news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Tragis Pelaku Pesugihan Siluman Ular yang Langgar Pantangan

Konten dari Pengguna
28 Oktober 2020 17:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ular (Foto: Shuttestock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ular (Foto: Shuttestock)
ADVERTISEMENT
Bendera kuning telah dipasang di depan rumah milik Roro. Para penduduk desa bergiliran mengirimi beras dan uang untuk membantu Roro yang sedang ditimpa kesedihan. Suaminya, Malik, baru saja meninggal tadi pagi setelah dua bulan menderita penyakit kulit.
ADVERTISEMENT
Namun, sakit kulit yang diderita Malik tidak dapat didiagnosis oleh dokter. Makanya, tepat hari ini, Malik menghembuskan napas terakhir akibat tidak kuat dengan penyakit yang tidak ada obatnya. Kematian suaminya itu membuat Roro tidak bisa memendam lagi rahasia yang sudah disimpan lama.
Di rumah duka, banyak orang sedang membisikkan sesuatu yang membuat mereka heboh. Kabar itu berasal dari petugas yang memandikan jasad Malik. Katanya, kulit Malik sangat licin dan banyak sisik yang keluar dari kulitnya ketika digosok.
Selain sisik, sekujur tubuh Malik juga berkali-kali mengeluarkan darah saat dimandikan. Kabar itu akhirnya sampai di telinga Roro. Untuk meredam keributan, seorang Ustad yang bertugas mengimami sholat jenazah akhirnya mendekati Roro.
“Nak Roro, bisa ceritakan apa yang terjadi dengan suamimu?” tanyanya.
ADVERTISEMENT
Sambil menangis sesenggukan, Roro menjawab Ustad tersebut. “Kami menyesal telah berbuat dosa, Ustad,” katanya.
“Tidak apa-apa Nak, ceritakan saja. Biarkan jiwa Malik tenang agar tidak jadi pergunjingan tetangga,” kata Ustad.
“Kami sudah menjadi manusia laknat karena melakukan pesugihan,” jawab Roro memulai ceritanya.
---
Malik dan Roro dilanda kemiskinan luar biasa. Usaha Malik berupa toko bangunan tiba-tiba bangkrut. Sudah hidup serba pas-pasan, kini Malik dan Roro harus menghadapi kenyataan kalau usaha mereka gagal.
Mulanya, mereka bisa bertahan dengan keadaan itu. Mereka yakin, suatu saat pasti ada jalan untuk mereka. Namun, keyakinan itu runtuh tatkala anak pertama mereka lahir. Malik dan Roro butuh biaya besar untuk persalinan, juga untuk merawat bayi itu setelah lahir.
ADVERTISEMENT
Mereka menyerah. Akhirnya, Malik dan Roro setuju untuk pergi ke dukun agar dapat membantu mereka kaya secara instan. Saat menceritakan keadaannya, Malik dan Roro diberi saran untuk melakukan pesugihan siluman ular.
“Bagaimana caranya kami melakukan pesugihan itu Ki?” tanya Malik.
“Kamu harus merelakan istrimu untuk tidur dengan siluman itu pada Selasa Kliwon,” kata dukun itu.
Mendengar hal itu, Malik dan Roro terkejut bukan main. Malik tentu tak ingin membiarkan istrinya yang sangat dicintai itu untuk tidur dengan orang lain, apalagi dengan siluman. Akan tetapi, mereka tak punya pilihan lain. Dengan berat hati, mereka mengiyakan saran dukun tersebut.
Akhirnya, Malik dan Roro datang ke dukun itu di hari yang telah ditentukan yaitu Selasa Kliwon. Dukun tersebut sudah menyiapkan ruangan untuk Roro, sementara Malik menunggu istrinya di luar. Tak lama kemudian, dukun itu mulai memanggil siluman ular untuk memasuki kamar Roro.
ADVERTISEMENT
Setelah ritual itu selesai dilakukan, Malik dan Roro bergegas pulang. Namun, langkah mereka terhenti tatkala dukun itu menghentikan mereka untuk mendengarkan perkataannya.
“Ingat! Kalian tidak boleh melakukan hubungan di hari Selasa Kliwon. Itu pantangan satu-satunya yang harus kamu hindari kalau kamu tidak ingin pesugihan ini berakhir,” kata dukun itu. Malik dan Roro mengangguk dan kemudian pamit pulang.
---
Beberapa bulan setelah melakukan ritual itu, Malik diam-diam jadi orang kaya baru di desanya. Malik sudah tidak khawatir dengan biaya persalinan anaknya lantaran ia sudah punya banyak uang. Malahan, Malik berencana untuk membelikan baju dan sepatu cantik untuk anak pertamanya itu.
Untuk menutupi perbuatannya dari kecurigaan orang, Malik memutuskan untuk berjualan soto ayam. Berkat dorongan dari uang pesugihannya, soto ayam Malik kini sudah memiliki banyak cabang.
ADVERTISEMENT
Dengan kekayaan berlimpah, Malik membangun rumah besar dan membeli mobil mahal. Kesuksesannya itu membuat orang desa mengaguminya. Ia diundang ke berbagai acara desa untuk membagikan tips menjadi orang sukses.
Namun, suatu hari, Malik khilaf. Ia tak sengaja melanggar pantangan dari dukun itu. Tepat pada malam Selasa Kliwon, Malik dan Roro melakukan hubungan, tanpa sedikitpun mengingat kalau mereka tak boleh melakukan itu.
Nahas, kecerobohan itu berimbas buruk kepada Malik. Keesokan harinya, Malik merasakan gatal yang luar biasa di sekujur tubuhnya. Roro kemudian memberinya obat gatal-gatal untuk Malik, tapi rasanya obat itu tidak menghilangkan gatal di tubuh Malik sama sekali.
Akhirnya, mereka memutuskan untuk membawa Malik ke rumah sakit. Pada mulanya, dokter mengatakan kalau itu sakit gatal-gatal biasa. Malik lalu dirawat di rumah sakit dengan resep obat yang diberikan dokter. Namun, setelah beberapa minggu dirawat di situ, Malik tak kunjung sembuh.
ADVERTISEMENT
Bahkan, penyakitnya menjadi lebih parah. Kulitnya mengeluarkan bercak merah dan nanah. Malik tak kuasa untuk tak menggaruk tubuhnya yang gatal. Kelakuan Malik itu justru menambah kesakitan yang dideritanya.
“Ro, aku menyesal telah melanggar pantangan itu. Aku lebih menyesal lagi karena sudah melakukan dosa besar,” itu adalah kata-kata terakhir yang dilontarkan Malik sebelum ajal akhirnya menjemput.
Tulisan ini hanya rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanyalah kebetulan belaka.