Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Kisah Pesugihan Tali Pocong: Bongkar Makam di 1.000 Harinya
19 Oktober 2020 17:42 WIB
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sudah dua tahun berlalu, Sariyem hidup sendirian. Bukan tanpa alasan, ia tidak mau meninggalkan rumah tersebut yang merupakan peninggalan suaminya tercinta.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ia berjanji akan merawat suaminya yang dimakamkan tak jauh dari rumah tersebut sampai akhir hayat. Meski begitu, tinggal sendirian bukan berarti hal buruk bagi Sariyem.
Suaminya yang dulunya jadi pengusaha kaya raya itu meninggalkan begitu banyak harta berlimpah. Sariyem hanya tinggal bertahan hidup dengan harta itu, bahkan masih bisa diturunkan ke anak cucu.
Lagipula, kedua anak laki-lakinya yang merantau juga masih sering mengunjungi ibunda yang menjadi satu-satunya orang tua yang harus mereka jaga. Terlebih, besarnya cinta Sariyem kepada suaminya membuatnya tidak ingin berpindah tempat selain di sisi suaminya.
Namun, suatu hari, Sariyem menemui hal aneh saat ziarah makam suaminya sore itu. Saat berjalan menuju makam suaminya, makam itu terlihat sangat berantakan dari kejauhan. Aneh sekali, pikir Sariyem.
ADVERTISEMENT
Tiga hari yang lalu, saat Sariyem membersihkan makam itu seperti biasanya, makam itu terlihat bersih dan rapi. Saat mendekati makam itu, Sariyem terkejut bukan main.
“Astaghfirullah,” kata Sariyem tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia menemukan tetesan darah dari bangkai ayam di atas makam tersebut. Sariyem juga menemukan dua lembar uang Rp 5.000 dan Rp 2.000 di samping bangkai ayam itu.
Sariyem tidak tahu pertanda apa ini. Ia kemudian memanggil penjaga makam untuk menanyakan mengapa ada barang mengerikan seperti itu di atas makam suaminya.
“Saya tidak tahu, Bu. Saya baru datang ke makam ini juga,” kata penjaga makam itu.
“Tapi, biasanya hal begituan digunakan untuk mistis bu,” imbuhnya.
“Apa itu melibatkan mayat suami saya, Pak?” tanya Sariyem khawatir.
ADVERTISEMENT
“Kalau itu saya kurang tahu, Bu. Tapi, biasanya ada yang diambil dari makam yang diberi barang begituan,” jawab penjaga makam itu.
“Kalau begitu saya minta tolong untuk mengecek kuburan suami saya, Pak. Saya tidak mau makam suami saya dirusak begitu saja. Tolong bantu saya memastikannya, Pak,” kata Sariyem memohon.
Lalu, penjaga makam yang terlihat sedikit ogah-ogahan itu akhirnya menuruti permintaan Sariyem. Sariyem berdoa agar tidak terjadi apa-apa dengan jasad suaminya. Perlahan, penjaga makam itu membongkar sedikit demi sedikit kuburan suami Sariyem.
“Astaghfirullah,” teriak penjaga makam itu.
“Ada apa, Pak?” tanya Sariyem panik.
“Tali pocongnya hilang, Bu,” sahutnya.
Lutut Sariyem seketika lemas. Mengapa ada orang yang tega sekali melakukan ini kepada suaminya? Seingat Sariyem, semasa hidupnya, suaminya selalu berbuat baik dan tidak pernah memiliki dendam dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
“Sebaiknya Ibu lapor polisi saja,” kata penjaga makam itu sambil menuntun Sariyem menuju pos untuk menenangkannya.
Setelah menyeruput teh yang diberikan penjaga makam, Sariyem tak kuasa menahan matanya. Ia tak sadar telah tertidur di pos tersebut.
---
“Sar,” kata seseorang memanggil Sariyem pelan.
Sariyem yang samar-samar mendengar itu dalam tidurnya kemudian terbangun. Pos itu terlihat sangat sepi saat malam hari. Tak ada tanda-tanda juga akan keberadaan penjaga makam itu di pos ini. Di mana dia?
Di malam yang gelap dan penuh kabut itu, Sariyem melihat sosok hitam yang berdiri tak jauh dari makam suaminya. Sariyem langsung bergegas menuju makam suaminya, takut ada yang mau merusak makamnya lagi.
“Sar,” suara pelan itu terdengar lagi. Sariyem menghentikan langkahnya. Entah ini perasaannya saja atau bukan, tapi suara itu terdengar seperti suara suaminya. Sariyem juga baru sadar kalau suara itu ternyata berasal dari sosok hitam yang ada di dekat makam suaminya.
ADVERTISEMENT
Sariyem kemudian melangkahkan kakinya pelan hingga mendekati sosok yang terlihat jelas dibelah kabut malam.
“Ayah?!” Sariyem tidak percaya dia akan melihat suaminya setelah dua tahun ditinggal.
“Apa yang Ayah lakukan di sini?” tanya Sariyem.
“Tolong aku Sar. Buat jiwaku tenang. Temukan pelaku yang mencuri tali pocongku,” kata suaminya.
“Tapi aku tidak tahu siapa pelakunya,” jawab Sariyem sedih.
“Suroso,” kata suaminya.
“Maksud Ayah, rival bisnis bebuyutan Ayah itu?” tanya Sariyem.
“Benar. Dia juga yang menyebabkan aku mati karena dia menggunakan aku sebagai tumbal pesugihan yang dijalaninya. Dia melakukan itu agar aku tersingkir dari persaingan bisnis.
Karena sekarang bisnisnya mulai tidak stabil lagi, dia mencuri tali pocongku yang sudah berusia 1.000 hari untuk melakukan pesugihan lagi,” jelas suaminya.
ADVERTISEMENT
Perlahan, sosok suaminya memudar. Sariyem belum selesai melepas rasa rindu kepada suaminya. Ia berteriak memanggil namanya.
“Ayah, Ayah, tunggu!” teriak Sariyem.
“Bu, ada apa?” kata penjaga makam itu sambil menggoyangkan tubuh Sariyem yang sedang tidur.
Setelah membuka matanya, Sariyem bingung karena ia telah berada di pos itu lagi. Penjaga makam kemudian menuntunnya untuk duduk dan memberikan air putih.
“Ibu mimpi buruk?” tanya penjaga makam itu.
Sariyem menggeleng. Meski ternyata hanya mimpi, Sariyem senang karena dia bisa bertemu suaminya setelah sekian lama.
Kini, ia hanya perlu mencari dan melaporkan Suroso atas tuduhan merusak makam dan pencurian tali pocong suaminya. Sariyem akan melakukan apapun untuk membuat jiwa suaminya tenang.
Tulisan ini hanya rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanyalah kebetulan belaka.
ADVERTISEMENT