Cerita Penjual Toko Kelontong yang Nyaris Jadi Tumbal Pesugihan Babi Hutan

Konten dari Pengguna
1 Oktober 2020 17:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi toko kelontong (Foto: Radar Nonstop)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi toko kelontong (Foto: Radar Nonstop)
ADVERTISEMENT
“Terima kasih Bu Tejo, lain kali belanja di sini lagi ya,” ujar Sarwan sambil tersenyum.
ADVERTISEMENT
Bu Tejo adalah pembeli terakhirnya hari itu. Memang, akhir-akhir ini, usaha toko kelontong yang jadi tulang punggung keluarga Sarwan sedang sepi pembeli.
Padahal, tanpa pembeli, Sarwan tidak bisa memberikan uang kepada istrinya untuk belanja kebutuhan rumah tangga.
Hingga suatu malam, ada seorang pria tak dikenal duduk di depan warung Sarwan. “Mas, beli rokoknya satu,” kata pria itu. Ia kemudian mengajak Sarwan ngobrol panjang lebar tentang hal-hal yang tidak penting.
Selesai percakapan tersebut, pria itu mengeluarkan sesuatu dari kantong saku celananya. “Wan, lagi sepi ya? Ini aku bawakan jimat buat penglaris.
Kamu amalkan saja sesuai yang ada di kertas itu. Saya ingin membantu saja,” ucap pria itu dengan senyuman aneh di wajahnya.
ADVERTISEMENT
Sarwan bingung. Ia tidak pernah tahu hal-hal mistis seperti itu. Namun, karena dihimpit keadaan, ia menerima saja jimat yang diberikan pria asing tadi.
Keesokan harinya, Sarwan berkunjung ke rumah kakeknya yang tak jauh dari rumahnya. Menurut Sarwan, ia orang paling tahu dengan hal beginian. Makanya, ia berencana menanyakan perihal jimat itu kepada kakeknya.
“Kek, aku mendapat jimat dari seseorang. Katanya bisa buat penglaris,” kata Sarwan.
Kakek Sarwan kemudian memandangi dan mempelajari jimat itu. Setelah hampir sepuluh menit, kakeknya angkat suara. “Hmm, sepertinya aku saja yang melakukan amalan ini Wan. Kamu itu lemah, gak punya perisai yang kuat. Takutnya gak kuat ngelakuin amalan ini,” jelas kakeknya.
“Yang benar, Kek?” tanya Sarwan.
ADVERTISEMENT
“Iya, kakek saya yang melakukan. Kamu fokus jualan saja,” ujar kakeknya.
---
Beberapa minggu setelah itu, toko kelontong milik Sarwan tak kunjung ramai. Bahkan, belakangan ini warungnya hampir tidak pernah disinggahi pembeli. Pembeli dalam seminggu pun bisa dihitung jari.
Sarwan heran dengan hal ini. Bukannya penglaris kemarin itu harusnya berhasil memberikan peruntungan buat warungnya ya?
Karena tak ada perubahan, Sarwan kemudian mengunjungi rumah kakeknya kembali untuk menanyakan jimat itu. Sesampainya di sana, Sarwan dikagetkan dengan keadaan kakeknya yang jatuh sakit.
Memang, kakek Sarwan hanya tinggal sendirian setelah neneknya meninggal dua tahun yang lalu. Tapi, karena kakek Sarwan adalah sosok yang kuat fisik dan imannya, dia tidak keberatan untuk tinggal sendiri.
ADVERTISEMENT
“Astaga, kakek kenapa?” tanya Sarwan panik.
“Beberapa hari ini kakek lemas dan tidak bertenaga. Beberapa kali kakek juga muntah-muntah,” kata kakek Sarwan lemas.
Sarwan kemudian mengecek dahi kakeknya. Astaga, panasnya tinggi sekali, pikir Sarwan. Ia kemudian bergegas mengambil air di baskom beserta kain untuk mengompres kakek. Ia juga mengambil obat demam dan diare di kotak obat.
Namun, saat akan memasang kompres di dahi kakeknya, Sarwan mendengar suara gemuruh. Suara itu terdengar seakan-akan banyak binatang yang berlarian ke arah rumah kakeknya. Sarwan kemudian keluar rumah dan terkejut melihat apa yang ada di depan matanya.
Ilustrasi babi hutan (Foto: Thinkstock)
Suara itu berasal dari babi hutan yang sepertinya berasal dari hutan dekat rumah kakek. Babi hutan itu berjejer mengelilingi rumah kakek Sarwan sambil memicingkan mata dan mendenguskan napas. Mereka seperti mau menyerang Sarwan dan kakeknya.
ADVERTISEMENT
Karena ketakutan, Sarwan langsung masuk dan mengunci pintu. Ia berharap apa yang dilihatnya itu hanyalah ilusi. Tak berselang lama, Sarwan mendengar kakek meronta-ronta dari kamar tidurnya.
Betapa kagetnya Sarwan ketika melihat kakeknya sudah seperti orang kesurupan. Ia memanjat lemari dan berjongkok di atasnya sambil menderung seperti suara para babi yang ada di depan rumah tadi. Sarwan tidak mengerti sama sekali dengan kejadian yang dialaminya sekarang.
Ia lari sekencang-kencangnya dari rumah itu. Brakk! Sarwan menabrak seseorang di jalan saat berlari. Pantatnya terasa sakit karena ia jatuh terduduk.
“Apa yang terjadi, Nak Sarwan?” tanya orang itu.
Sarwan bangkit dari duduknya dan melihat orang yang bertanya kepadanya itu. Ternyata itu adalah Ustad Sholeh. Kebetulan sekali.
ADVERTISEMENT
“Ustad, tolong saya! Rumah kakek saya dikerubungi babi hutan dan kakek saya seperti kesurupan. Tolong Ustad!” kata Sarwan tergesa-gesa.
Mendengar itu, mereka langsung menuju ke rumah kakek Sarwan. Anehnya, di sana sudah tidak ada lagi babi hutan yang mengelilingi rumah kakeknya. Tapi, kakeknya masih saja mengerang seperti suara babi yang ingin menyeruduk.
Kemudian, Ustad Sholeh perlahan membawa kakek turun dari lemari itu. Ia kemudian menahan tangan kakek dengan kedua tangannya. Sarwan kebagian menahan kedua kakinya.
"Pergilah dari tubuh kakek ini, wahai kekuatan jahat!" kata Ustad. Ia lalu merapal kalimat-kalimat berbahasa Arab yang tentunya, tidak dimengerti Sarwan.
"Aku di sini untuk mengambil nyawa Sarwan ke alam gaib. Tapi, dia malah memberikanku tubuh tua renta ini," suara kakek Sarwan berubah menjadi serak dan berat.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada yang bisa kamu ambil dari dunia ini. Pergilah!" Ustad Sholeh kemudian menempelkan tangan kanannya ke dahi kakek.
Tak ayal, tubuh kakek meronta-ronta seperti kepanasan. Tak lama kemudian, kakek Sarwan tak sadarkan diri. Beruntungnya, makhluk yang ada di tubuh kakek tadi sudah keluar.
"Nak Sarwan, lain kali hati-hati kalau bertemu dengan orang tak dikenal. Kau sebenarnya mau dijadikan tumbal pesugihan orang yang memberimu jimat yang amalannya dijalankan kakekmu.
Beruntung kakek kamu punya perisai diri yang kuat jadi akibatnya seperti ini. Jika tidak, bisa jadi ia sudah tak bernyawa saat ini," nasihat Ustad Sholeh.
Sarwan menyesal telah ceroboh dengan tindakannya. Ia bersyukur bisa selamat dari perbuatan jahat itu.
Tulisan ini hanya rekayasa. Kesamaan nama dan tempat hanyalah kebetulan belaka.
ADVERTISEMENT