Kisah Pesugihan Boneka yang Tumbalkan Pengguna Jalan: Aku Hampir Jadi Korban

Konten dari Pengguna
20 Oktober 2020 18:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tumbal (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tumbal (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Malam itu hujan baru saja reda, tetapi udara dinginnya masih terasa menusuk menembus pori-pori jaket dan jas hujan yang ku kenakan bersamaan. Celanaku basah kuyup sehingga membuat suhu seakan turun semakin drastis.
ADVERTISEMENT
Kaca helm sudah buram dipenuhi bintik-bintik air. Pandanganku tidak begitu jelas. Aku hanya mengandalkan sedikit ruang yang tersisa di kaca helm ku dan sorot lampu kendaraan di arus lawan sebagai navigasi.
Ketika itu aku baru saja pulang dari kantor untuk melakukan rapid test. Karena hujan turun sangat deras, aku harus terjebak di tempat kerjaku hingga pukul 21.00 WIB. Itupun gerimis masih turun membasahi hari.
Dering telepon terus menerus menyala. Ku lihat istriku menghubungiku berkali-kali karena katanya rumah mulai terkena genangan banjir. Selama menunggu hujan reda, aku memang mematikan ponselku karena katanya khawatir terkena sambaran petir.
Meski masih gerimis, ku paksakan untuk pulang karena aku khawatir dengan keadaan rumah dan bagaimana lelahnya istri menyelamatkan barang-barang rumah agar terhindar dari banjir sendirian.
ADVERTISEMENT
***
Kecepatan laju motorku sebenarnya stabil, aku tak membawa motorku kencang, tidak pula pelan. Namun, karena begitu khawatir, akhirnya malam itu aku mengendarai motor dengan sangat kencang. Ku lihat bilah spidometer menunjukkan kecepatan 80 km/jam hingga 100 km/jam. Sungguh kecepatan yang sangat tinggi untuk ukuran skuter matik.
Sesekali genangan air ku temui, tetapi ku tabrak saja sehingga menyipratkan air begitu kencang. Untung saja tak ada pengendara motor lainnya malam itu, hanya aku sendiri. Jadi, aku tak perlu khawatir karena mencipratkan genangan air ke sana ke mari.
Ketika sudah mulai memasuki jalanan yang agak kecil, yang cukup untuk satu kendaraan roda empat, aku melihat tak ada satupun pengendara yang lewat. Benar-benar hanya aku sendiri. Melihat begitu gelap dan sepinya jalanan malam itu, aku semakin menancap gas karena khawatir terjadi hal-hal yang tidak-tidak.
ADVERTISEMENT
Ketika sudah mulai berjalan sekitar satu kilometer sejak aku memasuki jalanan kecil itu, aku melihat dari jauh tampak seperti bangkai kucing, atau bahkan anjing, di tengah jalan. Ku pelankan laju kencangku untuk memastikan benda apa yang bergeletak di tengah jalan itu.
Ketika sudah mulai mendekat, aku kaget bukan main karena itu bukanlah seonggok bangkai, melainkan sebuah boneka berwarna oranye berukuran besar yang ditaruh di atas sesajian. Aku kebingungan, untuk apa seseorang menaruh sesajian itu di tengah jalan?
Bukankah biasanya sesajian itu ditaruh di tempat-tempat keramat macam makam leluhur atau gunung dan laut? Meski kaget, aku tak begitu ambil pusing. Dengan niat sedikit jahil, ku lindas saja sesajian dan boneka yang ditaruh sembarangan itu.
ADVERTISEMENT
***
"Ikutlah dengaku, Karman. Kau akan bahagia karena telah mengorbankan diri demi kekayaan orang yang membutuhkan."
Itu adalah kalimat yang dilontarkan seorang wanita misterius yang terus menerus menemuiku. Wanita itu begitu menyeramkan. Seluruh wajahnya pucat pasi, matanya merah, dan rambutnya terurai panjang. Ia seperti kuntilanak yang ada di dalam film kebanyakan.
Namun, wanita itu tak punya kaki, melainkan ekor besar yang tampak seperti ular raksasa. Ia sering membelitkan ekor besarnya di leherku lalu mengatakan kalimat di atas berulang kali.
Ilustrasi perempuan misterius (Foto: Pixabay)
Jika ia sudah mulai begitu, aku berteriak kencang dan berlari menjauh. Aku terus-menerus menyebut nama Allah jika ia sudah mulai datang. Kalau sudah tujuh kali nama Allah ku sebut, maka wanita misterius itu akan hilang.
ADVERTISEMENT
Aku tak bisa berlari ke mana-mana karena aku juga tak tahu aku sedang ada di mana, di tempat apa. Tempat itu semuanya serba putih. Tak ada pepohonan, tak ada langit, tak ada siapapun. Yang ada hanya aku sendiri dan wanita hantu yang kerap muncul tiba-tiba.
Seringkali aku menjerit sekencang-kencangnya agar aku bisa keluar dari mimpi buruk itu. Aku pun tak ingat mengapa aku bisa tiba-tiba ada di tempat aneh tersebut. Yang aku ingat terakhir kali adalah aku melindas sebuah boneka aneh yang ditaruh di atas sesajian di tengah jalan. Setelah itu aku tak ingat apa-apa selain tiba-tiba sudah berada di tempat ini.
***
Aku baru saja sembuh dari amnesia sementara yang aku alami. Dahulu, aku tak begitu ingat dengan apa yang terjadi padaku sebenarnya. Beberapa hal yang aku ingat adalah aku melindas boneka misterius di tengah jalan, lalu tiba-tiba bertemu dengan wanita aneh yang misterius. Namun, setelah menjalani terapi dan perawatan yang panjang, aku mulai mengingat apa yang terjadi denganku sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Menurut penuturan istriku, aku mengalami kecelakaan parah hingga mengalami koma selama hampir dua minggu. Istriku jugalah yang mengatakan bahwa aku mengalami amnesia sementara yang membuat aku tak ingat apapun bahkan istriku sendiri.
"Untung saja ada Kiai Hamdani, Mas. Ia mengusir semua pengaruh jahat yang hinggap di tubuhmu selama kamu mengalami koma."
"Apa 'pengaruh jahat' yang dimaksud Kiai Hamdani itu, Neng?"
"Katanya, kau sudah terjebak dan telah menjadi target tumbal sebuah pesugihan. Aku tak begitu tahu kapan dan mengapa kau bisa terjebak. Namun, saat kau mulai cerita setelah sadar dari koma, aku mulai menemukan sesuatu."
"Apakah boneka aneh dan sesajian yang berada di tengah jalan itu yang membuatku buta mendadak saat mengendarai motor malam itu sehingga aku harus celaka, Neng?"
ADVERTISEMENT
"Benar, Mas. Warga sekitar juga mengatakan kalau di jalanan itu memang biasa terjadi kecelakaan tunggal. Yang lebih mengagetkan, Mas, yakni tiap kali ada kecelakaan tunggal, selalu saja ditemukan sebuah sesajian dan boneka yang berserakan di jalanan tersebut. Begitu pula yang dikatakan Kiai Hamdani."
"Dan, yang lebih mencengangkan lagi, Mas, warga mengatakan kalau semua korban kecelakaan tunggal di sana selalu meninggal dunia."
Cerita ini digubah dari kisah nyata. Kesamaan nama tokoh dan latar hanyalah kebetulan.