Konten dari Pengguna

Kisah Seorang Mahasiswa yang Hampir Jadi Tumbal Pesugihan Pemilik Kos

10 November 2020 18:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi rumah kos (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rumah kos (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Sudah seminggu Nani berselisih dengan ibu kosnya. Dari masalah jam malam hingga permintaan pengecatan kamarnya yang catnya sudah pudar. Nani sendiri sebenarnya sudah muak dengan ibu kosnya itu. Sudah cerewet, mata duitan pula.
ADVERTISEMENT
Nani kemudian berencana untuk pindah kos setelah ini. Kemudian, ia teringat kalau ada salah satu teman sesama mahasiswa, Anita yang mencari penghuni kos milik ibunya. Meski Nani agak sedikit ragu untuk menanyakannya, tapi Nani sudah kepepet.
“Nit, kos ibumu sudah penuh belum?” tanya Nani seusai kelas.
“Belum, masih tinggal satu yang kosong,” jawab Anita sedikit tergagap.
“Kalau begitu aku mau ambil ya, soalnya aku mau pindah kos. Ibu kosku cerewet banget,” balasku.
“Oke,” kata Anita sambil lekas pergi meninggalkan Nani.
Anita memang dikenal mahasiswa yang terlalu pendiam. Saking diamnya, teman-temannya sering mendengar dia berbicara sendiri. Agak aneh memang. Karena itulah, saat dia berbicara dengan Nani, dia terlihat gugup sendiri.
Ya, setidaknya Nani masih bisa mengobrol dengan Anita perihal pindahan kosnya. Besok Nani akan berencana melihat kamar yang akan ditempatinya bersama sahabatnya, Nunung. Kemungkinan besar sih, Nani akan mengambilnya karena ia mendengar fasilitas kosannya bagus sedang tarifnya murah.
ADVERTISEMENT
---
Nani sedang dalam perjalanan menuju kos ibu Anita bersama dengan Nunung. Dengan mengendarai motor milik Nunung, mereka hanya membutuhkan lima belas menit untuk menuju kos tersebut dari kampus.
Sesampainya di sana, Nani disambut oleh Anita. Di sampingnya, ada seorang wanita paruh baya yang memakai kebaya lengkap dengan sanggulnya. “Ah, itu pasti ibu Anita,” pikir Nani. Dia memang mendengar rumor bahwa ibu Anita dulunya bekerja sebagai abdi dalem di Keraton Yokyakarta.
Tapi, beliau sudah pensiun dan kini mengelola kos yang dibangunnya selepas berhenti menjadi abdi dalem. “Berdedikasi sekali ya ibu Anita ini, sudah tidak mengabdi lagi tapi masih memegang teguh kebudayaannya,” gumam Nani.
Nani dan Nunung kemudian turun dari motor dan langsung bersalaman dengan ibu Anita. Mereka berbincang sebentar, lalu ibu Anita mempersilakan untuk melihat-lihat kamar yang akan ditempati Nani.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, kamar yang akan ditempati Nani bukanlah seperti bangunan kos biasanya. Kamar itu lebih mirip kamar yang ada di dalam rumah bertingkat dua yang disewakan untuk kos. Beruntung sekali, kamar yang tersisa adalah kamar yang berada di sebelah kamar ibu Anita.
Karena kos tersebut yang berada di dalam rumah, tentu fasilitas di dalamnya bisa dimanfaatkan oleh anak kos. Dan ternyata benar, harga yang dipatok tidaklah terlalu mahal. Nani segera menyetujui untuk pindah ke tempat ini.
“Ni, kamu beneran mau tinggal di sini?” bisik Nunung ke telinga Nani.
“Ya beneran Nung. Memangnya kenapa?” tanya Nani bingung.
“Coba deh kamu lihat. Dari awal masuk ke rumah ini suasananya sudah enggak enak, seperti suram begitu,” kata Nunung masih berbisik.
ADVERTISEMENT
“Ah, itu perasaan kamu saja Nung,” balas Nani.
Tanpa menghiraukan Nunung, Nani langsung membayar uang muka untuk bisa segera menempati kamarnya. Sore itu juga, Nani membawa barang-barang yang ada di kos lama ke kos yang baru.
---
Ilustrasi gamelan jawa (Foto: Wikipedia)
Beberapa hari tinggal di kos tersebut, Nani merasa semakin betah. Pasalnya, ibu Anita baik sekali kepadanya. Dia sering memberikan makan malam untuknya. Bahkan, ibu Anita rela mengantarkan sendiri makan malamnya itu ke kamar Nani.
Akan tetapi, ada satu hal yang membuat Nani gelisah. Sedari awal dia tidur di kamar ini, Nani selalu mendengar kidung Jawa yang dinyanyikan sangat merdu oleh seorang wanita setiap malamnya. Meskipun enak didengar, tetapi alunan itu semakin lama semakin membuatnya ketakutan.
ADVERTISEMENT
Suatu hari, Nani jatuh sakit. Ia muntah seharian dan badannya panas. Seharian badan Nani tidak kuat untuk dibuat berjalan. Akhirnya, ia memutuskan untuk tidak kuliah hari itu dan beristirahat di kamarnya. Beruntung, Nani ditemani oleh ibu Anita yang mau merawat dan membuatkannya bubur.
Saat memakan bubur itu, anehnya Nani malah merasa mual. Padahal, bubur itu enak-enak saja di lidahnya. Tiba-tiba, Nani melihat banyak belatung dalam buburnya. Tapi, saat ia mengedipkan matanya, belatung itu tidak ada.
Nani merasa sangat lemas sampai-sampai matanya melihat yang tidak-tidak. Kemudian, Nani merasa perutnya bergejolak. Ia lalu lari ke dapur untuk memuntahkan makanan yang ada di perutnya. Namun, saat melewati kamar ibu Anita yang pintunya sedikit terbuka, Nani terkejut setengah mati.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, Nani melihat ibu Anita sedang bernyanyi kidung Jawa yang biasanya Nani dengar setiap malam. Di dalam kamar itu juga terdapat satu set gamelan yang bergerak sendiri mengiringi kidung yang disenandungkan ibu Anita.
Tiba-tiba, ibu Anita mengetahui kehadiran Nani di ambang pintu. Ia menoleh ke arah Nani dengan tatapan mata yang hitam pekat. Sontak Nani menjerit ketakutan. Di sela jeritannya, ada seseorang yang menepuk pundak Nani dari belakang.
“Pergilah sekarang juga, sebelum kamu menjadi tumbal pesugihan ibuku,” kata Anita yang kali ini lancar bicaranya.
Mendengar itu, Nani buru-buru keluar dari rumah itu meski dengan keadaan tubuhnya yang lemah. Ia berlari sekencang-kencangnya sampai menemukan sebuah pos ronda. Di situ, Nani meminjam ponsel salah satu penduduk untuk menghubungi Nunung.
ADVERTISEMENT
“Nung, tolong jemput aku sekarang di pos ronda dekat kosan. Sekarang juga Nung,” kata Nani.
Tak lama kemudian, Nunung sampai di tempat yang dimaksud Nani.
“Kenapa Ni? Apa yang terjadi?” tanya Nunung cemas.
“Nanti aku ceritakan. Sekarang kita pergi dari sini dulu,” balas Nani.
Setelah Nani menceritakan semuanya kepada Nunung, mereka lantas mencari orang pintar untuk menyembuhkan Nani. Dan benar saja, dari keterangan orang pintar itu, Nani memang akan dijadikan tumbal oleh pemilik kos. Nani benar-benar bersyukur bisa selamat dari peristiwa itu.
Tulisan ini hanya rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanyalah kebetulan belaka.