Kisah Pesugihan: Memelihara Tuyul Demi Kekayaan, Malah Berujung Mengenaskan

Konten dari Pengguna
3 Oktober 2020 18:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tuyul (Foto: Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tuyul (Foto: Kumparan)
ADVERTISEMENT
Sejak muda, Hazmi selalu ingin menjadi orang kaya, sukses, dan berlimpah harta. Sayang, ia bukan anak dari seorang konglomerat. Ayahnya tewas dibunuh preman karena kalah judi. Sedangkan ibundanya harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa karena depresi.
ADVERTISEMENT
Sekolahpun Hazmi hanya lulus sampai Sekolah Dasar. Selepas SD, ia harus kehilangan ayah dan ibunya sekaligus. Alhasil, Hazmi berakhir menjadi pengamen di jalanan.
Beranjak remaja, seusia anak SMP, Hazmi habis disodomi oleh sekelompok preman yang sebelumnya suka memalak uang hasil mengamen Hazmi. Sejak saat itu, ia tak lagi berangkat mengamen. Sehari-hari, ia hanya menyendiri di sudut kolong jembatan.
Maka dari itu, keuangan Hazmi mulai menurun. Badannya semakin kurus, seakan tak terawat. Ia sakit, bahkan mendekati kematian. Beberapa kali Hazmi berhadapan dengan sakaratul maut, tetapi bisa hidup juga.
Semua itu berakhir ketika Dinas Sosial setempat melakukan razia dan membawa Hazmi ke panti asuhan. Sejak saat itu, Hazmi membaik, bahkan tubuhnya mulai terisi lagi. Ia kembali bugar sebagaimana mestinya.
ADVERTISEMENT
Hidup di panti asuhan tak begitu berat. Hazmi bahkan menjadi ketua asrama dan dekat dengan para pejabat daerah. Pemerintah setempat sering melakukan kunjungan dan donasi, sehingga membuat Hazmi sebagai pimpinan dekat dengan mereka.
Suatu hari, di sebuah acara santunan, salah seorang pejabat pemerintahan tertarik untuk mengadopsi Hazmi. Ia berposisi sebagai staf khusus sekretariat daerah dan melihat potensi Hazmi yang besar. Katanya, Hazmi berpotensi menjadi bupati, bahkan presiden sekalipun.
Singkat cerita, Hazmi dibawa oleh staf sekda itu satu minggu kemudian. Ia akhirnya hidup dengan tenang di sana. Bahkan, beberapa tahun kemudian, Hazmi menikah dengan seorang putri dari tokoh masyarakat.
***
Kala rumah tangga Hazmi sudah menginjak usia satu setengah tahun, ayah angkat Hazmi ditangkap KPK. Ia terbukti terlibat dalam sebuah kasus korupsi yang menyebabkan negara rugi ratusan miliar rupiah.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu, Hazmi kembali jatuh miskin. Istrinya, yang memang sejak awal menikahi Hazmi karena posisi ayah angkatnya, menggugat cerai Hazmi dan menikah lagi. Kini Hazmi tinggal seorang di rumah pemberian ayah angkatnya. Ibu angkatnya pergi entah ke mana. Barangkali malu melihat suaminya jadi tahanan.
Hazmi kebingungan. Ia juga marah melihat istrinya mengkhianati dirinya. Pantas saja sang istri tak kunjung mau punya anak. Mungkin memang sudah sejak awal sang istri berniat mengambil harta dari ayah angkat Hazmi.
Hazmi marah, merasa kecewa, sekaligus merasa terhina. Sedangkan, kala ingin membalas dendam, Hazmi tak mampu. Hartanya telah habis. Ia bingung ke mana lagi harus menjalani hidup.
***
"Tolong aku, Mbah. Aku ingin membalaskan dendamku. Syaratnya hanya satu, aku harus kaya raya. Entah bagaimanapun caranya. Ku dengar Mbah bisa membuat seseorang menjadi kaya mendadak. Sebagai mahar, akan ku berikan rumah warisanku beserta isinya."
ADVERTISEMENT
Tanpa pikir panjang, Hazmi hendak menjadikan rumah warisannya sebagai mahar. Ia tak lagi memikirkan ke mana nanti harus kembali. Untuk sementara, ia kembali ke kolong jembatan.
"Akan ku berikan peliharaan tuyulku. Jangan khawatir, aku bisa membuatmu kaya raya dalam satu minggu. Asal kau ikuti saja semua syarat yang telah ku berikan.
"Baik, Mbah. Aku percaya padamu. Aku harus memperlihatkan bahwa aku bisa bangkit tanpa bantuan siapapun. Betapa sakit hatiku dihinakan oleh perempuan itu."
***
"Dukun sialan, aku ditipunya. Kini semua hartaku habis. Bangsat! Bajingan! Bagaimana hidupku ini, Tuhan? Kau telah meninggalkanku terlalu jauh. Untuk apa aku menemui lelaki tua itu dan menjadi anaknya? Untuk apa? Lebih baik aku mati saat itu daripada harus menanggung derita seperti ini."
ADVERTISEMENT
Hazmi kecewa. Selama seminggu, tak ada satupun tuyul atau harta yang tiba. Ia ditipu habis oleh dukun tersebut. Hazmi melaporkan kejadian ini kepada ayah angkatnya di penjara. Namun, jawaban ayahnya mencengangkan.
"Aku ingin mati. Aku ingin mati saja."
Begitulah kalimat yang terucap tiap kali Hazmi meminta bantuan ayah angkatnya. Kini, Hazmi benar-benar sendiri. Ia tak lagi punya siapa-siapa untuk bernaung. Semua hartanya ludes digondol dukun penipu itu.
Keesokan harinya, Hazmi ditemukan tewas tertabrak kereta api. Ia menabrakkan dirinya pada dini hari. Hazmi sudah tak mampu lagi menopang penderitaan. Tampaknya, kematian adalah satu-satunya solusi.
Cerita ini hanya fiktif belaka. Kesamaan nama tokoh dan latar hanyalah kebetulan.