Cerita Kera Pesugihan yang Memakan Tumbal

Konten dari Pengguna
13 Maret 2020 20:15 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrai pesugihan kera. Foto: harapanrakyat
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrai pesugihan kera. Foto: harapanrakyat
ADVERTISEMENT
“Uuk-aak, uuk-akk, uuk akk,” suara tersebut terdengar saat mbah Darjo salah satu dukun ternama di Ngujang, Tulungagung memberikan 2 kera dalam kandang jeruji berwarna emas kepada Ahmad. Tidak seperti kebanyakan hewan primata kecil yang disuguhi pisang atau kacang, tetapi kali ini bunga 7 rupa yang berada di tempat makan kandang tersebut.
ADVERTISEMENT
“Mbah itu kembangnya buat apa?” tanya Ahmad sambil menerima kandang dari Mbah Darjo.
“Kamu kasih makan kera ini dengan bunga itu, jangan sampai lupa,” ujarnya.
Ahmad terdiam sambil merenung “Kera mana yang sukanya makan bunga, tapi biarlah yang penting kekayaan akan datang sedikit lagi,” pikir Ahmad.
Hari itu tepat di Selasa Wage ia melakukan perjanjian kepada makhluk gaib berupa pesugihan untuk mendapat kekayaan secara instan. Setelah pulang dari dukun, ia lantas menyediakan kamar khusus untuk meletakkan kera sesuai persyaratan yang diberikan Mbah Darjo.
Ahmad duduk di lantai memandangi 2 kera yang ia bawa dengan saksama. Punya hidung kecil, kulit berbulu, mata coklat seperti kera pada umumnya, ia masih belum menemukan perbedaan kera pesugihan ini dengan kera lain. Lantas istrinya, masuk ke dalam kamar itu dengan bingung.
ADVERTISEMENT
“Pak sudah aku buat iklan lowongan pekerjaan, tapi ada tidak ya yang mau untuk menjaga kera,” tanya Bu Ahmad.
“Ada pasti, tenang bu banyak orang yang butuh pekerjaan saat ini, terlebih lagi dengan gaji yang besar,” jelas Ahmad.
***
Setahun berlalu sejak perjanjian Ahmad dengam Mbah Darjo di Ngujang. Saat ini keluarga Ahmad dikenal sebagai orang terkaya di daerahnya dengan rumah mewah dan mobil yang berjejer di garasi. Tidak ada yang tahu jika semua kekayannya didapat dari hasil pesugihan.
Pagi itu, Bu Ahmad membuka pintu gerbang menyambut kedatangan pekerja baru untuk mengurusi hewan peliharan. Surya, pelamar yng berasal dari Pariangan, Sumatera Barat ini terlihat tersenyum saat melihat Bu Ahmad. Ia senang karena mendapat pekerjaan dengan gaji yang besar, terlebih lagi ia sedang merantau untuk membiayai keluarga di kampung.
ADVERTISEMENT
“Tugas kamu mudah hanya jaga hewan peliharan kera dan anjing saya, beri makan dan bersihkan kandang setiap pagi dan sore,” jelasnya.
Bu ahmad pun tidak lupa menunjukkan ruang rahasia di mana 2 kera pesugihan berada.
“Kemarin kamu bilang sering berurusan dengan primata seperti ini kan? Jadi tidak ada masalah kalau mengurus kera saya kan?” tanya Bu Ahmad.
“Iya, di kampung saya sudah biasa Bu mengurus kaya gini, ular pun saya pernah,” ucapnya.
“Kalau begitu tolong kamu bersihkan kandangnya setiap pagi dan sore menjelang maghrib, namun ada satu larangan buat kamu. Jangan sesekali untuk memukul kera saya,” ujar Bu Ahmad.
Surya mendengarkan peraturan di rumah tersebut dengan saksama.
***
Hari ini tepat sebulan Surya bekerja di rumah Pak Ahmad. Rasanya situasi hari ini sungguh berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Saat asyik membersihkan kandang anjing di luar rumah tiba-tiba terdengar suara kera yang saling menyahut seperti sedang bertengkar. Lantas Surya buru-buru menuju kamar khusus untuk mengecek kondisi kera tersebut.
ADVERTISEMENT
“Monyet ini, mencari gara-gara saja!” kata Surya dengan marah.
Tidak lama kandang tersebut dibuka oleh Surya yang berniat untuk memisahkan. Namun apa yang terjadi si kera malah mengigit tangan Surya dan tidak mau dilepas. Sontak ia mengambil gagang sapu dekat pintu dan menghantam kepala kera dengan keras.
Ia lupa akan larangan yang diperintahkan Bu Ahmad untuk tidak memukul kera. Tiba-tiba angin menderap kaca jendela dengan sangat kencang. Saat itu juga ia melihat 2 sosok tinggi besar dengan tanduk di kepala. Dadanya bedegap kencang hingga keringat dingin membasahi tubuh Surya. Kedua kera tetap menyerang Surya dengan ganasnya. Hingga ia merasa lemah karena darah yang mengalir terus menerus.
Seketika Surya mengingat omongan tetangga Pak Ahmad terkait penjaga hewan yang tidak pernah bertahan lama, hanya sebulan kemudian selalu dibilang balik ke kampung asal. Dengan matanya yang setengah tertutup menahan tangis ia melihat Pak Ahmad berdiri bersama istrinya.
ADVERTISEMENT
“Ini sudah korban ke-12, apa tetap kita lanjutkan Pak?” tanya Bu Ahmad
“Lanjut, Ibu mau kita jatuh miskin,” katanya.
Tidak lama telepon Bu Ahmad berdering
“Iya benar, kamu hanya bertugas menjaga anjing dan kera saya di rumah. Gaji Rp 30 juta per bulan, besok bisa langsung datang,” tutup Bu Ahmad di telepon.
Sebelum menutup matanya Surya menyadari jika ia dijadikan tumbal pesugihan oleh keluarga tersebut.