Tekan Emisi, Pertamina Gandeng ExxonMobil Kembangkan Teknologi Rendah Karbon

Pertamina
Official Account PT Pertamina (Persero)
Konten dari Pengguna
2 November 2021 18:59 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pertamina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penandatanganan nota kesepahaman kerja sama Pertamina dan ExxonMobil dalam penerapan teknologi rendah karbon dan Carbon Capture and Utilization and Storage (CCUS). Foto: Pertamina
zoom-in-whitePerbesar
Penandatanganan nota kesepahaman kerja sama Pertamina dan ExxonMobil dalam penerapan teknologi rendah karbon dan Carbon Capture and Utilization and Storage (CCUS). Foto: Pertamina
Sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk melakukan transformasi bisnis ke arah green economy, Pertamina mengejar target Pemerintah dalam pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29 persen pada 2030 dengan usaha sendiri dan 41 persen dengan bantuan internasional.
Melalui semangat itu, Kementerian BUMN juga telah memperkenalkan kebijakan berkelanjutan yaitu “Gaya Hidup Ramah Lingkungan (Eco Lifestyle)”. Kebijakan tersebut bertujuan untuk menciptakan tempat yang lebih baik bagi masa depan generasi Indonesia melalui inisiatif energi hijau.
Kementerian BUMN pun terus mendorong Pertamina untuk melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk perusahaan global dalam pengembangan teknologi Carbon Capture and Utilization and Storage/CCUS.
"Kolaborasi CCUS ini merupakan langkah untuk mewujudkannya. Kemitraan ini sangat penting untuk mengurangi efek gas rumah kaca dan meningkatkan kapasitas produksi gas minyak nasional," ujar Menteri BUMN, Erick Thohir.
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, mengapresiasi dan mendukung upaya tersebut dengan mendorong kerja sama Pertamina dan ExxonMobil dalam penerapan teknologi rendah karbon dan CCUS. Kolaborasi tersebut akan memperkuat kemitraan strategis yang berkelanjutan antara Pertamina dan ExxonMobil yang telah terjalin sejak 1970-an di sektor hulu dan juga di sektor hilir beberapa waktu lalu.
“Peluang yang dikaji kedua perusahaan di Indonesia, kombinasi dari kebijakan pemerintah yang tepat dan kolaborasi industri akan berpotensi memberikan dampak yang luar biasa di sektor-sektor yang menyumbang emisi tertinggi, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Asia Tenggara,” ujarnya.
Penandatanganan nota kesepahaman kerja sama Pertamina dan ExxonMobil dalam penerapan teknologi rendah karbon dan Carbon Capture and Utilization and Storage (CCUS). Foto: Pertamina
Menko Luhut menegaskan, dalam rangka menghadapi perubahan iklim global, sangat penting untuk mengambil langkah-langkah pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) demi mengatasi peningkatan suhu global agar tidak melebih 1,5 derajat Celcius.
Dalam kaitan pengurangan emisi, di sektor hulu, Pertamina telah menginisiasi beberapa proyek CCUS pada lapangan migas dengan potensi pengurangan karbon dioksida hingga 18 juta ton. Salah satu pengembangan teknologi CCUS dilakukan di Lapangan Gundih, Cepu, Jawa Tengah yang terintegrasi dengan teknologi Enhanced Gas Recovery (EGR). Proyek yang rencananya akan beroperasi pada 2016 ini berpotensi mengurangi sekitar 3 juta ton CO2 dalam 10 tahun, sekaligus dapat meningkatkan produksi migas.
“Penerapan teknologi CCUS merupakan bagian dari agenda transisi energi menuju energi bersih yang tengah dijalankan Pertamina. Teknologi rendah karbon ini akan mendukung keberlanjutan bisnis Pertamina di masa depan,” ujar Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati.
Tantangan dalam pengembangan CCUS terletak pada nilai investasi yang besar dan nilai keekonomian yang belum ideal. Dalam menjawab tantangan ini, Pertamina terus melakukan sinergi dan kerja sama dengan berbagai perusahaan migas dunia sehingga dapat mengakselerasi implementasi CCUS melalui transfer technology, joint development dan peningkatan capacity building.
Bersama ExxonMobil, Pertamina akan mengembangkan penerapan teknologi rendah karbon untuk mencapai emisi net-zero dalam mempromosikan global climate goals. Teknologi CCS diaplikasikan melalui penerapan proses injeksi CO2 ke dalam lapisan subsurface untuk diterapkan pada depleted reservoir di wilayah kerja Pertamina, serta mengkaji potensi skema hubs and cluster.
Pertamina dan ExxonMobil juga akan mengkaji terkait berbagi data technical subsurface yang diperlukan untuk penilaian subsurface formation sebagai tempat menyimpan CO2 dan karakteristik di lokasi tertentu di Indonesia. Kedua perusahaan akan mengkaji terkait berbagi data infrastruktur termasuk data pipa, fasilitas dan sumur untuk mengevaluasi penggunaan ulang infrastruktur yang ada untuk transportasi
Aplikasi teknologi ini juga dapat diterapkan pada produksi blue hydrogen yang di kombinasikan teknologi CCS. Aplikasi lainnya yang akan dikaji adalah CCUS, yaitu pemanfaatan CO2 yang akan diubah menjadi produk bernilai tambah dan penerapannya dilakukan di industri hulu dan hilir migas.
Untuk itu, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati; dan President ExxonMobil Indonesia, Irtiza H. Sayyed; telah menandatangani nota kesepahaman yang disaksikan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, Luhut Binsar Panjaitan; Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto; Menteri BUMN, Erick Thohir; beserta Wakil Menteri BUMN, Pahala N. Mansury; dan Menteri ESDM, Arifin Tasrif; Senin (1/11) pada KTT Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa di Glasgow, Skotlandia, yang berlangsung 1-10 November 2021.