Kisah Pesugihan Penggandaan Uang yang Berakhir Hilang Kesadaran

Konten dari Pengguna
19 September 2020 17:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi penggandaan uang (Foto: Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penggandaan uang (Foto: Kumparan)
ADVERTISEMENT
Ki Bedeng merupakan dukun ternama. Nama aslinya Gusti Suparman, tetapi ia kadung dikenal sebagai Ki Bedeng. Kediamannya selalu penuh oleh klien setiap malam. Ia membuka praktik pesugihan menggandakan uang di padepokan silat miliknya.
ADVERTISEMENT
Banyak orang percaya dengan kesaktiannya. Asal mau memberi modal, maka cuma butuh 2-3 minggu saja uang modal tersebut akan berlipat ganda. Tak ayal bila rumahnya tak pernah sepi pengunjung.
Setiap klien memberi besaran modal, atau yang disebut oleh Ki Bedeng sebagai "mahar awal", yang beragam. Ada yang cuma Rp 50 ribu, ada pula yang memberi hingga Rp 100 juta.
Setiap klien biasanya akan mengantre dengan mengambil nomor antrean yang telah disiapkan oleh murid-murid silat Ki Bedeng. Praktiknya tak pernah surut kepercayaan. Setiap hari, Ki Bedeng selalu melayani 50 hingga 100 pengunjung.
Khusus untuk para klien yang membawa uang besar, setidaknya di atas Rp 100 juta, maka ia akan diberi antrean khusus. Ki Bedeng memang punya prinsip komersial yang baik. Untuk klien yang membawa modal di bawah Rp 50 ribu, maka akan diperingatkan bahwa pesugihannya bisa saja gagal.
ADVERTISEMENT
"Kalau bawa di atas Rp 50 ribu, biasanya akan berhasil. Apalagi jutaan. Kalau bawanya hanya Rp 10 ribu apalagi cuma goceng, potensi gagalnya lebih besar. Sampeyan ikhlas?" begitu kata Ki Bedeng tiap sebelum memulai ritual.
Para klien akan mengatakan bahwa ia ikhlas meski harus kehilangan Rp 5-10 ribu saja. Setidaknya mereka sudah berusaha dan hitung-hitung sedekah kepada Ki Bedeng, dukun yang mereka hormati. Kalau sudah gagal, keesokan harinya si klien akan tetap datang lagi.
Tak ada yang tahu kebenaran ritual penggandaan uang Ki Bedeng tersebut. Namun, menurut beberapa penuturan mantan klien, ritual Ki Bedeng itu benar adanya. Beberapa orang bahkan pernah menerima gundukan uang yang tingginya mencapai 3 meter. Membawanya saja, diperlukan mobil box khusus.
ADVERTISEMENT
Dari cerita-cerita mulut ke mulut itulah kepercayaan masyarakat tak pernah surut kepada Ki Bedeng. Meski tak luput juga dari kegagalan, bahkan sempat dipolisikan, Ki Bedeng tetap saja kebanjiran pengunjung.
***
Malam itu seperti biasa Ki Bedeng sibuk berkonsultasi dengan para klien. Beragam jenis orang dengan jenis permintaan yang berbeda-beda lumayan membuat Ki Bedeng lelah. Meski demikian, ia tetap kuat menghadapi para klien dengan berusaha tetap tampak bugar.
Kalau sedang mendengar keluhan dan permintaan klien, Ki Bedeng akan duduk bersila dan menundukkan wajahnya sambil mengusap-usap telapak kakinya. Sesekali ia merokok dan meminum teh.
Pakaiannya tak tampak seperti dukun. Ia jauh lebih cocok bila disebut tokoh agama. Di ruangan praktiknya tak ditemukan bebakaran kemenyan atau dupa. Paling banter segundukan kelapa yang ada di hadapan Ki Bedeng.
ADVERTISEMENT
Ruangannya pun terang, dilengkapi dengan karpet ala Arab berwarna merah dan hijau. Berkonsultasi dengan Ki Bedeng, seperti bukan berkonsultasi dengan dukun. Citra gelap, seram, atau penuh misteri, tak tampak di diri Ki Bedeng.
Sembari berkonsultasi soal pesugihan, pengasihan, atau penglaris, seringkali Ki Bedeng memberi wejangan yang ditambahi ayat-ayat suci hingga hadits Rasul. Mirip-mirip seperti penceramah agama.
"Jangan pernah mempertanyakan rezeki dari Gusti Allah. Sesungguhnya semua rezeki itu sudah diatur oleh-Nya. Saya bukan siapa-siapa. Mungkin rezeki saudara dititipkan Gusti Allah melalui saya," kurang lebih seperti itulah kalimat wejangan yang kadang diberikan Ki Bedeng kepada kliennya.
Dengan pembawaan dan gaya yang seperti itu, pantas saja masyarakat tak ada yang khawatir dengan dosa atau tidaknya pesugihan Ki Bedeng. Lah wong mereka menganggap itu rezeki pemberian Tuhan.
ADVERTISEMENT
***
Jam dinding masih belum menyentuh angka 12 malam. Klien Ki Bedeng masih mengantre di luar. Kurang lebih ada sekitar 15 orang lagi yang mesti ditangani Ki Bedeng.
"Assalamualaikum, Ki."
"Waalaikumsalam. Silakan duduk."
Seorang perempuan muda, cantik, mengenakan jilbab, masuk ke ruangan praktik Ki Bedeng. Ia mengeluhkan soal suaminya yang pengangguran dan tak mau kerja.
Perempuan tersebut sudah lelah dengan sikap suaminya. Ia ingin menggandakan uang saat itu juga agar bisa dijadikan modal bercerai dengan sang suami. Ki Bedeng hanya duduk seperti biasanya dan mendengarkan sembari sesekali tertawa kecil.
"Ki, saya ingin menggandakan uang saat ini juga. Saya tak mau menunggu 2-3 minggu ke depan."
"Itu mudah. Nona membawa mahar awal berapa banyak? Jika banyak, bisa saya usahakan."
ADVERTISEMENT
"Lima ratus juta rupiah, Ki."
Mendengar nilai uang yang amat besar, Ki Bedeng menyetujui untuk menggandakan uang si perempuan tersebut saat itu juga. Namun, karena ritual tersebut butuh banyak waktu, si perempuan harus menunggu semua klien yang mengantre selesai berkonsultasi.
"Baik, Ki. Saya akan menunggu semuanya selesai. Asalkan malam ini juga saya dapat membawa uang tersebut."
***
"Tolong... Tolong... Perempuan sialan! Perempuan jahanam! Kau harus membayar ini semua. Aku dikejar-kejar harimau setiap hari gara-gara kau."
Begitulah Ki Bedeng kerap berteriak-teriak sembari menangis tersedu-sedu setiap hari. Ia kehilangan akal sehatnya selama hampir dua tahunan.
Menurut pengakuan tetangganya, Ki Bedeng kerap berteriak-teriak bahwa ia dikejar-kejar harimau berwarna putih. Kadang ia berlari ke rumah warga dan meringkuk di sudut rumah warga hingga pagi tiba.
ADVERTISEMENT
Warga sekitar pun sudah tahu kebiasaan Ki Bedeng tersebut. Salutnya, mereka tak ada satupun yang merasa keberatan jika suatu saat Ki Bedeng ujug-ujug sedang meringkuk di belakang atau samping rumah warga.
"Tak apalah, namanya juga orang sudah stress dan gila. Selama tidak mengganggu, ya tidak apa-apa," begitu penuturan salah seorang warga.
Menurut rumor, ritual Ki Bedeng pernah digagalkan oleh seorang perempuan berjilbab yang mengaku akan cerai dengan suaminya. Si perempuan meminta Ki Bedeng menggandakan uangnya malam itu juga tanpa menunggu 2-3 minggu.
Saat tumpukan uang sudah bermunculan perlahan demi perlahan, tiba-tiba si perempuan berjilbab itu menyiramkan cairan kuning ke tumpukan uang tersebut. Karena dilakukan secara tiba-tiba, Ki Bedeng bahkan tak sempat menahan.
ADVERTISEMENT
Katanya, cairan itu adalah air kencing yang sengaja dibawa si perempuan. Si perempuan tampaknya tahu bahwa jin pembawa uang yang ditugaskan oleh Ki Bedeng tidak suka dengan barang najis. Akhirnya, Ki Bedeng selaku pemegang kontrak dengan makhluk gaib menjadi sasarannya.
Akibat gagalnya ritual tersebut, Ki Bedeng kehilangan kesadarannya dan menjadi gila. Ia selalu dikejar-kejar harimau putih kemanapun ia pergi. Perguruan silatnya pun sudah ditinggalkan murid-muridnya. Rumahnya kini sepi, tak ada lagi pengunjung yang tiba.
Rumor lain mengatakan, perempuan yang menghancurkan hidup Ki Bedeng itu adalah seseorang yang pernah diperkosa oleh Ki Bedeng bertahun-tahun lalu. Tak ada yang tahu pasti.
Cerita ini hanya fiktif belaka. Kesamaan nama tokoh dan latar hanyalah kebetulan.
ADVERTISEMENT