Cerita Pesugihan : Ritual yang Digagalkan dengan Zikir

Konten dari Pengguna
20 Mei 2020 18:43 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto : Wessex Archeology
zoom-in-whitePerbesar
Foto : Wessex Archeology
ADVERTISEMENT
Tak seperti namanya, Kuwat hanyalah lelaki lemah. Bukan karena tak punya harta melimpah. Juga bukan karena tak punya karier cerah. Direktur cabang Bank BPR, kini jabatan yang disandangnya. Namun, hati Kuwat selalu merasa gundah. Di usia 40 tahun ia belum juga menikah, penantiannya meninggalkan jejak hati yang gelisah.
ADVERTISEMENT
Yenni, perempuan pujaan hatinya ketika SMA kini telah menjanda. Kecelakaan tragis dalam perjalanan dinas menghilangkan nyawa Bowo suaminya. Pesawat hancur berkeping-keping di lepas pantai. Jenazah suaminya pun ditelan luasnya lautan.
Berita di media online yang barusaja dibacanya memastikan nasib Yenni saat ini. Kesempatan kedua terbuka lagi bagi Kuwat untuk dapat mendekati Yenni.
Kenangan Kuwat semasa SMA masih melekat, Yenni gadis yang ceria, selalu aktif dalam berbagai kegiatan ekstra. Santun dan lembut dalam gaya, nilai raportnya selalu juara. Namun, di sisi lain ketika sudah berorasi sebagai ketua OSIS, Yenni menjadi tegas dan berwibawa, hingga semua murid terkesima dengan pidatonya. Kuwat benar-benar jatuh cinta. Namun ia tak pernah berani mengungkapkannya. Ia memang lemah dalam hal asmara.
ADVERTISEMENT
Selepas SMA, Kuwat mendapatkan beasiswa S1 dan melanjutkan ke universitas di Surabaya. Sementara Yenni diterima di program D3 perguruan tinggi kedinasan jurusan pajak. Jarak dan waktu yang memisahkan semakin menjauhkan kesempatan Kuwat untuk mendekatinya. Sebanyak teman bergaulnya di kampus tak pernah ada yang membuatnya jatuh hati. Hanya Yenni, tak pernah tergantikan impiannya. Kuwat bertekad setelah lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan mapan, ia akan memberanikan diri untuk melamar Yenni.
Bagai disambar petir, suatu ketika Kuwat mendapat cerita dari Rahmat teman sekelas SMA. Yenni telah menikah dengan Bowo seusai penempatan kerja sebagai pegawai negeri di kementerian keuangan. Keduanya lulus dan penempatan kerja bersamaan.
Hancur berkeping-keping hati Kuwat. Ia masih harus menyelesaikan 4 semester lagi kuliahnya. Hampir seminggu ia mengurung diri di kamar kosnya. Ujian dan tugas kuliah yang di depan mata tak dihiraukannya. Rahmat sahabat karibnya tak habis usaha untuk menghiburnya.
ADVERTISEMENT
***
Delapan belas tahun setelah itu, tak seharipun Kuwat bisa melupakan senyum dan pipi merah Yenni di lapangan basket SMA. Pun tatapan mata Yenni ketika berpapasan di kantin sekolah. Halusinasi wajah, gaya dan tingkah Yenni selalu melekat di matanya.
Dering ponsel Kuwat bergetar, Rahmat membicarakan keadaan Yenni saat ini. Rahmat mengajak Kuwat mendatangi di rumah duka. Keduanya pun sigap membantu berbagai keperluan pemakaman jenazah Bowo, hingga mengurus segala administrasinya.
Kini jarak dan waktu telah mendekatkan Kuwat kepada Yenni. Intensitas pertemuan dan komunikasi terjalin kembali. Meski wajahnya kini dipenuhi dengan semburat keriput tipis, kecantikan Yenni tetap terpancar. Tidak ada yang berbeda dari Yenni masih seperti yang Kuwat ingat-kecuali rambut hitam panjang yang kini ditutupinya dengan kain. Sejak menikah, Yenni mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Yenni kini juga dikenal sebagai seorang muslimah sejati. Ia tak pernah menanggalkan tasbih yang selalu digenggamnya untuk berzikir.
ADVERTISEMENT
“Kamu tidakkah berniat untuk mengungkapkan perasaanmu yang terpendam selama ini kepada Yenni ?” ujar Rahmat.
“Lidahku kelu dan kaku setiap kali ingin mengatakan itu. Aku tak pernah mampu. Bahkan sejak masa SMA dulu,” tukas Kuwat.
“Huuuh… kamu memang laki-laki tak bernyali. Besok ikut aku mencari jimat untuk menegakkan keberanianmu,” kata Rahmat.
Rahmat mengantar Kuwat untuk datang kepada Mbah Sodiq di kaki bukit menoreh untuk pesugihan. Kuwat menjalani ritual selama tiga bulan penuh. Ia cuti dari pekerjaannya dan melepas komunikasi dari dunia sebagai syarat mengikuti ritualnya. Kuwat tinggal di pondok Mbah Sodiq dan mengikuti semua aturan ritualnya. Selewat tiga perempat malam, Kuwat mandi di telaga, ia juga betapa di batu besar. Setiap malam jumat Kuwat menjalani ritual balur tubuh dengan ramuan rempah tumbuhan hutan menoreh. Jika lulus dari berbagai ritual yang harus dijalaninya, ia berharap menjadi lelaki kuat, lelaki yang memiliki kemampuan untuk mendekati wanita.
ADVERTISEMENT
Tepat tiga bulan setelahnya, Rahmat datang menjemput. Keduanya kembali ke kota. Bergegas mereka datang ke rumah Yenni. Namun apa yang ditemuinya. Baru seminggu yang lalu, Yenni dinikahi oleh atasannya, seorang duda pegawai negeri eselon II di kantornya.
Foto : Jon Butterworth/ Unsplash
Kuwat shock, ia kalah telak untuk kedua kalinya. Mendadak jantungnya lemah, gula darah tinggi tak terkendali. Ia pun terkapar di instalasi gawat darurat rumah sakit negeri. Ritual yang telah dijalani tiada arti.
Tulisan ini merupakan rekayasa dari kisah yang berkembang di masyarakat. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.