Merenovasi Rumah Syarat Ritual Pesugihan Kandang Bubrah

Konten dari Pengguna
30 Maret 2020 23:28 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi rumah. photo/Imdb/Youtube/RIQI Tv/Btd Channel
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rumah. photo/Imdb/Youtube/RIQI Tv/Btd Channel
ADVERTISEMENT
Tok-tok-tok-tok-tok
Suara ketukan palu terdengar dari rumah Pak Ahmad, ya seperti biasanya setiap 1 bulan Ahmad selalu melakukan renovasi terhadap rumah mewah yang terletak di sebuah desa kecil derah Jawa Timur itu.
ADVERTISEMENT
Dengan kaus oblong berwarna putih serta celana coklat pendek yang sudah robek di beberapa sisi, Ahmad terlihat asyik memukulkan palunya ke arah dinding rumah di lantai dua. Jika dipikirkan sebenarnya sedikit aneh, karena tidak ada yang rusak dari bagian rumah Ahmad, mungkin bau cat saja masih bisa tercium karena baru diganti sebulan yang lalu.
Banyak yang berpikir orang kaya seperti Ahmad mengapa harus repot turun langsung merenovasi rumahnya, padahal dengan uang yang ia punya bisa saja menyuruh tukang bangunan untuk membantu pekerjaan tersebut. Kalau dibayangkan memang aneh, tetapi itu nyatanya yang dilakukan Ahmad setiap bulan.
“Pak itu ada yang nelpon, katanya mbah Darjo,” ujar mas Rama supir Ahmad.
Mendengar panggilan tersebut, lantas Ahmad langsung bergegas menyudahi kegiatannya dan masuk ke rumah untuk mengangkat telepon.
ADVERTISEMENT
“Mbah, iya saya di sini,”
“Kamu ingat kan, besok apa yang harus kamu lakukan,” tutur si mbah di seberang telepon.
“eh..ehh iya mbah ingat besok saya kesana bersama istri saya,” ucapnya dengan terbata-bata.
Dalam hati Ahmad ia khawatir, karena ini kedua kalinya ia harus menemui Mbah Darjo si juru kunci yang mengetahui dari mana Ahmad memperoleh kekayan. Ia hanya takut jika ritualnya kali ini harus mengorbankan seseorang yang ia sayangi.
Namun pikiran seperti itu lantas ditepis dari kepala Ahmad karena ia mengingat kata-kata mbah Darjo sebelumnya jika pesugihan kandang bubrah adalah ilmu putih yang tidak ada kaitannya dengan tumbal, katanya begitu.
Keseokan hari ditemani sang istri mereka bergegas ke suatu desa dekat dengan area Gunung Hejo, selama perjalanan Nur, istri Ahmad tidak berhenti-berhenti untuk berkeluh kesah karena omongan orang.
ADVERTISEMENT
“Pak denger kan pak, bulan depan gausah lah direnovasi lagi. Kemarin tuh tetangga pada jadi bahan gosip katanya rumah kita makin ramai aja. Kamu juga dibagian lantai dua kenapa dibuat tambahan atap gitu, gaada fungsinya toh,” ujar kesal sang istri.
Ahmad hanya terdiam mendengar celotehan istrinya, namun di lain sisi ia juga memikirkan apa persyaratan yang diberikan mbah Darjo selanjutnya. Sesampainya di sebuah rumah yang dikelilingi hutan pinus dan penerangan lampu minyak itu sudah berdiri kakek tua yang dipanggilnya mbah Darjo.
Malam itu mbah Darjo terlihat seperti saat pertama kali bertemu, yakni menggunakan blankon coklat di kepala, baju hitam, kain batik yang dililitkan menjadi sarung hingga tak lupa keris kecil di bagian belakang punggung. Lantas bukannya diajak masuk ke dalam rumah, si mbah malah langsung mengajak Ahmad ke pendapa dekat pohon beringin tua.
ADVERTISEMENT
“Pak aku tunggu sini saja ya,” ujar sang istri.
Sesampainya di pendapa tersebut, tampak mbah Darjo mengeluarkan barang-barang yang sudah tak asing seperti bunga tujuh rupa, dupa, rokok klobot hingga arang dalam wadah yang telah diberi kemenyan.
Ahmad diperintahkan untuk duduk di depan sebuah makam serta menyampaikan keinginannya yang belum tercapai di dalam hati. Keinginan Ahmad sebenarnya tak jauh dari harta, usaha yang laris hingga ingin koleksi mobil mewah di garasi rumah. Sedang fokus-fokusnya menyampaikan permintaan,seketika terdengar suara benda jatuh dari pohon biringin di belakang makan
Brukkk
Ahmad langsung membuka mata dan memperhatikan apa yang terjatuh di sana. Saat itu karena tidak diperintahkan untuk mengambil barang tersebut, lantas ia hanya diam dan menunggu arahan dari mbah Darjo.
ADVERTISEMENT
Mbah Darjo jalan ke sumber bunyinya, lalu ia menunduk dan mengambil sesuatu dari tanah. Saat itu Ahmad hampir melompat ketakutan setengah mati, karena yang diambil mbah dari pohon tersebut adalah kepala tengkorang yang bentuknya agak kecil, diyakini bukan tengkorak manusia. Saat itu juga mbah Darjo berkata jika tidak lama lagi permintaan Ahmad akan dikabulkan.
Setelah kejadian tersebut perlahan tapi pasti, usaha Ahmad tambah laris, kini cabang toko tersebar di seluruh wilayah bahkan ada yang sampai kota. Mobil mahal dengan segala jenis merek terparkir di garasi rumahnya. Sudah kaya semakin kaya lagi Ahmad dibuatnya.
Namun suatu kejadian seketika menghantam kebahagiaan yang dimiliki Ahmad, anak semata wayangnya mengalami kecelakaan saat mengendarai motor selepas kuliah. Parahnya kecelakaan tersebut membuat kepala sang anak terlepas dari tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Dari sana Ahmad mulai mengingat bahwa saat melakukan ritual bersama mbah Darjo ada kepala tengkorak yang jatuh dari pohon. Agaknya itu membuat Ahmad menarik kesimpulan bahwa pesugihan tersebut memakan tumbal, yakni sang anak yang sangat ia cintai.
Lantas di hari yang sama dengan kejadian tersebut, Ahmad kembali ke rumah mbah Darjo untuk meminta pertanggungjawaban. Saat itu ia sangat kesal hingga rasnya ingin membalas dendam ke mbah Darjo yang menjadi juru kunci pesugihan.
Di tengah malam yang dingin, ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, menerobos sepinya hutan di tengah malam. Sesampainya di kawasan rumah mbah Darjo Ahmad dibuat bingung, karena rumah yang ia kunjungi sebelumnya tidak terlihat di sana. Sekeliling Ahmad hanya pohon pinus dengan hamparan tanah merah serta suara jangkrik yang mengiringi.
ADVERTISEMENT
Kemudian Ahmad memastikan, tempat saat ia melakukan ritual bersama mbah Dirjo. Ya benar di sana tepatnya pohon beringin besar dengan makam yang terletak di bawahnya. Ia jalan perlahan-lahan untuk mendapatkan kejelasan, namun tiba-tiba saja Ahmad terjatuh karena tidak melihat ada kayu rambatan di tanah.
Saat ia ingin bangun, sontak mata Ahmad terbuka lebar, dadanya berdegup dengan kencang hingga keringat dingin keluar dari seluruh tubuhnya. Pasalnya di depan Ahmad terdapat makam yang tertulis dengan nama “Darjo”.
Ahmad diam seribu bahasa.
Tulisan ini merupakan reka ulang dari kisah yang berkembang di masyarakat. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.