Kisah Pesugihan Tuyul: Tak Sengaja Korbankan Janin Sebagai Tumbal

Konten dari Pengguna
13 September 2020 18:50 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tuyul (Foto: Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tuyul (Foto: Kumparan)
ADVERTISEMENT
Suprapto memang sengaja memelihara tuyul untuk pesugihan. Ia ingin kekayaannya terus bertambah sepanjang waktu. Saban malam selasa, ia akan mendatangi sebuah pohon beringin di ujung kampungnya untuk bertemu dengan tuyul peliharaan.
ADVERTISEMENT
Di bawah pohon beringin nan rindang itu, Suprapto akan mengambil sekarung uang dari tuyulnya dan menukarnya dengan ayam hitam. Katanya, ayam hitam itu kesukaan si tuyul. Kalau sekali saja si tuyul tak diberi tumbal, konon ia akan ngamuk dengan memakan janin orang.
Suprapto tentu tak mau ambil risiko itu. Ia lebih baik membeli, bahkan beternak ayam hitam, untuk tumbal. Pasalnya, istri Suprapto sedang hamil ketujuh bulan. Jelas, suami mana yang mau anaknya diambil orang, tepatnya diambil setan.
Usai mendapat sekarung uang dari si tuyul, Suprapto girang bukan main. Ia selalu merasakan kegirangan yang sama tiap kali menerima "setoran". Biasanya, lembaran-lembaran uang itu akan ia simpan di tempat-tempat tersembunyi.
Meski memelihara tuyul, Suprapto adalah orang yang pelitnya bukan main. Jangankan kepada orang lain, ia juga pelit kepada dirinya sendiri. Urusan pakaian saja, ia tak pernah mau beli.
ADVERTISEMENT
Kadang-kadang, uangnya dicuri diam-diam oleh putra satu-satunya yang sudah berusia 20an tahun. Biasanya si anak mengambil uang pesugihan itu di bawah kasur atau di selipan-selipan baju di lemari. Barang seratus atau dua ratus ribu selalu ia cokot.
Urusan istrinya, jelas-jelas tak diperhatikan sama sekali. Sejak kawin dengan Suprapto, istrinya sudah total berhenti dandan. Masalahnya, mana mau Suprapto memodali biaya persolekan yang kian hari kian mahal itu.
Dilihat-lihat, sepertinya Suprapto bukannya cari uang untuk kaya, tetapi ia memang terobsesi dengan duit bergepok-gepok. Barangkali Suprapto merasa kesenangannya terpenuhi kalau melihat lembaran uang dalam jumlah banyak.
***
Seperti biasa, malam Selasa akan jadi malam kesukaan Suprapto. Dengan keadaan sudah serba bersih, sudah mandi, dengan mengenakan pakaian yang baru saja diambil dari lemari, Suprapto mendatangi pohon beringin yang biasa ia datangi.
ADVERTISEMENT
Lagi-lagi ia girang bukan main melihat sekarung uang yang bergepok-gepok. Mata Suprapto melotot bukan main. Tanpa basa-basi, karena saking fokusnya dengan uang yang ia dapat, ia tinggalkan saja ayam hitam di hadapan si tuyul. Begitu memang kebiasaan Suprapto.
Suprapto tak pernah mau berinteraksi dengan tuyul peliharaannya. Ia tak butuh tuyulnya, tetapi butuh uangnya. Makanya, tuyul peliharaan Suprapto tak dihiraukannya sama sekali selain meninggalkan ayam hitam untuknya.
Dibawalah uang tersebut oleh Suprapto. Sesampainya di rumah, ia rapikan gepokan-gepokan uang itu di banyak tempat. Tak hanya lemari dan bawah kasur, Suprapto ternyata juga mengubur uang-uangnya di pot-pot bunga atau di halaman rumah. Kebiasaan yang aneh.
Setelah selesai menyembunyikan seluruh duitnya, Suprapto duduk menonton televisi dengan hati yang gembira. Kebutuhan mentalnya akan uang sudah terpenuhi. Kini, ia hanya akan menunggu Selasa selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Tak lama berselang, tiba-tiba istri Suprapto menjerit bukan main. Perutnya seperti mengalami sesuatu. Aneh, padahak baru tujuh bulan, apakah bayi Suprapto akan lahir sebelum usia sembilan bulan?
Suprapto tak mau memikirkan itu. Yang pasti, ia mesti menyelamatkan istrinya terlebih dahulu sembari mencari tahu apa yang terjadi. Seketika ia berlari menuju kamar di mana sang istri berada.
Saat Suprapto menghampiri, ia kaget bukan main karena sudah banyak darah bergelimang di atas kasur dan sang istri tampak tertidur lemas dan berwajah pucat. Dengan sigap ia memeriksa perut istrinya.
Tak mau lama-lama, ia bawa isrinya ke klinik terdekat. Ia gotong istrinya meski berat, lalu membawa istrinya ke sebuah klinik yang jauhnya 15 menit dari rumah. Sesampainya di sana, sang istri buru-buru dirawat oleh pihak rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Kata dokter, Suprapto tak boleh ikut istri ke ruang operasi. Ya, istrinya akan segera dioperasi agar semuanya kembali membaik. Mau tidak mau Suprapto menurut. Ia hanya duduk sendiri di bangku rumah sakit tak jauh dari ruangan istrinya dirawat.
Sekitar satu jam setelahnya, Dokter keluar dan mengatakan sesuatu yang janggal kepada Suprapto.
"Bapak. Mengapa bapak lakukan ini?"
"Maksudnya? Saya tidak mengerti, Dok."
"Usia kandungan tujuh bulan, sudah tak lagi dapat diaborsi. Luka bekas aborsi yang dialami istri bapak sangat berbahaya. Bahkan, kami baru ini melihat luka bekas aborsi seperti itu."
"Aborsi?!" kata Suprapto sedikit berteriak.
Tak butuh waktu lama ia mengingat sesuatu. Ia ingat sebuah wejangan, bahwa jika tuyul peliharaannya tak diberi ayam, maka akan mengambil nyawa seorang bayi. Namun, jika diingat, Suprapto sudah memberikan ayam hitam kepada peliharaannya.
ADVERTISEMENT
***
"Aku sudah memberikan ayam itu kepadamu minggu lalu. Kenapa kau masih melakukan itu kepadaku?"
"Kau dijebak. Itu bukan aku. Aku datang malam itu, dan kau tidak ada."
"Apa?! Kau berbohong!"
"Tidak. Itu memang benar bukan aku. Ada seseorang yang membencimu dan mengutus tuyul peliharaannya untuk mengecohmu agar aku tak menerima seekor ayam pun darimu."
Seketika Suprapto melamun. Ia menangis, menangis tersedu-sedu, menangis sejadi-jadinya. Sejurus kemudian ia tertawa terbahak-bahak. Itulah yang akhirnya dilakukan Suprapto berhari-hari.
Selain hanya menangis dan tertawa, banyak tetangga mengaku sering melihat Suprapto kerap mengulang-ulang dialog tentang ayam, tuyul, dan dirinya yang dijebak oleh tuyul lain. Ia bicara sendiri, lalu menjawabnya sendiri.
Bulan lalu, istri Suprapto meninggal akibat kehabisan darah karena keguguran dan luka aborsi yang menganga. Hingga kini, tak ada yang tahu penyebab keguguran dan luka aborsi misterius yang dialami sang istri.
ADVERTISEMENT
Rumor mengatakan, Suprapto menumbalkan janinnya untuk pesugihan dan menjadi gila karena ia tak menyangka bahwa itu akan merenggut nyawa istrinya. Ah, itu hanya rumor. Tak ada yang tahu kepastiannya.
Putranya kini mendekam di dalam sel akibat kedapatan mencuri onderdil motor di rumah-rumah warga. Katanya, putra Suprapto bisa-bisa divonis lima tahunan penjara karena perbuatannya.
Cerita ini hanya fiktif belaka. Kesamaan nama tokoh dan latar hanyalah kebetulan.