Konten dari Pengguna

Cerita Pesugihan: Salah Jalan Dijadikan Tumbal Buto Ijo

19 Maret 2020 20:26 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi buto ijo. Foto Deviantart/xeno-agito
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi buto ijo. Foto Deviantart/xeno-agito
ADVERTISEMENT
Pagi itu Roni bersantai di kursi panjang bambu depan rumahnya. Sesekali ia bangun untuk menyereput kopi buatan sang istri. Tak seperti kebanyakan orang yang pagi hari terlihat sibuk untuk pergi kerja namun tak begitu dengan Roni, maklum ia hanya seorang pegangguran yang waktunya banyak dihabiskan di rumah.
ADVERTISEMENT
Kadangkala Siti, istri Roni jengkel dengan sikap suaminya yang selalu menganggap enteng masalah. Tak jarang ia marah ke Roni karena hanya berdiam diri di rumah tanpa usaha mencari pekerjaan. Kalau sudah begitu, biasanya Roni malah memilih pergi dengan alasan tidak ingin bertengkar. Padahal itu cara Roni agar tidak mendengar gerutuan sang istri.
Siti datang ke bale memberikan tumpukan koran dan botol plastik yang telah ia kumpulkan dari rumah ke rumah. Untuk menyambung hidup keduanya, nantinya barang-barang bekas tersebut akan dijual kembali ke pengepul dengan harga yang dibilang cukup untuk makan sehari.
“Pak itu jangan lupa diikat korannya,” ujar Siti.
Roni kemudian bangun dan menyiapkan tali rapia untuk mengikat tumpukan koran menjadi satu, namun saat menyatukan koran-koran tersebut, ada sesuatu yang membuat Roni tertarik. Di halaman depan koran itu tertulis “Orang Terkaya di Klaten Ini Butuh Pelamar Kerja” bukan hanya judulnya saja yang membuat Roni terpincut, tetapi di sana ada foto seseorang yang sangat ia kenal. Sontak Roni buru-buru mengambil satu koran itu dan bergegas masuk ke dalam rumah.
ADVERTISEMENT
“Bu lihat ini, cepat!,” teriaknya kepada Siti.
“Eh apa si Pak teriak-teriak gitu,”
Siti melihat koran yang diberikan suaminya. Ia kaget dan bingung.
“Ini temanmu dulu toh, yang nginap di rumah kita saking tidak ada tempat tinggal,” tanyanya dengan ragu.
“Iya bu, sekarang Abdul kaya raya. Padahal lulus SD juga tidak,” ucapnya.
“Di koran ini engga ada penjelasan dari mana kekayaan Abdul. Kamu daftar aja pak kerja di dia, tanya kekayaan dia dapat dari mana. Lagipula pasti lagsung keterima toh, dia sudah kenal kamu,” ucapnya.
Saat itu Roni dibuat bingung dan rasa gengsi, pasalnya ia dan Abdul adalah teman baik sedari kecil. Namun ia berpikir sekarang kehidupan Abdul sudah jauh berbeda sedangkan kehidupan Roni masih sama seperti dulu, mengumpulkan barang-barang bekas. Mereka pun tidak berhubungan lagi untuk waktu yang lama.
ADVERTISEMENT
Roni mondar-mandir, dahinya mengernyit menunduk ke bawah lalu mendongak ke atas memikirkan apa ia seharusnya mendaftar saja dan kesampingkan rasa gengsi. Lagipula benar kata istrinya dia sudah kenal baik dengan Abdul.
Keesokan hari, Roni datang ke alamat rumah yang tertera di koran. Sekarang dihadapannya sudah ada rumah mewah didominasi dengan warna hijau serta beraneka patung hewan yang dipajang di teras rumah dilengkapi dengan lapangan yang sangat luas. Bahkan 5 rumah petak di daerah Roni kalah luasnya dengan halaman itu.
“Wah benar ini rumahnya Abdul, mewah banget,” ucapnya dengan kagum.
Setelah berbincang dengan satpam, Roni dipersilahkan masuk untuk bertemu dengan si pemilik rumah. Abdul menghampiri Roni dengan senyumnya, ia terlihat ramah dan senang dengan kehadiran Roni.
ADVERTISEMENT
“Wah Ron, akhirnya kita ketemu lagi. Kira aku siapa loh yang daftar,” tuturnya
“Iya, sekarang hidup lu mewah banget yaa, udah berubah dari nasib yang dulu,”
Lebih dari 2 jam mereka berdua berbagi pengalaman, hingga hal yang tidak disangka Roni keluar dari mulut Abdul. Dengan suara yang sedikit berbisik Abdul menceritakan dari mana kekayaan yang sekarang ia dapat.
Abdul bercerita jika ia mendapatkan kekayaan ini secara instan dari ritual pesugihan yang ia lakukan. Tepatnya melakukan penyembahan kepada buto ijo di Gunung Wijil. Saat itu yang dipikirkan Roni hanya bagaimana bisa makhluk gaib memberikaan kekayaan seperti ini. Hingga tak diduga Abdul mengajak Roni untuk melihat sendiri ritual yang ia lakukan. Ia mengatakan nasib Roni akan sama dengannya jika melakukan pesugihan ini.
ADVERTISEMENT
***
Keesokan hari mereka berdua datang ke Gunung Wijil di Klaten untuk menemui Buto Ijo. Lokasi yang dituju tidak mudah untuk dilalui, jelas saja karena lokasi ritual berada di kawasan kaki gunung. Selama 3 jam perjalanan Roni dan Abdul akhirnya tiba disebuah gua yang dipenuhi dengan tanaman hijau merambat.
Di sana Abdul mengeluarkan berbagai syarat pesugihan buto ijo mulai dari kembang setaman, kemenyam arab, dupa cina, ayam kampung, air kendi dan wewangian. Semuanya diletakkan dalam nampan yang terbuat dari anyaman bambu. Setelah itu Abdul membaca mantra-mantra yang tidak bisa diterka oleh Roni. Kadang dalam mantra tersebut diselingi kata-kata seperti ini.
“Buto Ijo aku membawa makananmu,” ucapnya.
Tak menunggu waktu lama makhluk besar dari dalam gua keluar perlahan-lahan. Roni ketakutan saat itu tapi ia mencoba untuk tenang. Diperhatikan dengan jelas jika tinggi makhluk yang dinamakan buto ijo itu hampir menyentuh dinding gua, tinggi sekali. Tubuhnya dipenuhi bulu, rambutnya mengembang tidak terurus, mata merah serta 4 taring besar dibagian mulut.
ADVERTISEMENT
Roni merasakan angin yang berhembus ke tubuhnya, namun itu bukan angin alam melainkan hembusan napas dari si buto ijo. Ia takut setengah mati karena buto ijo mendekat bukan ke arah sesajen melainkan ke arah dirinya.
Sejak saat itu tidak ada yang tahu kemana kepergian Roni.
Tulisan ini merupakan reka ulang dari kisah yang berkembang di masyarakat. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.