Konten dari Pengguna

Kisah Pelaku Pesugihan Siluman Katak yang Berakhir Sengsara Seumur Hidup

15 November 2020 19:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi katak (Foto: Egor Kamelev/Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi katak (Foto: Egor Kamelev/Pexels)
ADVERTISEMENT
Lagi-lagi, Bandi ditimpa kesialan. Panen yang ditunggu-tunggunya selama tiga bulan itu hancur berantakan akibat hama. Padahal, itu satu-satunya harta Bandi yang bisa memberikan uang untuk membeli kebutuhan pangan.
ADVERTISEMENT
Kemarin, hasil panen dari tanaman ubinya hanya laku sedikit karena banyak yang tak layak jual. Alhasil, Bandi hanya punya simpanan yang super mepet dari hasil panen palawijanya dan mengandalkan panen padi. Kini Bandi tak tahu harus mencari uang dari mana.
Hidup sebagai petani memang untung-untungan. Kalau panen besar dan hasilnya bagus, maka ia akan dapat rejeki nomplok. Tapi kalau gagal panen terjadi, seperti yang dialami Bandi, hidup susah pun jadi semakin susah.
Sebenarnya sudah lama Bandi ingin berhenti menjadi petani dan mencari pekerjaan lain karena hal itu. Terlebih, dia sering sekali mengalami gagal panen. Karena sering gagal panen, Bandi punya utang yang menumpuk karena tak ada uang yang dihasilkan.
Sekarang, Bandi sudah tak punya alasan lagi untuk meneruskan profesinya sebagai petani. Ia lelah hidup susah. Bandi juga seringkali iri melihat teman-teman seusianya sudah bisa wara-wiri dengan mobil. Sementara dirinya harus susah payah merawat sawah peninggalan orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Karena itulah, Bandi berencana menemui Kyai Molor di lereng Barat Merapi. Tempat itu tak jauh dari rumah Bandi yang ada di lereng Selatan. Konon, saat Bandi mencuri dengar pembicaraan warga, Kyai itu bisa memberikan kekayaan kepada yang membutuhkan.
Bandi yang merasa sangat kesusahan itu langsung gembira mendengar itu. Maka setelah melihat sawahnya yang sudah pupus harapan siang itu, Bandi langsung bergegas menuju lereng Barat Merapi. Dia membawa kembang tujuh rupa untuk diberikan kepada Kyai tersebut.
Tidak hanya hari itu, Bandi harus terus melakukan kunjungan serupa selama tujuh hari berturut-turut. Katanya, Kyai tersebut akan muncul di hari terakhir. Dan setelah Bandi melakukan sesuai yang diperintahkan, Kyai itu benar-benar mendatanginya di hari ke tujuh.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, yang dilihat Bandi bukanlah seseorang yang memakai baju serba putih dan sorban di kepalanya, layaknya seorang Kyai pada umumnya. Namun, Bandi didatangi oleh sebuah makhluk berbadan manusia tapi memiliki kepala, kaki, dan tangan seperti katak yang penuh lendir.
“Ada perlu apa kemari?” tanya makhluk itu.
“Saya ingin kaya, Kyai,” kata Bandi sedikit terbata-bata.
Makhluk tersebut diam sejenak, lalu berkata kembali.
“Aku bisa mengaturnya. Kembalilah ke rumah karena kau sudah melakukan ritual tujuh hari mengunjungiku secara berturut-turut. Aku akan menilai keseriusanmu untuk menimbang seberapa besar kekayaan yang harus kuberikan,” jelas makhluk itu.
Bandi menghela napas lega karena tak ada syarat berat yang harus dilakukan, sama seperti apa yang ada di desas-desus warga. Ia kemudian pamit pulang dengan perasaan deg-degan sambil menunggu uang pesugihan itu datang.
ADVERTISEMENT
---
Ilustrasi lendir (Foto: Pixabay)
Akan tetapi, setelah beberapa hari menunggu, kekayaan yang dijanjikan oleh makhluk tersebut tak kunjung datang. Bandi kebingungan. Apa ada yang salah dengan niatnya saat melakukan ritual berkunjung kemarin?
Seingat Bandi, tekad dia selalu bulat saat berkunjung, yaitu ingin cepat kaya, tak pernah berubah sekalipun. Akibat terlalu cemas dengan kekayaannya yang tak kunjung datang, Bandi jatuh sakit di hari ke tujuh setelah pertemuan dengan makhluk tersebut.
Namun, penyakit Bandi sangatlah aneh. Setelah demam tinggi selama beberapa hari, Bandi terus menerus mengeluarkan nanah di telinga dan hidungnya. Sementara mulutnya terus menerus “ngiler”. Padahal, Bandi mengaku tak merasakan sakit di dalam tubuhnya.
Lalu, cairan itu keluar dari tubuhnya karena apa? Sungguh malang nasib Bandi. Kondisinya yang demikian terus menerus menerpanya. Cairan dari tubuhnya tak pernah sekalipun berhenti. Semakin lama, Bandi merasakan sakit yang luar biasa dalam tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Untung saja, istri Bandi tetap setia merawat suaminya itu. Namun, jauh di lubuk hatinya, istri Bandi ingin segera meninggalkan suaminya yang pesakitan itu. Pasalnya, setiap kali merawat Bandi, istrinya harus menahan bau amis dan lendir-lendir menjijikkan yang keluar dari tubuh Bandi itu.
Satu-satunya slasan istri Bandi tetap bertahan adalah uang. Ya, benar, uang. Di saat kondisi Bandi yang sakit keras seperti itu, istrinya tiba-tiba menemukan uang yang jumlahnya bisa mencapai ratusan juta di bawah ranjang suaminya.
Selama ini, Bandi kurang menyimak desas desus warga secara lengkap. Kalau ternyata melakukan ritual dengan Kyai Molor berarti setuju untuk menderita seumur hidup dengan penyakit berlendir. Sementara itu, semakin parah penyakit yang dialami, semakin banyak pula uang yang didatangkan.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini hanya rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanyalah kebetulan belaka.