dalam realitas Jakarta dengan ke-metropolitan-nya sehingga menjauhkan jati diri kader dari kegiatan yang bersifat keagamaan. Sebab instrumen intelektual Barat yang kerap mengandalkan rasio dan empiris, akan lemah jika tidak ditambahkan dengan instrumen spritualitas dari jati diri seorang kader.
Beberapa tawaran di atas adalah harapan guna melahirkan masyarakat cita yang hadir lewat pengalaman langsung dari diri penulis. Suatu perubahan besar yang ingin dicanangkan tak terlepas dari kemenangan-kemenangan kecil berupa pekerjaan rumah yang mesti terlebih dahulu dipenuhi. HMI Cabang Jakarta Raya agaknya masih memiliki pekerjaan rumah demikian sehingga perlu daya dobrak agar kemajuan kader dapat teriringkan lewat laju kemajuan kota Jakarta.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya berdasarkan beberapa instrumen, agar kader bisa mengkreasikan gagasannya. Inovasi yang hendak dilakukan tak terlepas dari peran teknologi. Teknologi dengan segala kecanggihannya memuat banyak sekali informasi dan pola-pola untuk mempromosikan suatu kegiatan positif atau penyalur dari alam pikiran yang kerap didiskusikan lewat meja-meja kopi.
Selain teknologi hendaknya keprofesian kader bisa terbangun pelan-perlahan yakni lewat start-up yang bisa dibangun lewat basis mahasiswa-mahasiswi yang memiliki konsen di dunia ekonomi berkelanjutan. Serta adanya suatu wadah yang menampung segala macam konsentrasi guna menunjang potensi kader agar terasah dan terarah.
Implementasi Lewat Dunia Profesi
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 merilis ada sekitar 190,98 juta jiwa usia produktif dengan rentang usia 15-64 tahun. Dari jumlah tersebut pangsa pasar untuk dunia kerja akan menjadi problematika bagi suatu negara, dalam hal ini Indonesia jika pertumbuhan penduduk tidak seimbang dengan penyediaan lapangan kerja.
ADVERTISEMENT
Mengapa harus seimbang? Sebab keseimbangan ini akan menghasilkan pemerataan menuju kesejahteraan. Di sini penulis hendak memperhadapkan dunia profesi dengan pola organisasi untuk berinovasi menumbuhkan potensi keprofesian kader lewat sistem kaderisasi. Sistem kaderisasi yang dimaksud ialah yang terdapat di dalam HMI. HMI dengan kawah candradimukanya tentu memiliki segudang ilmu pengetahuan dan praktik-praktiknya.
Bagi kader HMI, membaca adalah hal wajib. Menulis adalah imbas dari proses pengkaryaan, dan terpenting adalah bagaimana mengasah nalar kritis untuk berdialektika mengenai beragam persoalan. Di sanalah setiap kader akan terbentuk dalam merancang pemikiran yang tersistematis. Selain itu, ada dua kapasitas yang mesti dimiliki oleh seorang kader pasca ia berorganisasi di HMI.
Kemampuan itu yakni soft skill dan hard skill. Dalam pengertiannya, soft skill ialah sesuatu yang muncul dari proses kebiasaan, sifat dan nilai yang melekat pada diri seseorang. Hal ini mengacu ke ranah kecerdasan emosional (EQ). Suatu proses kebiasaan yang terbangun dengan baik di dunia HMI, akan menjadi bekal pasca seseorang tersebut merambah ke dunia profesional.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya hard skill, yakni kemampuan yang dapat diukur dan berkenaan dengan kemampuan intelengensi (IQ). Kemampuan ini didapatkan lewat pembelajaran akademik selama kader mengenyam jenjang pendidikan. Hal ini senada dengan HMI yang mendorong kepada segenap kadernya agar mampu berdiri di atas bidang keilmuan masing-masing. Dan sekiranya itulah daya tawar agar inovasi, kreasi dan dunia keprofesian ini mampu terimplementasikan dengan nyata.