Konten dari Pengguna

Kisah Penjual Pecel Lele yang Dikirimi Bangkai Ayam untuk Pesugihan Saingannya

20 September 2020 17:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi warung pecel lele (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi warung pecel lele (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Pecel Lele Bu Roja adalah penyetan paling favorit di kalangan mahasiswa di Yogyakarta. Letaknya yang berdekatan dengan kawasan kampus dan harganya yang sesuai kantong mahasiswa membuat warung Bu Roja jadi warung makan malam paling diincar anak muda.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, sudah dua minggu ini warungnya sepi pelanggan. Biasanya, warung yang dibuka Bu Roja pukul 5 sore itu sudah ludes terjual pada pukul 10 malam. Namun akhir-akhir ini, pecel lele Bu Roja tidak pernah habis dalam sehari.
Bu Roja terheran dengan perubahan ini. Masakan pecel lelenya tidak ada yang berubah rasa. Bahkan, ia menggunakan resep baru untuk sambalnya agar semakin lezat. Harga masakannya juga masih tetap. Kalau dipikir-pikir, sedikitpun tidak ada yang berubah dari warung Bu Roja.
Tak hanya warung yang sepi yang membuat Bu Roja kesal, ternyata warung saingannya yang sama-sama berjualan pecel lele di ujung jalan akhir-akhir ini sedang ramai.
Ia tahu betul kalau racikan pecel lele di tempat itu tidak enak. Bu Roja juga tahu kalau warung itu sudah lama sepi pembeli. Tapi, mengapa tiba-tiba warung itu ramai sedangkan warungnya sepi? Meski tidak ingin menyimpulkan terlalu cepat, Bu Roja yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
ADVERTISEMENT
Saat berbelanja bahan di pagi hari, Bu Roja bertemu dengan seorang mahasiswi yang ia kenal betul wajahnya karena mahasiswi itu adalah pelanggan tetap warungnya. Karena penasaran, Bu Roja mendekati perempuan itu untuk menanyakan sesuatu.
“Dik Rita, apa kabar?” sapa Bu Roja.
“Eh, Bu Roja. Kabar saya baik, Bu,” jawab mahasiswi itu sambil tersenyum.
“Kamu kenapa gak pernah mampir ke warung ibu lagi sekarang?” tanya Bu Roja tanpa basa-basi.
“Loh, bukannya warung ibu sudah tutup ya?” jawab Rita bertanya balik.
“Kata siapa kamu, Rit? Orang tiap hari ibu buka terus kok. Apalagi sekarang warung ibu sudah sepi sekali, ibu malah buka jam 3 sore biar semakin banyak yang datang,” sangkal Bu Roja.
ADVERTISEMENT
“Saya liat sendiri bu. Waktu itu saya dan teman-teman ingin makan di warung ibu seperti biasa. Tapi, sesampainya di sana, ternyata ibu tutup. Saya kira memang hari itu tidak jualan jadi saya dan teman-teman makan di warung di ujung jalan.
Tiga hari kemudian, kami datang ke warung Bu Roja lagi, tapi warung ibu masih tutup. Kami sempat berpikir kalau ibu memang sudah tidak jualan lagi. Akhirnya, kami gak pernah datang lagi ke situ,” jelas Rita panjang lebar.
Ilustrasi bangkai ayam (Foto: Jawa Pos)
Aneh sekali, pikir Bu Roja. Dia tidak pernah sekalipun libur berjualan, kecuali kalau sedang tidak enak badan. Keanehan itu semakin menjadi ketika ada seorang pembeli yang muntah-muntah di warung Bu Roja suatu malam.
ADVERTISEMENT
“Ibu pakai pesugihan ya?” tanya pembeli perempuan itu di sela batuknya.
“Apa maksud adik? Saya tidak pernah pakai begituan,” jawab Bu Roja tak habis pikir.
“Masa sih, Bu? Lalu bangkai ayam busuk di depan warung ibu itu punya siapa?,” katanya menuduh.
“Saya tidak pernah menaruh barang kotor di warung saya sendiri. Kamu ini mengada-ada saja,” kata Bu Roja sedikit ketakutan.
“Kalau begitu hati-hati saja bu, biasanya ada yang mengirim itu ke warung ibu dengan sengaja,” kata pembeli itu lalu meninggalkan warung pecel Bu Roja.
Dari bukti-bukti yang ada, Bu Roja semakin yakin warung di ujung jalan itulah yang melakukan ini kepadanya.
Akhirnya, Bu Roja mendatangi seorang dukun untuk membalas perbuatan jahat warung itu.
ADVERTISEMENT
Kata dukun tersebut, Bu Roja harus mengembalikan bangkai ayam busuk yang ditaruh di depan warung ke pemiliknya. Namun, Bu Roja harus melakukan itu secara diam-diam, jangan sampai ketahuan siapapun.
Bu Roja kemudian menuruti perkataan dukun tersebut. Meski dia sadar ini juga sama saja berbuat jahat, tapi ia tidak punya pilihan. Bu Roja harus melakukan ini demi bertahan hidup.
Tak lama kemudian, setelah Bu Roja melakukan ritual tersebut, terdapat kabar bahwa warung di ujung jalan ternyata menggunakan pesugihan.
Bu Roja juga mendengar kabar bahwa ada salah satu pembeli yang sedang enak-enaknya makan menemukan bangkai ayam busuk yang ditaruh Bu Roja di depan warung. Mereka lantas muntah dan meninggalkan makanan mereka begitu saja tanpa membayar.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, usaha Bu Roja berhasil. Warung di ujung jalan itu tutup untuk selamanya. Para pembeli melakukan protes besar-besaran untuk mengusir pemilik warung tersebut. Sedangkan, warung Bu Roja kembali ramai pembeli. Bahkan, penjualannya meningkat sampai dua kali lipat setelah kejadian itu.
Tulisan ini adalah reka ulang dari kisah yang beredar di masyarakat. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.