Konten dari Pengguna

Cerita Lahirnya Petaka dari Pesugihan Bayi Bajang

3 April 2020 14:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi praktik pesugihan bayi bajang. Foto: Aditia Noviansyah/ kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi praktik pesugihan bayi bajang. Foto: Aditia Noviansyah/ kumparan.
ADVERTISEMENT
Yono hanya mundar-mandir di ruang tamu dengan sebatang rokok di tangannya. Wajahnya terlihat resah, mulutnya tak henti menggerutu. Tita, istrinya, hanya mengelus-ngelus bayi yang berusia 7 bulan yang sedang meringkung di dalam kandungannya.
ADVERTISEMENT
“Sudah, jangan dipikirkan lagi. Rezeki sudah ada yang ngatur,” Tita mencoba menenangkan.
Kalimat yang diucapkan dengan lemah lembut itu dibalas dengan bentakan yang mengejutkan Tita. Meski begitu, is tetap mewajari apa yang dilakukan Yono karena hal tersebut sudah dilakukan berkali-kali jika Yono sedang marah.
“Kamu jangan ikut campur! Mana ngerti kamu urusan kaya gini? Kalau perusahaan yang akun bangun ternyata tidak berjalan baik, kita yang ikut miskin,” bentak Yono lalu pergi ke luar rumah.
Yono marah karena baru saja mendapat kabar bahwa perusahaan saingannya yang sama-sama bergerak di bidang pengembangan aplikasi kesehatan dilirik oleh investor yang rela menyuntikkan dana dalam jumlah besar. Ia merasa sakit hati karena investor tersebut pernah menolak permintaannya untuk berinvestasi di perusahaan yang sedang ia rintis.
ADVERTISEMENT
Kini, perusahaan miliki Yono sedang dalam keadaan yang tidak baik. Ia tidak memiliki cukup uang untuk tetap bertahan dan mengembangkan perusahaannya. Hal itu diperparah dengan ketatnya persaingan di antar pengembang, dan pastinya ada salah satu pihak yang harus menerima reputasi buruk karena kualitasnya di atas rata-rata, salah satunya perusahaan Yono ini.
Setengah mati Yono mencari celah untuk mendapatkan kucuran dana, dan banyak sekali orang-orang yang ia temui untuk dimintai tolong. Hanya saja semua itu berujung penolakan dan penolakan.
“Kau kenapa tidak mencoba pesugihan saja?” tanya Ijan, teman dekatnya.
“Kau meminta aku untuk melakukan hal seperti itu, bisa dibilang gila aku,” jawab Yono.
“Gila tapi banyak uang, Bukannya itu yang kita lakukan selama ini? Kau sudah membangun perusahaan ini mati-matian, dan kau bisa mati jika melepasnya,”
ADVERTISEMENT
“Tapi, memang masih ada yang masih menggunakan pesugihan untuk bisa sukses?”
“Hei, pejabat saja ada yang berusaha mendapatkan kursi dengan cara melakukan pesugihan. Kenapa kau mesti merasa takut dan ragu?”
Percakapan yang terjadi di telepon itu membuat Yono berpikir ulang tentang pesugihan. Sejauh ia berpikir, memang praktik tersebut adalah cara yang paling masuk akal, ketimbang melepas perusahaannya dan terjun bebas ke dalam lubang kemiskinan.
Setelah membulatkan tekadnya, Yono mencoba mencari seseorang yang dapat membantunya melakukan pesugihan. dari pencarian itu, ia mendapatkan sebuah nama yang cukup mentereng dalam profesi dukun.
“Mbah Kiwung, tolong bantu saya untuk mendapatkan uang. Perusahaan saya hampir bangkrut. Saya tidak tahu lagi harus melakukan apa,” pinta Yono dengan sepenuh hati.
ADVERTISEMENT
“Tapi, apakah kamu siap dengan syaratnya?” tanya mbah Kiwung.
Yono mendengarkan penjelasan mbah Kiwung dengan seksama. Pria tua tersebut menjelaskan tentang pesugihan bayi bajang. Yono sendiri belum pernah mendengar pesugihan tersebut, dan tidak terlalu peduli asal mula pesugihan ini. Hanya saja ia memikirkan syarat dari pesugihan itu.
“Jadi anak saya harus ditumbalin, mbah?” tanya Yono.
“Iya. Juga setelah semua ini, istri kamu tidak akan pernah bisa memiliki anak lagi,” jawab mbah Kiwung.
Di situ, Yono hanya menimbang-nimbang kerugian dan keuntungan yang bisa ia dapat. Sebenarnya pertimbangan itu menghasilkan sebuah keputusan untuk izin pamit ke mbah Kiwung dan pulang ke rumah, tapi karena Yono telah gelap mata, ia memilih untuk berjabat tangan dengan setan.
ADVERTISEMENT
*
Siang itu, Yono hanya terbaring di tempat tidur. Seorang perempuan yang suaranya setiap hari ia dengar, mengetuk pintu lalu masuk dengan membawa makanan.
“Makan dulu, abis itu minum obat ya! Supaya cepat sembuh,” ucap perempuan itu sembari memegang pundak Yono.
Yono seketika menangis dan mulai berteriak-teriak. Teriakan itu membuat perawat lain masuk ke dalam ruangan tempat Yono dirawat dan menjalani terapi.
Adapun Yono menangis karena wajah perempuan tersebut mengingatkan ia kepada istrinya, yang ikut mati akibat dijadikan tumbal pesugihan bayi bajang.