Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Cerita Pesugihan: mengorbankan Istri untuk Ritual Bayi Bajang
4 Mei 2020 19:01 WIB
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Abdul duduk di beranda rumah dengan mulut yang mengapit sebatang rokok kretek. Hembusan dari hisapan pertama rokoknya ia lanjutkan dengan secangkir kopi hitam yang seakan membuat sore menjadi tempat terbaik untuk bersandar setelah mengarungi nasib dengan sepeda motor, mencari penumpang.
ADVERTISEMENT
“Mas, mana uang setoran hari ini? aku mau beli seprai baru,” ucap Mita.
Istirahat yang bahkan belum lima menit itu rusak oleh pertanyaan sang istri. Pertanyaan tersebut memicu emosi Abdul yang sebenarnya sudah terkuras akibat tidak mendapatkan banyak pelanggan hari itu.
“Kamu gak ada pengertian sama sekali jadi istri, aku baru aja pulang sudah ditagih,” ujar Abdul.
“Sudah jadi kewajiban kamu sebagai suamilah untuk nafkahin istrinya, lagian ini kan uangnya buat beli seprai, bukan yang lain,” balas Mita.
“Hari ini sepi, nanti aja beli seprainya,” ucap Abdul sembari mengambil posisi duduk.
“Kamu kerja gimana, sih? masa seharian gak bisa dapet banyak?” tanya Mita.
Selanjutnya adalah sebuah pertengkaran yang biasa terjadi sejak mereka melangsungkan pernikahan 5 bulan lalu.
ADVERTISEMENT
*
“Dia gak pernah ngerti kalau saya harus ngelunasin cicilan motor. Sekiranya gak lunas terus diambil, saya mau kerja apa? jadi orang kok gak mikir ” ujar Abdul.
Mendengar keluh kesah kawannya, Dino dan Raden kembali menuangkan arak beras ke gelas lalu menyodorkannya kepada Abdul. Pria itu menenggaknya dalam satu tegukan.
“Tapi hari ini masang kan?” tanya Dino sambil tertawa kecil.
“Mainlah. Aku perlu ngelunasin motor,” ucap Abdul sambil merubah posisi duduk.
Bagi Abdul, berjudi adalah pekerjaan sampingan yang di mana ia ahli dalam melakukannya.
Bukan itu saja, terdapat 2 teman setia, yakni Dino dan Raden yang juga sudah menemani Abdul berjudi sejak ia belum menikah.
Dahulu, judi dan alkohol sudah melekat dalam kehidupan mereka , tapi semua berubah ketika rumah tangga sudah menjadi tanggung jawab baru bagi masing-masing. Sekarang, kegiatan ini menjadi hiburan yang dilakukan sebulan sekali ketika sedang tidak memiliki uang ataupun ketika ingin bersenang-senang saja dengan alkohol ataupun perempuan di tempat judi.
ADVERTISEMENT
“Aku pengen punya uang banyak,” ujar Abdul yang sudah berada dibawah pengaruh alkohol.
Raden dan Dino yang sudah sama-sama mabuk hanya tertawa mendengar pernyataan yang dilontarkan temannya yang juga mabuk. Di saat-saat seperti ini, sangat tipis bedanya ucapan yang dianggap serius dengan yang tidak.
“Kenapa gak coba pesugihan aja?” Dino berteriak sambil tertawa.
Pertanyaan itu sekilas seperti tidak serius, namun Abdul memikirkannya hingga 3 hari kemudian. Ia tahu penghasilannya belakangan ini dan kedepannya tidak cukup menutup utang dan mulut istrinya.
Pekerjaan lain menurut Abdul akan sulit didapat karena hal itu yang membuatnya bekerja sebagai pengemudi ojek. Pesugihan bagi dia adalah suatu hal yang patut untuk dicoba.
Meski begitu, Abdul tahu bahwa pesugihan dapat membahayakan pelakunya ataupun orang yang dijadikan tumbal. Ia mencari informasi di internet dan beberapa orang yang menurutnya memiliki wawasan tentu ritual klenik itu guna mendapakan tempat yang menawarkan praktik pesugihan minim resiko.
ADVERTISEMENT
Setelah 2 minggu mencari informasi, salah satu teman Abdul di pangkalan menceritakannya tentang ki Somad. Ia dipercaya dapat membantu orang untuk mendapatkan uang dengan cara cepat melalui pesugihan. Merasa tertarik, Abdul menggali informasi lebih dalam sebagai persiapannya untuk melakukan pesugihan.
Keesokan harinya, Abdul pamit kepada istrinya untuk pulang lebih larut. Ia mengatakan bahwa akan mencari penumpang lebih banyak yang padahal adalah melangsungkan rencananya untuk pergi menemui ki Somad.
*
Abdul berhadapan dengan ki Somad. Terdapat rasa gugup yang muncul di dalam diri Abdul, tapi ia tetap mencoba untuk terlihat tenang karena orang semacam ki Somad belum pernah ia kenal sebelumnya.
“Saya memang bisa membantu kamu mendapatkan kekayaan dengan pesugihan bayi bajang, hanya saja kamu harus memberikan seseorang untuk diambil bayinya,” ucap ki Somad.
ADVERTISEMENT
“Iya, ki, saya sudah siapakan orangnya,” ujar Abdul yang kemudian menyerahkan foto perempuan.
“Siapa ini?” tanya ki Somad.
“Istri saya, ki,” jawab Abdul.
Dukun tersebut kaget mendengar jawaban itu. Ia tidak habis pikir bahwa ada orang yang rela mengorbankan anakya sendiri untuk pesugihan.
Adapun Abdul sudah bulat dengan keputusannya untuk mengorbankan kandungan Mita yang baru 3 bulan itu. Ia berpikir bahwa anak bisa ia dapat kembali, sedangkan pekerjaan belum tentu.
Karena Abdul menyerahkan uang sebagai hibah, ki Somad tidak bisa menolak kemauan pelanggannya itu. Ia menyimpan foto yang yang diberikan Abdul untuk keperluan ritualnya nanti dan menyuruh Abdul untuk pulang.
*
Dalam waktu beberapa bulan, pesugihan bayi bajang itu bekerja. Perut Mita tidak kunjung membesar yang padahal sudah memasuki bulan kelima. Mendapati fenomena tersebut, Abdul tidak memiliki respon lain kecuali terkejut bahwa pesugihan itu benar adanya.
ADVERTISEMENT
Ia juga terkejut karena penumpang terasa lebih mudah didapat ketimbang sebelum melakukan pesugihan. dalam waktu beberapa minggu, ia sudah bisa melunasi cicilan motornya dan terbebas dari jeratan utang.
Adapun uang hasil bekerja juga dipergunakan oleh Abdul untuk berjudi. Meskipun mengalami kekalahan untuk beberapa kali, ia sama sekali tidak khawatir karena ia percaya pesugihan bajang bisa membantunya mendapatkan uang.
Sayangnya, kenikmatan yang ia dapat dari pesugihan bayi bajang berakhir dalam waktu singkat dan berubah menjadi duka berkepanjangan. Abdul tidak tahu bahwa pesugihan bayi Bajang membuat istrinya menjadi lebih sulit untuk mendapatkan anak.
Duka menyelimuti mereka berdua, terkhusus Mita. Ia masih belum bisa menghilangkan kesedihan atas “keguguran” yang ia alami dan sekarang harus mendapati dirinya kesulitan mendapatkan buah hati.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang suami, Abdul merasa terpukul ketika melihat istrinya dirundung duka. Hal itu terjadi setiap hari dan mengganggung mental istrinya. Tidak ada lagi tawa dan canda sebelum tidur atau pertengkaran karena hal yang sepele. Istrinya lebih sering berdiam diri di kamar dan hanya memasang ekspresi datar ketika Abdul menghiburnya.
Sebulan kemudian, gangguan mental yang dialami oleh Mita mulai melebar ke fisik. Ia jatuh sakit dan Abdul semakin tak kuasa melihatnya. Perasaan bersalah menghantuinya dan tidak bisa diusir dengan kekayaan yang ia miliki saat ini.
Abdul ingin sekali mengaku bahwa semua ini bermula dari pesugihan yang ia lakukan, namun ia takut untuk mengakuinya dan tidak ingin membuat istrinya semakin terpukul. Akhirnya, Abdul menyimpan semua rahasia itu dengan ki Somad hingga Mita meninggal dunia satu minggu setelahnya.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini merupakan rekayasa dari kisah yang berkembang di masyarakat. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.