Kisah Pesugihan Sendang Jimbung yang Mengutuk Seseorang Menjadi Binatang

Konten dari Pengguna
7 Juli 2020 18:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bulus. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bulus. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Tiap hari, silih berganti, banyak orang datang ke Sendang Jimbung. Di sana, mereka melakukan sesuatu yang cukup sakral: sebuah ritual pesugihan. Mereka membawa kemenyan, candu, nasi tumpeng berikut ayam kampung panggang, minyak wangi, juga kembang tiga rupa. Dalam beberapa hari atau berselang beberapa minggu setelah ritual dilakukan, pencari pesugihan bisa kaya dengan instan. Uang mereka akan terus bertambah juga kian melimpah.
ADVERTISEMENT
Di pinggiran sendang yang bentuknya mirip dengan kolam itu, terdapat dua buah pohon besar berumur puluhan tahun. Keberadaan pohon besar inilah yang diduga dapat mengikat dan menyimpan tenaga mistis, dan karenanya, orang-orang berbondong-bondong ke sana untuk memohon kekayaan.
Pada sisi timur sendang, tumbuh sebuah pohon randu yang berusia ratusan tahun. Tempat itulah yang menjadi tujuan orang mencari pesugihan. Di sisi sendang itulah bulus yang konon bisa menghasilkan banyak uang berada.
Namun, dalam lain hal, sejatinya bukan binatang yang geraknya amat lambat itulah yang menjadi tempat banyak orang meminta-minta. Lebih jauh, ketika orang-orang melakukan ritual di sendang itu, sejatinya mereka sedang melakukan perjanjian dengan iblis. Menurut kepercayaan orang-orang, iblis itu kadang hadir dalam bentuk yang amat mengerikan, dan kadang, ia berubah dalam bentuk bulus.
ADVERTISEMENT
Untuk bisa mendapat kekayaan secara instan, setiap orang diharuskan untuk memasukkan semua uborampe yang disebut di awal tulisan tadi. Sesaat setelah semua bahan ritual dimasukkan ke dalam sendang, konon, bulus itu akan hadir ke permukaan. Hewan itu akan dibawa pulang oleh si empunya ritual. Ia akan merawatnya di rumah, memberinya makanan, dan uang yang banyak konon akan datang dengan tiba-tiba.
*
Aku tak pernah mengenal ayahku sebagai pecinta binatang sama sekali. Apalagi, melihat keadaan ekonomi keluarga kami yang amat pas-pasan, tak mungkin rasanya ayah menghabiskan uang untuk repot-repot memelihara sebuah binatang.
Tapi, di malam itu, kulihat jelas bahwa ayah membawa pulang satu binatang ke rumah. Dan, anehnya, binatang itu amat tak biasa untuk ukuran orang yang tiba-tiba ingin membawanya pulang: ayah membawa seekor bulus. Melihatnya, kutanyai ayah dari mana ia memperoleh binatang aneh itu.
ADVERTISEMENT
“Aneh banget, yah. Ayah dapat bulus itu darimana?” tanyaku.
Mendengar pertanyaanku, alih-alih menjawab, ayah memolotiku, menggerakkan telunjuk yang mengisyaratkanku untuk menutup mulut, dan berlalu. Malam itu, dilatarbelakangi oleh hal yang bagiku tak masuk akal, kupikir ayah telah marah besar.
*
Malam semakin larut. Ayah dan ibu telah tidur di kamar mereka. Namun, dilatarbelakangi rasa penasaran, aku berniat untuk melihat di mana ayah menyimpan bulus yang ia bawa pulang tadi. Kupikir, dilihat dari ke mana arah ayah berjalan, bulus itu disimpan di dalam gudang. Jadilah aku berjalan ke sana, berniat melihat.
Namun, sesampainya di gudang, hal yang amat tak masuk akal—setidaknya bagiku—terjadi.
Ilustrasi sendang wingit. Foto: kumparan
Di dekat bulus yang disimpan ayah dalam sebuah akuarium kecil, terlihat berlembar-lembar uang ratusan ribu yang belum pernah kulihat selama hidupku, saking banyaknya. Melihatnya, aku lantas berteriak. Teriakanku menggema di dalam rumah kami yang tak terlalu besar, dan tak kusangka, sesaat setelah aku berteriak, ibuku menjerit-jerit dari dalam kamar. Aku pun lantas berlari ke sana.
ADVERTISEMENT
Sesampainya di dalam kamar, maka betapa kagetnya aku.
Sambil menenangkan ibuku yang masih menjerit-jerit, kulihat dengan jelas bahwa, astaga, ayah telah meninggalkan kami semua. Ia memang tak meninggal, tapi hal yang jauh mengerikan terjadi: kulihat dengan mata kepalaku sendiri, ayah berubah menjadi seekor bulus.
Melihat kejadian itu, hatiku telah yakin bahwa ayah telah mencari pesugihan di Sendang Jimbung. Tempat itu memang dikenal wingit dan angker. Namun, tak pernah kusangka bahwa gara-gara sendang itu, ayah berubah dan meninggalkan kami semu sendirian.
Tulisan ini merupakan rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.