Kisah Seorang Ayah yang Memelihara Siluman Kera untuk Pesugihan

Konten dari Pengguna
12 November 2020 18:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kera (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kera (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
“Seburuk apapun kondisi hidup kalian nanti, jangan pernah memakai pesugihan ya anak-anak,” kata Pak Ustad kepada murid-muridnya.
ADVERTISEMENT
“Mengapa begitu Ustad? Kan enak bisa kaya?” tanya seorang murid dengan polosnya.
“Pesugihan hanyalah tipu daya iblis anak-anak. Mereka hanya akan mengiming-imingi kenikmatan duniawi yang fana sementara mereka akan mengambil nyawa pelaku pada akhirnya,” lanjut Pak Ustad.
Mendengar penjelasan itu, mulut para murid kompak membentuk huruf “o” pertanda paham dengan apa yang dijelaskan Pak Ustad. Tak lama kemudian, pengajian sore itu ditutup oleh Pak Ustad. Para murid lalu bergegas menuju rumah masing-masing.
Saat Abi sampai di rumah, ia mencium bau menyan yang tidak terlalu kuat. “Sejak kapan ayah suka bau menyan?” pikir Abi heran. Tanpa berpikir panjang, Abi lantas mencari orang tuanya di rumah. Ternyata, ibu Abi sedang memasak di dapur. Namun, ia tak menemukan ayahnya.
ADVERTISEMENT
“Bu, ayah ke mana?” tanya Abi.
“Ssttt. Gak usah mencari ayahmu. Dia sedang bekerja,” jawab ibunya sambil menaruh jari telunjuk di mulut.
Abi lalu terdiam. Ia bertanya lagi. “Bu, hari ini makan apa?” tanyanya.
“Kamu kan sudah tahu usaha ayahmu sedang seret, hari ini kita cuma bisa makan tempe Bi,” balas ibunya.
Memang benar, usaha ayah Abi sedang mengalami penurunan akhir-akhir ini. Lebih parah lagi, biaya SPP Abi masih menunggak dua bulan. Tak ingin memikirkan nasibnya, ia lalu pergi ke kamar untuk belajar.
Namun, saat melewati kamar ayahnya, bau menyan yang diciumnya tadi semakin menyengat. Abi jadi penasaran dengan apa yang ada di kamar ayahnya, meski ia sudah sering berkunjung ke tempat itu. Abi lalu membuka pintu kamar perlahan dan mengintip kamar itu.
ADVERTISEMENT
Ruangan itu gelap. Hanya ada satu cahaya lilin di meja kerja ayah. Dan Abi akhirnya menemukan sumber bau menyan tersebut. Ternyata, ada sebuah kendi yang berisi sesuatu kemudian diberi batang menyan di atasnya.
Anehnya, Abi menemukan ayahnya sedang duduk di meja tersebut dengan menelungkupkan kedua tangannya. Ayah Abi menutup mata sambil memohon-mohon menghadap tembok.
Setahu Abi, ayahnya tidak akan pernah melakukan hal ini karena dia sosok yang religius. Bahkan, ayah Abilah yang selalu mengingatkan Abi untuk tidak meninggalkan sholat dan rajin mengaji. Meski Abi tak bisa memastikan, tapi sepertinya ayah Abi mulai berubah.
---
Ilustrasi tembok (Foto: Pixabay)
Beberapa hari setelah kejadian itu, Abi mulai merasakan hal ganjil di rumahnya. Pernah sekali saat ia mengaji di kamarnya, ada suara seperti menggaruk tembok. Merasa terganggu, Abi lantas keluar menuju ruang tamu untuk melanjutkan mengajinya.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, suara tersebut kembali muncul, kali ini di tembok ruang tamu. Ia mulai ketakutan dan mencari ibunya. Aneh sekali, saat ia bertanya apakah ibunya mendengar suara itu, ibunya menjawab tidak.
Abi juga diganggu oleh peristiwa lainnya. Pada malam hari ia ingin kencing. Pergilah Abi ke kamar mandi. Namun, saat melewati dapur, ia melihat sebuah mahkluk hitam besar yang membungkuk membelakanginya.
Samar-samar, Abi mendengar makhluk tersebut sedang memakan sesuatu di sana. Tiba-tiba, makhluk itu menoleh ke arah Abi. Ternyata, itu adalah seekor kera besar yang sedang memakan ayam hidup. Darah segar ayam mengalir di mulutnya.
Sontak, Abi lari terbirit-birit dan tidak jadi kencing. Peristiwa itu kemudian ia ceritakan kepada ibunya. Pada saat itu, bukannya takut Abi terluka, entah kenapa ibunya terlihat marah mendengar cerita Abi. Ia ingat sekali ibunya berkata:
ADVERTISEMENT
“Sudah-sudah, kamu ini ada-ada saja,” kata ibunya.
Seiring berjalannya waktu, Abi mulai mengetahui alasan dibalik peristiwa ganjil dan respon ibunya itu. Firasatnya mengenai ayahnya ternyata benar. Abi sudah tidak pernah melihat ayahnya sholat lagi. Sementara usahanya kini sudah kembali ramai. Bahkan keuntungannya meningkat tajam.
Abi curiga ayahnya menggunakan pesugihan. Bisa jadi ia memelihara siluman atau melakukan ritual klenik semacamnya di rumah ini. Saat Abi bertanya kepada guru ngajinya, kecurigaan Abi dibenarkan olehnya. Ia tentu sedih mendengar ini.
Abi takut ayahnya akan terjebak oleh tipu daya iblis yang ia ajak kerjasama. Tiba-tiba, sebuah ide muncul di benak Abi. Ia akan menghentikan perbuatan ayahnya, apapun risiko yang harus dihadapi. Abi lalu berencana mendobrak kamar ayahnya pada malam hari.
ADVERTISEMENT
Saat Abi melakukan hal itu pada malamnya, ia kaget setengah mati lantaran di kamar ayahnya penuh dengan siluman kera yang dilihatnya di dapur tempo hari. Di dalam kamar itu, ayahnya sedang bersujud kepada gerombolan siluman kera itu.
“Ayah! Hentikan perbuatan ini ayah. Berdosa!” teriak Abi memecahkan konsentrasi ayahnya.
Ayahnya lalu bangun dari sujudnya dan menoleh ke arah Abi. Tiba-tiba, ayahnya jatuh tersungkur. Badannya kejang-kejang dan mulutnya mengeluarkan busa. Abi lantas berteriak minta tolong. Tak lama, ibunya datang dan membawa tubuh ayahnya ke rumah sakit.
Abi lalu memberitahukan keadaan ayahnya kepada guru ngajinya. Pak Ustad lalu datang ke rumah sakit untuk mengecek keadaan ayah Abi.
“Maaf, nak Abi. Jiwa ayahmu sudah dibawa oleh siluman kera itu. Ia disiksa dan dicambuk oleh para siluman itu. Ayahmu sudah jadi pelayan iblis-iblis itu di dunia lain,” kata Ustad.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini hanya rekayasa. Kesamaan nama dan tempat hanya kebetulan belaka.