Konten dari Pengguna

Kepemimpinan: Adaptasi Dan Rekonstruksi HMI

Muhammad Yusuf Muda Azka Siregar
Mahasiswa Magister Hukum UPN Veteran Jakarta - Kader Himpunan Mahasiswa Islam.
8 Maret 2024 18:18 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Yusuf Muda Azka Siregar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok. Pribadi dalam Temu Majelis KAHMI Nasional, 2023.
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Pribadi dalam Temu Majelis KAHMI Nasional, 2023.
ADVERTISEMENT
HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) emas 2047 mendatang telah menjadi sebuah sikap optimisme dari pemimpin cum nahkoda pengurus besar. Demisioner Ketua Umum PB HMI (2021-2023) Raihan Ariatama di masa kepengurusannya, bahkan pernah mengemukakan misi agar HMI mampu menyongsong menjadi HMI emas di 2047. Selaras dengan tujuan dari republik ini yakni Indonesia Emas tahun 2045.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentu menjadi kabar baik, harapan masyarakat cita, dan kesesuaian dengan narasi bonus demografi. Per tahun 2024, setidaknya masih ada waktu enam tahun dari sekarang yang diperlukan menuju puncak awal bonus demografi di tahun 2030. Namun apakah HMI benar-benar akan mampu mencapai harapan itu dengan sikap adaptasi dan transformasi yang dilakukan. Atau malah sebaliknya, menjadi bentuk ketakmampuan.
Dalam HMI ada poin mengenai “manajemen”—termaktub menjadi materi wajib KMO (Kepemimpinan, Manajemen dan Organisasi). Kemudian diselaraskan berdasarkan anggaran dasar HMI pasal 9 bagian fungsi; “HMI berperan sebagai organisasi kader.” Makna kader tak hanya sekelompok orang yang ditempa secara terus menerus sebagai tulang punggung organisasi untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Melainkan juga merujuk ke sosok individu manusianya.
ADVERTISEMENT
“Manusia” dan Adaptasi
Manusia sebagai makhluk termulia di muka bumi tentu memiliki kecerdasan sebab adanya akal. Oleh karena adanya kecerdasan manusia pun bertumbuh dengan banyak julukan seperti homo faber, homo sapiens, zoon politicon, dan homo ekonomikus. Namun seiring dengan berjalannya waktu, manusia modern saat ini dapat disebut dengan homo administraticus serta organization man.
Adalah mahluk sosial yang dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan saling berinteraksi sebagaimana yang disebutkan oleh Aristoteles dengan istilah zoon politicon. Siagian berlain lagi, ia berpendapat bahwa manusia memiliki naluri bermasyarakat, berorganisasi dan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Dan bagian yang kompleks ialah sifat tak pernah puas yang menjadikan manusia sebagai aset berharga sekaligus sumber masalah.
Salah satu hasil ciptaan manusia modern dan bentuk bahwa manusia telah mampu beradaptasi yakni terciptanya organisasi dengan keberagaman. Keberagaman yang dimaksud kuantitasnya tidak primordial dan terpusat oleh satu kelompok semata. Melainkan berbagai kelompok dari berbagai keterwakilan untuk bisa saling bekerjasama mencapai tujuan-tujuan yang mulia. Termasuk HMI dengan basis keislaman dan kebangsaannya.
ADVERTISEMENT
Parameter keberhasilan adaptasi merujuk pada sosok manusia lain, yakni ‘pemimipin’ sebagai penggerak suatu organisasi. Pemimpin tidak hanya mesti membekali diri dengan kemampuan intelektual juga kemampuan manajerial dan kebijaksanaan dalam menetapkan suatu kebijakan--kekinian.
Dalam suatu organisasi, pemimpin merupakan faktor yang menentukan tercapai atau tidaknya tujuan organisasi. Maka begitu, menuju HMI Emas 2047 diperlukan pemimpin yang memiliki kepribadian yang kuat dan baik untuk membangun sebuah organisasi dan menjalankannya agar tetap eksis.
Gordon Allport berpendapat bahwa kepribadian mampu membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu pemimpin tersebut. Lebih detailnya, Allport menjelaskan mengenai kepribadian yaitu bagian yang terorganisir secara dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas.
ADVERTISEMENT
Perlu diulik, ternyata kepribadian terbagi ke dalam beberapa poin: a.) Mentality yaitu situasi mental yang dihubungkan dengan kegiatan mental; b.) Personality yaitu sebuah totalitas karakter personal; c.) Individuality yaitu sifat khas yang menyebabkan seseorang mempunyai sifat berbeda dari orang lain; dan d.) Identity yaitu sifat kedirian sebagai suatu kesatuan dari sifat-sifat mempertahankan dirinya terhadap sesuatu dari luar.
Pada akhirnya manusia yang beradaptasi adalah manusia yang tidak tergerus oleh arus perkembangan globalisasi. Ia mampu berkolaborasi, tidak ekslusif melainkan inklusif. Sebagai kader sikap inklusif dan melek terhadap dengan teknologi menjadi kunci utama untuk membuka kran kemajuan suatu organisasi. Sebab tahun 2030 Indonesia akan diisi oleh generasi-Z yang notabene adalah kita sebagai anak muda.
ADVERTISEMENT
Rekonstruksi atau Transformasi
HMI merupakan organisasi yang memiliki manajemen sangat kompleks. Di dalam HMI segala aktivitas yang berkaitan dengan organisasial diatur secara terperinci di konstitusi HMI. Sebagai organisasi besar, tak dipungkiri bahwa HMI telah melahirkan calon pemimpin yang unggul, bahkan telah menjadi pemimpin.
Kader HMI ialah aset yang berharga bagi HMI sendiri, karena dari kader inilah tujuan-tujuan HMI akan dicapai. Mengingat fungsi HMI sebagai organisasi kader, maka seluruh aktivitas harus dapat memberikan ruang dan kesempatan untuk mengembangkan kualitas pribadi setiap anggota-anggotanya sebagai kader.
Untuk bergabung ke dalam HMI syaratnya cukup dua; mahasiswa dan beragama Islam. Secara tidak langsung, tidak sembarang orang yang bisa ikut bergabung dan menjadi kader. Seperti yang diketahui bahwa entitas kader HMI adalah ‘mahasiswa’ yang berperan sebagai kaum cendekia terpelajar yang sudah dipersiapkan oleh masing-masing perguruan tingginya menjadi seorang penerus dengan sebuah keahlian untuk membantu membangun peradaban bangsa.
ADVERTISEMENT
Kemudian yang menjadi pertanyaan agar HMI emas 2047 tidak sekadar menjadi sloganistik belaka. Setelah kader dikatakan sudah mampu beradaptasi, apakah pilihannya adalah rekonstruksi atau transformasi? Jika rekonstruksi, maka dibutuhkan pembangunan ulang sistem manajerial keorganisasian HMI dalam arti luas. Maksudnya perlu dirumuskan kembali dan diberikan fleksibilitas yang tidak kaku.
Atau pilihannya adalah transformasi, yakni dibutuhkan perubahan dari akar-akarnya. Memangkas yang sudah tidak relevan di zaman gegap gempita teknologi ini. Sebab acuan transformasi juga merujuk ke standardisasi manusia berkualitas. Salah satu aspek yang disebutkan oleh Ibnu Khaldun adalah manusia berkualitas tersebut agar bangsa bisa menuju ke suatu puncak peradabannya.
Konklusi dari pilihan di atas tidak bisa berlepas diri dari kelima kualitas insan cita sesuai tujuan HMI. HMI telah mempersiapkan pemimpin yang ideal tersebut dengan cakupan kecerdasan yang kompleks. Kecerdasan pemimpin tersebut yang mestinya dimiliki terbagi menjadi tiga, yaitu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ).
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA:
Amsyah, Zulkifli. 1997. Manajemen Sistem Informasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Jalaludin. 1996. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Pradiansyah, Arvan. 2003. You are a leader: menjadi pemimpin dengan memanfaatkan potensi terbesar yang anda miliki : kekuatan memilih!. Jakarta: Elek Media Komputindo.
Siagian, Sondang P. 2003. Filsafat Administrasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Siagian, Sondang P. 2012. Fungsi-fungsi Manajerial Edisi Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sitompul, Agus Salim. 2008. 44 Indikator kemunduran HMI Suatu Kritik dan Koreksi Untuk Kebangkitan Kembali HMI (50 Tahun Pertama HMI 1947-1997). Jakarta: CV Misaka Galiza.