Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Menjadikan Pelanggan Setia sebagai Tumbal Pesugihan
13 April 2020 17:49 WIB
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Ilustrasi pesugihan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1586774875/xsa9wesj2pfwmntblzuz.jpg)
ADVERTISEMENT
Menggunakan pesugihan itu seperti menahan nasib buruk untuk sementara, lalu membiarkan pesugihan itu menghantam dengan lebih keras dan lebih berart. Barangkali itulah yang dirasakan oleh Suhadi.
ADVERTISEMENT
Sahudi adalah salah satu pedagang ikan di sebuah pasar tradisional yang ada di tengah kota. Ia menjual berbagai macam ikan, udang, cumi dan kepiting. Beberapa bahan makanan berprotein itu dijual oleh Sahudi dan 9 pedagang lainnya dengan nama kios yang tentu saja berbeda jauh dengan Sahudi. Hanya saja untuk urusan harga, harga masing-masing dari mereka tidak begitu jauh, dan Sahudi adalah salah satu dari beberapa nama yang tidak banyak diingat oleh pengunjung pasar.
Ikan yang dijual oleh Sahudi lebih banyak didatangi oleh lalat atau kucing ketimbang dilirik oleh pengunjung. Adapun yang Sahudi lakukan tetap berteriak sekeras mungkin, mencoba untuk menarik perhatian pengunjung sembari mengusir lalat-lalat itu dengan plastik yang diikatkan pada sebatang bambu.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, itu terjadi sudah hampir 3 bulan lamanya. Sahudi sudah mengarungi kesabaran sejauh mungkin, tapi tetap saja rezeki belum menepi ke kiosnya. Hal ini membuatnya khawatir. Sahudi tidak memiliki mata pencaharian lagi selain berjualan ikan yang sudah ia geluti selama 4 tahun demi menunjang istri dan dua orang anaknya.
Adapun situasi diperparah dengan istri Sahudi yang divonis mengalami kanker payudara stadium 2 sekitar 5 bulan lalu. Sebagai seorang suami, ia seharusnya bekerja berkali-kali lipat lebih keras untuk menutupi biaya pengobatan sang istri, namun pada kenyataannya ia selalu pulang dengan penghasilan yang tak seberapa.
“Gimana Sahudi? yang harus kamu lakukan cuma memberikan tumbal setiap satu bulan sekali. Apakah kamu sanggup, nak?” tanya mbah Syueb.
ADVERTISEMENT
Sahudi tersadar dari lamunan tentang nasib yang membuat pikiran serasa lebih berat dari gunung. Melihat keadaan keluarganya yang terancam, dan nyawa istrinya yang bisa tercerabut kapan saja karena kanker, Sahudi tidak memiliki pilihan lain kecuali menyetujui syarat yang diajukan mbah Syueb untuk menjalankan pesugihan.
Sihir mbah Syueb menunjukkan tajinya. Dalam waktu seminggu setelah Sahudi meminta bantuan untuk melakukan pesugihan, kios ikan miliki Sahudi menjadi jauh lebih ramai dari biasanya. Tak perlu menunggu hingga siang hari, semua ikan yang dijajakan di kiosnya ludes oleh pembeli.
Melihat pesugihannya berfungsi, Sahudi tak ragu untuk sedikit demi sedikit menaikkan harga. Dan seperti dugaannya, pemebli yang beberapanya menjadi pelanggan tetap tidak beranjak untuk membeli ikan di kios lain.
ADVERTISEMENT
Dalam waktu satu bulan, Sahudi bisa memutar balikan keadaan ekonominya. Kios menjadi primadona pengunjung pasar, keuangan rumah tangga yang semakin membaik, dan istrinya memiliki cukup uang untuk berobat.
Semua yang ia capai tentu saja tidak gratis. Sahudi menemukan cara untuk membayar harga yang diberikan mbah Syueb ketika ia pertama kali melakukan pesugihan. Sahudi menjadikan beberapa pelanggan kios ikannya sebagai tumbal, tanpa mereka tahu sedikit pun.
Ketika seseorang pertama kali berbelanja di kios ikan milik Sahudi, Sahudi akan menanyakan nama pelanggan tersebut lalu melayaninya sebaik mungkin. Keramahan tersebut memang tidak ditemukan di kios lain, sehingga membuat pelanggannya merasa nyaman untuk berbelanja di tempatnya. Padahal semua itu adalah cara Sahudi untuk mendapatkan tumbal.
ADVERTISEMENT
Sudah 3 pelanggan tidak kembali ke kios Sahudi karena meregang nyawa sebagai bahan bakar dapur Sahudi agar tetap ngebul. Semuanya meninggal dengan keadaan yang wajar sehingga jejak kejahatan Sahudi tidak terlihat.
Meski begitu, pasar bukan hanya tempat bertukar uang, tetapi juga bertukar informasi. Entah datang dari mana kabar bahwa kios ikan Sahudi bisa laris manis karena pesugihan dan terdapat beberapa orang pelanggan yang tewas karena hal tersebut. kabar ini menyebar dengan cepat di seantero pasar, dan pada akhirnya sampai juga ke telinga Sahudi. Ia mencoba untuk menahan diri dan tidak mendengar kabar yang sebetulnya benar itu.
Sahudi bisa menahan diri, tapi ia tidak bisa menahan pelanggannya untuk pergi akibat kabar tersebut. Baru saja menikmati kekayaan yang berlimpah selama 3 bulan, Sahudi harus dipertemukan lagi dengan nasib buruk yang kini menjadi lebih mematikan akibat pesugihan yang tidak bisa berhenti meminta korban.
ADVERTISEMENT
Di bulan keempat, Sahudi bahkan tidak mampu untuk menyediakan lebih banyak ikan, sehingga dagangannya semakin sedikit saja. Ia juga tidak mampu memberikan tumbal di bulan itu.
Sahudi khawatir bahwasanya pesugihan itu akan merenggut istrinya. Selama beberapa hari ia menunggu sambi; berdoa kepada tuhan agar nasib buruk tidak menimpanya.
Benar saja, bulan itu sang istri masih bisa bangun dari tidur meskipun di sebelahnya, Sahudi yang tidak bisa bangun untuk selama-lamanya.
Tulisan ini merupakan rekayasa dari kisah yang berkembang di masyarakat. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.