Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Cerita Pesugihan: Penglaris yang Bawa Petaka ke Sekeluarga
23 April 2020 20:32 WIB
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Langit mendung masih saja membuat siang terasa sepi dan hujan turun kian deras. Sunarto sedari tadi tidak beranjak kemana-mana. Hanya terdiam di kasurnya.
ADVERTISEMENT
“Apa yang kau inginkan dariku sekarang? Kau sudah mengambil semuanya?” ujar Sunarto.
Semua berawal dari bisnis sate kambing yang dibuka oleh Sunarto hampir satu tahun lalu. Bermodalkan uang pensiun berkat pengabdiannya terhadap negara, tidak ad acara lain untuk menghabiskan hari tua dengan membuka usaha.
Sebuah jalan yang menghubungkan antara sebuah kabupaten dengan kota besar menurutnya bisa menjadi tempat yang strategis untuk berjualan. Lokasi warungnya juga tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya sehingga ia bisa ke rumah seandainya memerlukan sesuatu.
Semua dilakukan tentu untuk menghidupi seorang istri dan satu anak perempuan yang masih duduk di bangku SMP. Adapun kedua anaknya yang lain sudah memiliki keluarga dan kehidupan yang jauh dari desa.
ADVERTISEMENT
Berbisnis ternyata tidak semudah mengurusi berkas di kantornya dulu. Sudah seminggu ia membuka warung sate, tapi jumlah pelanggan yang beranjak bisa dihitung dengan menggunakan jari.
Sunarto bingung dengan keadaan warungnya. Ia mencoba untuk merombak ulang resep dan harga, namun tetap saja hanya ada rasa pahit dibibir ketika hendak menutup warung karena uang yang ia dapat tidaklah banyak, bahkan di beberapa kesempatan tidak ada sama sekali.
Masalahnya, Sunarto mengalokasikan sebagian besar uang pensiunannya untuk warung sate kambing dan sisanya dipergunakan untuk menutup kebutuhan sehari-hari, untuk membeli obat istrinya yang sudah sakit-sakitan, dan uang jajan anak kesayangannya.
Sunarto sama sekali tidak ingin usahanya gulung tikar karena kebangkrutan adalah pertanda bahwa ia sudah jatuh ke dalam jurang kemiskinan. Untuk meminjam uang Sunarto sangat enggan karena tidak mau berurusan dengan lintah darat. Kedua anaknya yang lain juga tidak setiap saat bisa mengirimkan uang. Meminta terus-menerus kepada anak-anaknya membuat Sunarto tidak enak hati.
ADVERTISEMENT
Pilihan yang buruk akhirnya ia ambil. Sunarto memutuskan untuk pergi menemui ki Ageng. Ia adalah seorang dukun yang berdasarkan dari desas-desus, mampu membuat seseorang menjadi lebih kaya.
“Jangan sampai kamu lepas pesugihan ini atau sesuatu yang buruk akan menimpa kamu,” ujar ki Ageng.
“Baik, mbah. Jadi aku perlu memberikan ayam cemani dan kembang-kembang yang sudah mbah sebut barusan setiap malam jumat kliwon?” tanya Sunarto.
Ki Ageng hanya mengangguk.
Bermodalkan saran dan bantuan dari ki Ageng, Sunarto memutuskan untuk melakukan perjanjinan dengan setan atau pesugihan. ia meminta kepada ki Ageng agar dagangannya bisa laris manis dan selalu dirindukan oleh pembeli.
Dalam waktu 1 bulan, iblis tersebut mengabulkan keinginan Sunarto. Tanpa harus merubah harga atau resep, tiba-tiba warung sate kambing milik Sunarto mendadak didatangi pengunjung.
ADVERTISEMENT
Waktu yang berjalan mengiringi jumlah pelanggan Sunarto yang kian banyak, bahkan beberapanya ada yang menjadi pelanggan tetap dan mengaku tidak bisa untuk tidak datang ke warung sate kambing miliknya jika melentasi jalan di mana warungnya buka. Sunarto merasa senang dengan apa yang terjadi dengan bisnisnya.
Sebagaimana pesugihan, Sunarto mendapatkan uang banyak dengan cara cepat. Istrinya bisa dibawa ke rumah sakit yang bagus di kota serta mendapatkan penanganan yang terbaik dan anak bungsunya bisa jajan dan menikmati hidup yang lebih makmur. Meski begitu, pesugihan membuatnya harus melakukan ritual klenik.
Seperti yang diarahkan oleh ki Ageng, Sunarto selalu memberikan sesajen untuk setan yang bersekutu dengannya. Semua dilakukan di belakang warungnya satenya setiap malam jumat kliwon.
ADVERTISEMENT
Semua dilakukan ketika ia sudah menutup warung karena siapapun tahu bahwa bersekutu dengan setan adalah perbuatan berdosa dan bisa mengundang amarah, apalagi amarah pengunjung warung satenya yang sudah buka cabang dalam waktu 6 bulan saja.
Upaya Sunarto untuk menyembunyikan cara curang untuk berbisnis akhirnya terbongkar. Suatu malam ia pernah pulang tanpa membereskan sesajen terlebih dahulu. Keesokan harinya, seorang pelanggan yang hendak ke toilet melihat sesajen itu dan selanjutnya adalah ketidakpercayaan dan pandangan negatif terhadap Sunarto.
Warung satenya tidak lagi didatangi oleh orang-orang bahkan beberapa orang berani untuk membuang ludah ketika melewati warungnya. Kabar bahwa Sunarto melakukan pesugihan sudah tersebar luas dan pada akhirnya sampai ke telinga Sunarto.
Akibat sudah terendus, Sunarto lebih berhati-hati dalam menyajikan sesajen. Kehati-hatian ini kemudian malah membuat Sunarto melakukan kesalahan lain. Karena ingin membuktikan bahwa ia tidak melakukan pesugihan, ia terpaksa untuk tidak memberikan sesajen di malam jumat kliwon dengan alasan bahwa agar orang yang iseng untuk mencari kebenaran percaya.
ADVERTISEMENT
Pria itu lupa bahwa tidak ada toleransi jika melakukan kesalahan dalam pesugihan. Hal buruk yang dijelaskan oleh ki Ageng menjelma menjadi penyakit misterius yang menjangkiti anaknya secara tiba-tiba. Istrinya yang berangsur pulih pun kembali sakit bahkan lebih parah sebelum Sunarto melakukan pesugihan.
Akhirnya, satu perjanjinan membawanya kepada pendertiaan seumur hidup. Istri dan anaknya meninggal sebagai tumbal bagi iblis atas pesugihan yang dilakukan oleh Sunarto.
Musibah ini pada akhirnya mengganggu fisiknya maupun mentalnya. Ia tidak lagi memberikan sesajen dan warung satenya berakhir gulung tikar. Ia dirawat oleh tetangganya yang dipercaya oleh anak sulung pak Sunarto untuk merawat pria tua itu.
Tidak ada lagi yang bisa dilakukan kecuali berbaring lemas di ranjang lusuh dengan iblis yang mengangkang di atasnya bersama tatapan yang mengerikan. Langit masih saja mendung dan hujan deras tak kunjung reda.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini merupakan reka ulang dari kisah yang berkembang di masyarakat. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.