Kades Kaya Raya Berkat Bulu Genderuwo

Konten dari Pengguna
30 Agustus 2020 17:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi genderuwo (Foto: Kanigoro)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi genderuwo (Foto: Kanigoro)
ADVERTISEMENT
Haji Dastim sebenarnya sudah sangat kaya. Mantan kepala desa tiga periode berturut-turut itu punya lahan berhektar-hektar. Maklum, banyak pabrik baru berdiri di tanah desanya. Dapatlah ia setitik "bagian" dari orang-orang asing itu.
ADVERTISEMENT
Anaknya ada empat. Semuanya sudah kawin sejak Haji Dastim jadi kades di periode kedua. Tiga laki-laki, satu perempuan. Ketiga anak lelakinya berturut-turut kini jadi dokter, pegawai negeri, dan pemilik warung makan. Putri satu-satunya dinikahi anak pemilik dealer mobil.
Melihat hidup Haji Dastim, seakan tak perlu ada lagi keluhan. Haji Dastim tinggal duduk manis menikmati sisa-sisa hartanya bersama istri. Jabatannya akan habis beberapa bulan lagi, dan tanggungannya, yakni anaknya, sudah lepas darinya.
Meski sudah sekaya itu, Haji Dastim punya hobi aneh nan serakah. Ia menyukai pesugihan. Saat pencalonan kepala desa saja, Haji Dastim sudah gunakan jimat batu yang ia ambil di Gunung Lawu agar ia menang. Sejak saat itu, ia terus mengulik segala hal tentang pesugihan.
ADVERTISEMENT
Mungkin saja, jika tak berlebihan, semua jenis pesugihan telah ia coba. Mulai dari pesugihan Nyi Blorong, berziarah ke Batu Walik, hingga kabarnya ia pernah "mencuri" bulu genderuwo. Katanya, bulu genderuwo bisa mendatangkan rezeki yang tiada habisnya.
Untuk pesugihan jenis terakhir itu, sempat mengguncang elektabilitas seorang Haji Dastim sebagai kades. Hampir saja masyarakat desa kehilangan kepercayaan terhadap sang kades akibat isu itu.
Dasar si penguasa, Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang jumlahnya tak seberapa ternyata mampu mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap dirinya. Memang, saat isu itu beredar, Haji Dastim sebagai kades tiba-tiba membagikan uang yang ia bilang BLT dari pusat. Ya, entahlah.
Masyarakat tak mau tahu dari mana asal uang itu. Sekali mereka mendapat sangu, saat itulah kepercayaan kepada Haji Dastim kembali tumbuh. Isu bulu genderuwo mungkin saja mitos belaka. Begitu pikir warga.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, Haji Dastim sedang senang sekali dengan pesugihan tuyul. Ya, pesugihan jenis ini yang paling terkenal di seantero negeri. Siapa tak kenal tuyul? Si makhluk berkepala plontos yang hobinya mencuri duit.
Haji Dastim kerap banyak bertanya kepada orang pintar kepercayaannya perihal pesugihan, termasuk soal tuyul ini. Haji Dastim sangat menginginkan peliharaan tuyul. Katanya, itu untuk jaga-jaga jika suatu hari nanti ia bangkrut mendadak.
Si orang pintar mengatakan bahwa banyak cara untuk mendapatkan tuyul. Semuanya sudah ia ceritakan kepada Haji Dastim. Namun, satu cara berhasil menarik perhatiannya.
Kata si orang pintar, tuyul bisa didapatkan jika kita sembahyang di bawah pohon gayam. Jelas hal itu mudah bagi Haji Dastim. Pasalnya, di kebun miliknya, berdiri sebuah pohon gayam.
ADVERTISEMENT
Haji Dastim pun meminta penjelasan lebih lanjut soal pohon gayam. Si orang pintar melanjutkan, bahwa Haji Dastim harus menunggu malam selasa legi untuk melakukan ritual tersebut.
Pernak-pernik yang harus dibawanya juga beragam. Seorang yang ingin mendapatkan tuyul di bawah pohoh gayam, kata si orang pintar, harus membawa kepiting segar dari laut utara, air kelapa muda, dan cerutu kemenyan.
Selain itu, Haji Dastim juga wajib membawa uang Rp10 juta untuk menarik perhatian tuyul. Katanya, nanti tuyul tersebut akan mencium bau uang dari kejauhan dan menghampiri Haji Dastim. Sedangkan, kepiting dan air kelapa akan dijadikan pengalihan.
Maksudnya, Haji Dastim akan membuat si tuyul tersebut kebingungan. Ia memilih uang Rp10 juta untuk majikannya, atau memilih makanan kesukaannya, yakni air kelapa dan kepiting. Saat itulah Haji Dastim mengiming-imingi kepiting dan air kelapa agar si tuyul menjadi pengikutnya.
ADVERTISEMENT
Cerutu kemenyan yang dibakar di bawah pohon gayam hanyalah untuk memanggil makhluk-makhluk lain agar sang tuyul merasa tertekan saat memilih antara uang dan kedua makanan kesukaannya. Tanpa ragu, Haji Dastim mengiyakan cara tersebut.
Singkat cerita, datanglah malam selasa legi. Haji Dastim sudah berdiam diri di bawah pohon gayam miliknya. Ia menaruh gepokan uang Rp10 juta di sampingnya lengkap dengan pernak-pernik yang lain.
Sejurus kemudian, ia melaksanakan sembahyang yang entah sembahyang apa itu. Saat sudah mulai masuk tahiyat akhir, tiba-tiba Hajj Dastim mendengar suara orang merangkak dan berlari-lari.
Ia acuhkan saja suara-suara tersebut dan menyelesaikan sembahyangnya. Ia sudah mulai berpikir bahwa tuyul yang ia pancing telah datang dan sedang kebingungan. Hatinya tersenyum kecil.
ADVERTISEMENT
Tak ada takut lagi di hati Haji Dastim. Meskipun makhluk di dekatnya itu mungkin saja tuyul, ia tak merasa takut sama sekali. Pasalnya, soal pesugihan bagi Haji Dastim adalah biasa.
Usai sembahyang, Haji Dastim perlahan menengok ke belakang, mencari sosok tuyul yang ia idamkan. Sekali ia menengok, tak ada sosok apapun di hadapannya.
Tak lama berselang, suara itu datang lagi. Haji Dastim langsung memasang pandangan awas untuk memastikan siapa yang datang. Ia mengharapkan tuyul yang menghampirinya.
Sosok itupun datang. Badannya kekar, rambutnya panjang menutupi seluruh tubuhnya hingga kaki, wajahnya hampir tak tampak karena tertutup kumis dan jenggot. Baunya persis seperti bangkai sapi. Ia tak mengenakan pakaian alias telanjang. Itu bukan tuyul!
ADVERTISEMENT
"Siapa kamu?!" teriak Haji Dastim kaget.
"Akulah si genderuwo yang kau datangi di masa lalu. Aku ingin membalaskan dendamku karena kau telah mencabut bulu tubuhku tanpa seizin dariku."
Sejak kejadian itu, Haji Dastim kehilangan ingatannya. Seringkali ia menangis tiba-tiba tanpa sebab. Di rumahnya, yang ia lakukan hanyalah melamun dan menangis.