Konten dari Pengguna

Rijal: Kisah Anak Perajin Gong Berhenti Sekolah di Usia Muda

Abdullah Syamil Iskandar
Alumni Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Memiliki latar belakang yang kuat di bidang fotografi, khususnya foto jurnalistik. Tentu sangat antusias tentang dunia visual, terutama fotografi.
13 Mei 2024 8:46 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdullah Syamil Iskandar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Temen-temen biar nyambung bacanya bisa baca cerita sebelumnya "Foto Cerita perajin terakhir "Gong Factory" di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat" biar nyambung :) terimakasi.
ADVERTISEMENT
Di balik sibuknya kegiatan industri pembuatan alat musik tradisional gong, terdapat cerita yang mengharukan tentang seorang anak bernama Rijal. Rijal adalah anak dari seorang perajin gong yang mengabdikan hidupnya di "Gong Factory," pabrik pembuatan gong yang sudah berdiri sejak berabad-abad lalu. Ayahnya tersebut bernama Acang.
Namun, tak seperti anak-anak seusianya yang masih bersemangat mengejar ilmu dan bermain di bangku sekolah, Rijal memilih untuk menghentikan pendidikannya di usia yang sangat muda, tepatnya ketika ia berada di kelas 3 Sekolah Dasar. Keputusan ini bukanlah tanpa alasan, melainkan sebuah keputusan sulit yang diambil Rijal untuk membantu kelangsungan hidup keluarganya.
Rijal bermain disekitar pabrik gong, Pancasan, Bogor, Minggu, 10 Mei 2023. Abdullah Syamil Iskandar
Ayah Rijal, seorang perajin gong yang berbakat namun hidupnya penuh dengan tantangan. Pendapatannya dari pekerjaannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Untuk mendapatkan penghasilan tambahan, ayah Rijal memanfaatkan barang-barang bekas di sekitarnya dan mengubahnya menjadi barang yang berguna, yang kemudian dijual kembali untuk mendapatkan upah tambahan. Dalam kondisi seperti ini, Rijal merasa bertanggung jawab untuk membantu ayahnya, meskipun itu berarti harus mengorbankan pendidikannya.
ADVERTISEMENT
Hari Minggu, 10 Mei 2023, rencana pengambilan gambar kegiatan di "Gong Factory" harus dibatalkan karena jumlah perajin yang hadir kurang. Hal ini disebabkan oleh absennya dua perajin yang memiliki urusan lain sehingga tidak bisa hadir. Saat itu, yang hadir hanya Pak Acang dan Pak Hidayat. Pak Acang tiba lebih awal karena jarak rumahnya ke pabrik sangat jauh, sehingga ia harus berangkat lebih pagi agar tiba tepat waktu di pabrik.
Kebetulan, saat itu Rijal ikut ayahnya ke pabrik dan bertemu dengan saya. Kami sudah cukup sering bertemu sebelumnya, jadi saat bertemu, Rijal menyapa saya dengan tangan kanan terangkat sambil berkata "EH SI AA" Saya pun membalas sapaan Rijal. Rijal adalah anak yang periang dan sangat tertarik dengan kamera, namun juga pemalu ketika kamera diarahkan padanya.
ADVERTISEMENT
Ketika saya sedang duduk di kursi ruang tamu pabrik, tiba-tiba Rijal masuk dan teriak "A liat!" Sejenak, saya tertawa melihat tingkah Rijal yang mengenakan pakaian dari kantong plastik warna hitam. Tidak berlama-lama karena ingat bahwa Rijal pemalu ketika ada kamera, saya pun mengeluarkan kamera hape dan mengambil beberapa foto sambil tertawa melihat tingkah lucu Rijal.
Rijal mengenakan pakaian dari kantong plastik warna hitam, Pancasan, Bogor, Minggu 10 Mei 2023. Abdullah Syamil Iskandar
Rijal bermain dengan anjing Husky peliharaan Krisna, Pancasan, Bogor, Minggu 10 Mei 2023. Abdullah Syamil Iskandar
Saya bertanya, "Kenapa bajunya diganti, jal?" Rijal menjawab, "Baju Rijal lagi dicuci oleh Pak Bos (Pak Krisna)." Ternyata, baju Rijal sedang dicuci oleh Pak Krisna sambil menunggu perajin datang. Tidak hanya itu, tingkah lucu Rijal tidak berhenti di situ. Setelah baju Rijal sudah kering dan sudah ganti baju, saya melihat ada alat cukur rambut di meja, entah milik siapa. Dengan inisiatifnya, Rijal mengambil alat cukur tersebut dan langsung berkata, "Pak, rambutnya Rijal sini!" Semua orang yang ada di sana ikut tertawa melihat tingkah kocak Rijal.
ADVERTISEMENT
Rijal mencukur rambut ayahnya, Pancasan, Bogor, Minggu 10 Mei 2023. Abdullah Syamil Iskandar
Karena pagi itu tidak jadi untuk mengambil gambar kegiatan di "Gong Factory," saya memutuskan untuk ikut Pak Acang dan Rijal mampir ke rumahnya, karena saya penasaran seberapa jauh jarak dari pabrik ke rumahnya. "Pak Aceng syamil ikut ya ke rumah" dengan senang hati pak Aceng menjawab "Oh boleh, sebentar saya ngumpulin barang bekas dulu".
Setelah mengumpulkan barang bekas, kami bertiga langsung menaiki angkot menuju Cibereum. Selama perjalanan, Rijal asyik menghabiskan es cincaunya, sementara saya mengambil gambar dan ngobrol dengan Pak Acang. Saya bertanya, "Pak, besok Rijal tidak ikut ke pabrik ya? Karena besok hari Senin, dia harus masuk sekolah." Pak Acang menjawab, "Tidak A, Rijal tidak sekolah." Saya pikir mungkin besok ada libur, jadi saya hanya menghiraukannya saja.
Rijal (kanan) asyik menghabiskan es cincaunya dan Pak Aceng (tengah) , Pancasan, Bogor, Minggu 10 Mei 2023. Abdullah Syamil Iskandar
Ternyata jarak yang ditempuh dari pabrik ke rumah memakan waktu kurang lebih 25 menit, cukup jauh, dan ongkosnya per orang 5 ribu. Setiba di rumah, saya disambut oleh istri Pak Acang dan tetangga. Istri Pak Acang memberi saya kue untuk dinikmati sambil ngobrol. Seketika Pak Acang dengan antusias menunjukkan kepada saya hasil boneka yang beliau buat dari kayu bekas.
Pak Acang memperlihatkan salah satu karya yang beliau buat menggunakan kayu bekas yang ada di sekitar rumahnya di halaman rumahnya, Cibereum, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, Minggu, 10 Mei 2023. Abdullah Syamil Iskandar
Pak acang bilang "boneka dinosaurus a ini (sambil tertawa)" boneka yang dibuat dengan mengukir kayu bekas. Boneka kayu ini terpajang di salah satu sudut ruang di rumahnya, tetapi, Pak Acang tidak menjual boneka ini. Sebaliknya, dijadikannya sebagai gantungan koleksi topi yang digunakan saat bekerja di pabrik. Sedangkan Rijal langsung bermain sama kawan rumahnya, ke luar rumah.
ADVERTISEMENT
Setelah memperlihatkan salah satu bonekanya, Pak Acang berkata, sambil membuat saringan pasir dari tali rafia dan kayu bekas "Si Rijal berhenti sekolah, nih." Saya bertanya, "Kenapa, Pak? Bukankah saat ini sekolah bisa gratis?" Pak Acang menjawab, "Iya, sekolahnya gratis, tapi biaya untuk keperluannya saya tidak bisa penuhi untuk membeli seragam, buku, dll." Saya menanyakan lagi, "Rijal berhenti di kelas berapa, Pak?" Pak Acang menjawab, "Kelas tiga A. Yang penting, si Rijal sudah bisa membaca dan menulis."
Tiba-tiba Rijal masuk ke rumah mengambil minum dan kemudian rebahan diantara saya dan Pak Acang. Karena ini menurut saya momen yang menarik saya ambil beberapa gambar.
Pak Acang (kiri) membuat saringan pasir dan Rijal (kanan), Cibereum, Bogor, Minggu 10 Mei 2023. Abdullah Syamil Iskandar
Selama saya mampir ke rumah Pak Acang, beliau memperlihatkan aktivitas saat pabrik tidak sedang memproduksi. Karena keahlian para perajin gong dalam membuat kerajinan tangan, Pak Acang handal dalam memanfaatkan barang bekas di sekitarnya untuk dijadikan barang berguna. Seperti boneka dan saringan pasir dirumahnya yang akan dijual dihargai dengan 20 ribu per buah, ditemani istrinya sebagai ibu rumah tangga dan Rijal.
ADVERTISEMENT
Ketika sore hari tiba, istri Pak Acang memanggil Rijal, "Jall, ambilkan air!" Saya bertanya, "Air apa, Bu?" Istri Pak Acang menjawab, "Air untuk mandi dan mencuci piring." Saya menjawab, "Oh, jadi di rumah ini tidak ada aliran air?" "Iya, jadi setiap hari Rijal mengambil air dengan jerigen dan ember dari rumah tetangga yang memiliki pompa air." jawab istri Pak Acang.
Rijal membawa air bersih menggunakan ember dan jerigen, Cibereum, Bogor, Minggu 10 Mei 2023. Abdullah Syamil Iskandar
Sehabis Rijal mengambilkan air bilang ke saya "A fotoin aku sama ayam aku dong" sambil tertwa saya jawab "boleh foto di dalem ya sama bapak ibu biar barengan"
Rijal bermain dengan ayamnya, Cibereum, Bogor, Minggu 10 mei 2023. Abdullah Syamil Iskandar
Karena sudah mendekati magrib saya izin pamit dan sebelum saya pulang saya meminta berfoto bersama Pak Acang dan keluarga di depan rumah.
ADVERTISEMENT
Pak Acang dan Keluarga berpose di depan rumah , Cibereum, Bogor, Minggu 10 mei 2023. Abdullah Syamil Iskandar
Sebelum pulang, saya berpamitan kepada Pak Acang dan keluarganya sambil mengucapkan, "Terima kasih Pak sudah mengizinkan saya ikut ke rumah dan semoga rejeki Pak Acang lancar." Setelah itu, saya kembali ke pabrik menggunakan angkot yang sama seperti sebelumnya.
Hikmah dari cerita ini adalah betapa pentingnya bersyukur bagi kita yang masih dapat menikmati pendidikan dari jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas/kejuruan, bahkan hingga tingkat sarjana. Kita seharusnya menghargai kesempatan tersebut, mengingat masih ada anak-anak yang terpaksa berhenti sekolah karena terkendala biaya pendidikan. Hal ini mengingatkan kita untuk tidak menganggap remeh akses pendidikan yang kita miliki dan mendorong kita untuk berkontribusi dalam upaya menjadikan pendidikan lebih merata dan terjangkau bagi semua orang.
ADVERTISEMENT