Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Cerita Pesugihan: Mengorbankan Anak dan Istri untuk Menikahi Nyi Blorong
12 April 2020 19:48 WIB
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Kamu bagaimana, katanya sudah ada uang untuk bayar rumah ini, sampai kapan kayak gini terus cuma janji,” ungkap Ratmi malam itu pada suaminya.
ADVERTISEMENT
Wawan hanya duduk memandangi tv di depan, matanya tertuju pada siaran tersebut namun pikirannya berlayar entah kemana. Sebenarnya Wawan juga merasakan hal yang sama seperti istrinya, ia kebingungan karena tidak tahu harus mencari uang di mana setelah mengalami PHK besar-besaran dari kantor. Sialnya lagi uang PHK-nya bahkan sudah habis untuk membayar utang mereka kepada lintah darat yang selalu mencecarnya setiap pagi.
“Kalau begini sudah nda usah makan, sebelum kamu dapat uang untuk bayar rumah!” lanjut sang istri sambil menutup pintu kamar dengan keras.
Wawan lantas bangun mematikan tv yang ia tonton dan memutuskan untuk keluar dari rumah malam itu karena terlalu suntuk dengan ocehan sang istri. Ia mengeluarkan sebatang rokok yang sudah ia simpan di kantong. Hembusan demi hembusan ia keluarkan berharap pikiran kalutnya pergi besama dengan asap tersebut.
ADVERTISEMENT
Selama perjalanan pikiran yang ada di benak Wawan hanya bagaimana bisa mendapat uang secara cepat untuk membayar rumah dan memenuhi hidupnya sehari-hari. Sesekali Wawan hanya bengong namun kakinya tetap melangkah tanpa tujuan hingga ia dibuat terkejut saat seorang kakek menepuk pundaknya.
“Saya tahu kamu bisa dapat uang itu dari mana,”
Belum sempat mengeluarkan kata-kata seperti sudah terhipnotis, lantas Wawan mengikuti kemana perginya sang kakek hingga akhirnya ia tiba di sebuah rawa yang ditumbuhi dengan bunga teratai.
“Perempuan di dalam air sana bisa memberi kamu kekayaan, syaratnya kamu hanya perlu untuk mengikuti perintahnya”
Wawan memandangi air keruh yang hampir seluruh permukaan tertutup dengan daun itu, ia bingung sebenarnya apa yang ia lakukan saat ini akan berhasil, namun tidak berselang lama, air dari danau tersebut bergerak memutar dan dari sana keluar sososok makhluk yang belum Wawan temui sepanjang hidupnya.
ADVERTISEMENT
Pasalnya paras wanita ini sangat cantik dengan mahkota emas kecil dibagian kepala dan selendang hijau menutupi leher putihnya yang jenjang. Makhluk itu keluar dari air dan melayang tepat di hadapan Wawan. Wawan tidak bisa menyembunyikan kekaguman dan betapa terpesonanya dengan mahkluk itu, walaupun sang wanita gaib memiliki tubuh yang berbeda dengan manusia karena kakinya tidak terlihat, hanya tampak ekor ular yang seluruhnya tertutupi dengan sisik emas.
Kakek yang berada di samping Wawan mengingatkan jika ingin perminataan terkabul maka ia harus rela untuk melakukan hubungan layaknya suami-istri dengan Nyi Blorong, tanpa pikir panjang Wawan langsung menyanggupi hal itu dan bersedia untuk meminang sang pujaan dari dunia gaib itu.
Setiap malam jumat legi Wawan selalu memenuhi tugas sebagai suami dari Nyi Blorong di kamar khusus belakang rumah. Istrinya, Ratmi tidak mengetahui jika ia sudah dihianati demi kekayaan semata. Setiap Wawan melakukan persetubuhan dengan Nyi Blorong, paginya ia sudah mendapat serpihan emas yang keluar dari sisik ekor milik sang mahkluk gaib. Hal itu membuat Wawan senang karena tidak seperti kerja yang membuat ia lelah setengah mati namun hanya dengan menjadi suami Nyi Blorong apa yang ia inginkan sudah terwujud.
ADVERTISEMENT
Kehidupan Wawan pun berubah menjadi lebih baik, berkat pesugihan itu dalam kurun waktu dua tahun ia sudah bisa membeli rumah sendiri beserta perabotan di dalamnya. Bahkan kini Wawan dikenal sebagai orang yang disegani di kampung.
Hari demi hari yang dirasakan Wawan hanya kebahagiaan karena harta yang terus ia peroleh dari Nyi Blorong. Sampai suatu ketika, Ratmi berkata jika ia telah mengandung buah hati yang sudah lama mereka tunggu. Dari sana, keyakinan Wawan mulai goyah karena memikirkan nasib anaknya kelak. Ia pun memutuskan untuk mengakhiri pesugihan dengan Nyi Blorong.
Namun keesokan pagi warga menemukan Wawan dan Ratmi mati di tempat tidur dalam keadaan mata terbuka dan lidah yang menjulur ke luar.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini merupakan rekayasa dari kisah yang berkembang di masyarakat. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.