Cerita Sulitnya Cari Kerja Akibat Kuliah Pakai Uang Pesugihan

Konten dari Pengguna
3 Agustus 2020 17:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi babi hutan liar. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi babi hutan liar. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Sudah satu tahun Dea menjadi anggota klub mahasiswa itu. Bendahara memang menjadi posisi favoritnya. Tiap dirinya mengikuti organisasi, Dea pasti selalu volunteer untuk masuk ke divisi bendahara. Menurutnya ia memiliki kemampuan untuk mengelola dan mengorganisasi keuangan. Kemampuannya terus bertambah selama berkuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
ADVERTISEMENT
Perempuan yang duduk di semester 7 itu juga selalu menjadi orang kepercayaan organisasi. Setiap kegiatan dan acara organisasi selalu Dea jalankan dengan baik. Begitu juga laporan keuangan yang sistematis dan transparan.
Sayangnya Dea menyalahgunakan kepercayaan kawan-kawannya itu. Ketika memasuki semester ke delapan, usaha keluarganya bangkrut. Dea harus membiayai hidupnya sendiri untuk kos dan keperluan sehari-hari. Dirinya juga mulai jualan beraneka ragam, mulai dari masker wajah hingga casing HP.
Tetapi ia goyah, perlahan-lahan Dea mulai mengambil uang dari organisasinya. Mulanya ia mengambil Rp 50.000 tapi tak ketahuan. Esoknya dia pun melakukannya lagi. Kelakuannya ini tidak ada yang mencurigai. Orang-orang di organisasinya tak mau ikutan ribet memikirkan keuangan organisasi. Mereka membiarkan Dea yang mengurus segala keuangannya.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi wawancara kerja. Foto: Shutter Stock
Lantaran diberi kebebasan, Dea makin senang. Tak ada yang mengamati gerak-geriknya. Cukup lama ia melakukan aksinya. Ia pun mampu menyambung hidupnya dengan uang curiannya itu.
Namun aksinya tertanggap juga. Ketua organisasinya yang baru ingin terlibat dalam segala keputusan organisasi. Termasuk dalam hal keuangan. Ketika diaudit, rekening organisasi ternyata kosong. Sontak semua orang memandang Dea tak percaya. Rp 150 juta itu lenyap dalam waktu enam bulan. Semua orang tak percaya Dea tega melakukannya.
Reputasinya hancur. Semua orang kini mengetahui aksinya. Ia juga harus membayarkan uang yang ia gelapkan itu dalam tempo satu bulan. Pusing Dea dibuatnya. Lantaran tak memiliki pilihan, Dea memberanikan diri untuk meminjam dari kawannya, Audri. Ia menceritakan masalahnya kepada sahabatnya itu.
ADVERTISEMENT
“Kamu sih, aneh-aneh aja. Kalau butuh uang bilang aku aja. Jangan nyuri begitu. Sekarang kena getahnya kan?” tutur Audri marah.
“Iya kamu benar, aku menyesali perbuatanku. Sekarang aku tak mengetahui bagaimana harus membayarnya bila bukan kamu yang bantu aku” tutur Dea.
Audri sepakat untuk membantu si kawan. Tidak hanya meminjamkan uang, Audri juga akan mengajarkan Dea untuk mendapatkan uangnya sendiri. “Aku akan ajari kamu caranya dapat duitmu sendiri. Tapi jangan protes oke”
Malam itu tepat merupakan hari selasa wage. Audri pun mengajak Dea untuk berburu di hutan dan menjalankan ritual pesugihan. Mereka harus memburu babi hitam yang mendiami hutan itu.
“Kita harus mendapatkan gigi taring babi hutan itu untuk ritual” tutur Dea sembari menyiapkan senjatanya.
ADVERTISEMENT
Singat cerita, keduanya berhasil menembak mati babi hutan itu. Audri dan Dea kemudian dengan cepat mengambil dua gigi taring dan meninggalkan tubuh babi malang itu. Dengan cepat keduanya keluar dari hutan.
Sesampainya di apartemen Audri, gigi taring itu lantas ia letakkan di dekat tiga dupa yang telah ia bakar. Dea hanya menurut. Ia mengikuti Audri yang bersemedi. Tak lama, terdengar suara ketukan di pintu apartemen Audri. Dea keheranan, siapa yang datang bertamu di jam setengah tiga pagi. Tetapi ketika ia membuka pintu. Ia mendapati sebuah tas besar berisikan uang lembaran seratus ribu.
Audri, kita dapat uang banyak banget” tutur Dea kegirangan.
“Pakailah uang itu untuk menyelesaikan masalahmu dan membayar kuliah, aku tak terlalu butuh uang lagi” tutur Audri.
ADVERTISEMENT
Dea pun menggunakan uang itu untuk menebus kesalahannya. Dengan cepat reputasinya naik. Kuliah Dea juga lancar. Ia mampu lulus dengan nilai yang memuaskan.
Tetapi hal nahas terjadi. Sebagai seorang fresh graduate, Dea mendaftarkan diri ke puluhan perusahaan. Namun tidak ada yang mau menerima Dea. Dirinya selalu gagal di tahap wawancara. Menurut para perekrut, Dea tidak mampu menjawab hal-hal basic yang ia peroleh selama perkuliahan. Para perekrut menilai ilmu semasa kuliah Dea tak berkah.
Tulisan ini hanya rekayasa. Kesamaan nama dan tempat hanyalah kejadian belaka.