Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kisah Keluarga Pesugihan yang Mencari Calon Istri untuk Dijadikan Tumbal
4 November 2020 18:55 WIB
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Bagaimana ini Yah?” tanya Mama yang duduk di sofa seberang.
ADVERTISEMENT
“Ayah sudah tidak bisa mempertahankan perusahaan ini,” kata Ayah sambil menghela napas.
Aku dan kakak perempuanku terdiam mendengar penjelasan Ayah. Begitu pula Mama. Saat ini, tidak ada yang bisa mengusulkan ide untuk mempertahankan perusahaan ini memang. Impianku untuk membuka bisnisku sendiri sudah pupus.
Tak ada pilihan lain selain menerima kenyataan bahwa kami sudah bangkrut. Bisnis keluarga yang sudah bertahun-tahun lamanya dibangun dengan kerja keras Ayah kini raib ditelan kegagalan. Kakakku kini harus bisa mandiri dengan bisnis kuliner yang baru saja dirintisnya.
Sementara aku tidak tahu harus berbuat apa. Selama hidupku, tidak pernah sekalipun aku memikirkan masa depan karena aku sudah memiliki seorang Ayah yang kaya raya. Kerjaanku hanya foya-foya dan menghabiskan uang.
ADVERTISEMENT
Namun, kenyataan menamparku saat ia bangkrut kali ini. Selain tak punya tabungan, aku juga tidak bisa lagi meminta modal usaha kepada Ayah. Kini aku berada di ujung tanduk. Aku tak punya pilihan lain selain mencari cara untuk bertahan hidup.
Suatu hari, aku bertemu seorang teman lama. Melihat kondisiku yang sudah tak sekaya dulu, ia justru prihatin.
“Yaampun Al, kamu kok kayak gini sekarang? Mana mobil yang selalu kamu pamerkan itu?” ledek Tio.
“Ayahku bangkrut Yo. Aku sudah tak bisa bergaya lagi,” jawabku tertunduk.
“Kasihan sekali kamu. Tenang Al, kalo kamu kesusahan, aku bisa bantu kamu,” jawab Tio.
“Bantu kayak gimana Yo?” tanyaku penasaran.
Ia kemudian menyarankanku untuk melakukan pesugihan . Namun syaratnya aku harus menumbalkan seseorang dari keluargaku.
ADVERTISEMENT
“Ah, aku tidak bisa kalau harus mengorbankan keluargaku Yo,” kataku.
“Itu mah gampang. Kamu tinggal mencari keluarga baru aja Al,” jawab Tio sambil mengangkat alisnya.
“Keluarga baru?” tanyaku bingung.
---
Aku mengerti maksud Tio waktu itu. Saat aku memberitahukan rencana tersebut ke keluargaku, mereka langsung setuju. Selain membutuhkan uang untuk membayar utang, kami sebetulnya juga butuh uang untuk bertahan hidup.
Terlihat memalukan saja, ketika seorang konglomerat tiba-tiba terlihat makan di warung. Atau aku yang biasa membawa mobil mewah kini hanya berkeliling membawa motor. Saat bertemu Tio saja, aku mati-matian menahan rasa maluku.
Namun kini, semuanya akan berubah seperti semula. Kami sepakat untuk melakukan pesugihan yang disarankan Tio. Kami hanya perlu menambah anggota keluarga baru saja agar tak ada keluarga kami yang celaka.
ADVERTISEMENT
Setelah melakukan diskusi panjang, semua setuju untuk menikahkanku dengan seorang perempuan. Meski aku belum tertarik untuk menjalin hubungan, semua ini akan kulakukan demi keluargaku. Kali ini Mama yang akan mengatur perjodohan dengan salah satu anak temannya.
Namanya Rani. Dia seorang perempuan yang cantik dan lemah lembut. Mama berhasil meyakinkan keluarganya untuk menikahkan Rani denganku. Tentu saja, punya hubungan darah dengan seorang konglomerat pasti membuat mereka langsung menyetujuinya.
Sebulan kemudian, aku dan Rani resmi menikah. Agar ritual yang kami jalankan tidak diketahui siapapun, Mama menganjurkanku untuk mengontrak sebuah rumah. Di rumah itu, cuma ada aku dan Rani sebagai pasangan yang baru menikah.
Hari pertama aku langsung meletakkan potongan kain kafan di atas kamar Rani. Aku juga menaruhnya di atap kamar mandi. Pada malam pertama, aku sengaja menaburkan kembang tujuh rupa dan menyalakan dupa di dalam kamar.
ADVERTISEMENT
“Buat apa itu Mas?” tanya Rani.
“Aku suka saja dengan baunya,” jawabku sekenanya.
Namun, aku tidak melakukan hubungan suami istri pada malam itu. Alasanku karena lelah. Tapi sebenarnya itu adalah pantangan yang harus aku hindari agar ritual ini berhasil. Keesokan harinya, aku lalu mengatakan kepada Rani kalau aku harus bekerja ke luar kota.
Dia terlihat sedih, namun tak menahanku karena menurutnya itu memang tuntutan pekerjaan. Akhirnya, aku meninggalkan Rani untuk menuju ke rumah keluargaku. Setelah itu, kami sekeluarga pindah ke luar kota sekaligus meninggalkan Rani di sana.
Seminggu kemudian, keluarga Rani menghubungiku karena katanya Rani menderita sakit keras. Aku beralasan akan segera pulang untuk menjenguknya. Bersamaan dengan itu, keluargaku yang kini tinggal di kota baru sudah dapat menikmati pundi-pundi kekayaan hasil pesugihan.
ADVERTISEMENT
Aku lalu memblokir semua kontak yang berkaitan dengan Rani dan keluarganya. Kabar terakhir yang kudapat, Rani kini telah menjadi wanita gila.
Sementara itu, keluargaku akan berencana untuk menikmati sebentar kekayaan yang sudah kami dapatkan. Setelahnya, kami harus mencari target baru dan pindah ke kota lainnya.
Tulisan ini hanya rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanyalah kebetulan belaka.