Kisah Derita Tukang Foto yang Usil ke Sesajen Pesugihan

Konten dari Pengguna
27 Oktober 2020 18:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gedung tua (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gedung tua (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
‘Cekreek’
“Wah, yang ini bagus banget nih,” kata Rendi. Ia lalu memperlihatkan hasil potretannya kepada pasangan yang sedang melakukan foto pre-wedding di depannya.
ADVERTISEMENT
“Eh, ini apa kok ada bayangan putih?” tanya calon pengantin wanita.
“Mana ada?” tanya Rendi. Ia kemudian mengecek hasil fotonya. Dia tidak melihat apapun selain pasangan itu di layar.
“Katanya di sini bekas dipakai pesugihan ya?” sekarang giliran calon pengantin laki-laki yang bertanya.
“Kalian kok percaya begituan, sih. Enggak ada apa-apa di sini,” sahut Rendi lalu kembali memotret pasangan itu dengan gaya lain.
Rendi, sang fotografer itu memang bukan orang yang percaya hal mistis. Karenanya, saat pasangan itu meminta untuk dicarikan tempat di gedung tua ala-ala vintage untuk latar foto, Rendi memilih tempat ini tanpa mempertimbangkan hal lain, termasuk hal gaib yang tidak dipercayai itu.
Lain halnya dengan Bono, teman seperjuangan yang setia menemaninya untuk membangun bisnis foto prewed itu. Sejak menginjakkan kaki di gedung yang mirip dengan penginapan ini, Bono sudah merasakan hal yang tidak-tidak. Bukan tanpa alasan, Bono mengaku bisa merasakan kehadiran makhluk halus.
ADVERTISEMENT
Bono juga menjawab dalam hati saat calon pengantin laki-laki tadi bertanya perihal pesugihan. Memang banyak rumor yang mengatakan tempat ini dulunya dijadikan pesugihan dengan mengambil jiwa tumbalnya.
Meski tidak tahu pasti, tapi Bono bisa merasakan, banyak arwah yang meronta minta tolong. Mungkin mereka adalah tumbal dari pesugihan yang dilakukan di sini. Entahlah, tidak ada yang bisa memastikan.
Setelah rampung dengan sesi pemotretan kali ini, pasangan itu buru-buru pulang lantaran sudah ketakutan dengan tempat ini. Sementara Rendi dan Bono masih di tempat karena harus membereskan perlengkapan pemotretan.
“Bon, perasaan di sini tadi enggak ada beginian dah. Kok tiba-tiba ada di sini ya?” tanya Rendi saat memeriksa lighting di dekat pintu mengarah ke gedung tersebut. Rendi ternyata menemukan sebuah keranjang berisi kembang dan dupa yang masih menyala.
ADVERTISEMENT
“Oh, kayaknya iya Ren. Udah biarin aja di situ. Jangan diapa-apain,” jawab Bono.
“Emangnya kenapa kalau diapa-apain?” tanya Rendi penasaran.
“Nanti yang punya marah,” sahut Bono.
Rendi hanya mengangkat bahunya. Ia meremehkan perkataan Bono itu. Tanpa sepengetahuan Bono, Rendi iseng menendang keranjang itu sampai jatuh berserakan.
“Ayo, kita pulang,” ajak Rendi sambil menyeringai puas karena telah menjahili pemilik sesajen itu tanpa mengetahui risiko yang harus dihadapinya setelah ini.
---
Rendi tidak tahu bagaimana caranya dia bisa berdiri di dalam gedung tua yang dikunjunginya siang tadi. Seingat Rendi, ia sudah sampai rumah dan berencana untuk istirahat karena jadwal pemotreran esok hari sangatlah padat.
Ilustrasi ruangan gelap (Foto: Pixabay)
Rendi memang tidak percaya hal gaib, namun kejadian ini sangat membuat dirinya takut. Tanpa sadar, Rendi berada di ruangan gelap yang pengap dan lembab. Kedua tangan dan kakinya sudah diikat dengan rantai di kedua sisi.
ADVERTISEMENT
Saat Rendi meronta minta tolong untuk dibebaskan dari rantai itu, ada suara hentakan keras berasal dari luar ruangan. Hentak kaki tersebut semakin mendekati ruangan Rendi. ‘Brakkk’ pintu ruangan itu terbuka disertai munculnya sosok berkepala ular yang sangat besar.
“Karena kau sudah merusak sesajen yang diberikan untukku, rasakan akibat yang harus kau terima,” kata makhluk itu disertai dengan suara yang menggema di seluruh ruangan.
Rendi merasa lehernya tercekik setelahnya, meski makhluk itu tidak menyentuhnya sama sekali. Ia merasakan sakit yang luar biasa tatkala jiwa yang ada di tubuhnya seakan memisahkan diri dengan paksa dengan tubuhnya.
Setelahnya, Rendi tidak ingat lagi apa yang terjadi pada dirinya.
---
Waktu menunjukkan pukul 1 pagi. Bono duduk di samping ranjang Rendi di rumah sakit. Saat mendengar sesuatu terjadi pada Rendi, Bono bergegas menuju rumahnya. Sedari pulang dari gedung itu, Bono memang merasakan hal janggal. Ia merasa ada yang “numpang” di mobil yang mereka tumpangi.
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran Bono ternyata benar adanya. Tepat jam 12 malam, ibu Rendi menelepon Bono untuk menolongnya membawa Rendi ke rumah sakit. Kata ibunya, Rendi tiba-tiba kejang di kamarnya setelah tertidur beberapa menit.
Bono kaget bukan kepalang saat melihat kondisi Rendi saat itu. Kejangnya tak kunjung berhenti. Matanya melotot dan lidahnya menjulur keluar. Sayangnya, kondisi Rendi tak jauh beda setelah dibawa ke rumah sakit.
“Apa yang sudah kamu lakukan pada sesajen itu Ren?” tanya Bono sesenggukan. Ia punya firasat Rendi telah usil dengan sesajen yang ditemukannya tadi. Pasalnya, dokter di rumah sakit ini belum ada yang bisa menjelaskan tentang apa yang terjadi pada Rendi.
Rendi sudah tidak kejang lagi. Tapi Rendi tidak menyahut sekalipun perkataan Bono. Ia malah mengigau hal-hal yang tidak dimengerti Bono dengan mulut peotnya.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini hanya rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanyalah kebetulan belaka.