Bumi Sehat, Kita pun Sehat

Petrus Kanisius
Bekerja di Yayasan Palung
Konten dari Pengguna
10 April 2023 14:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Petrus Kanisius tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bumi menanti disapa. (Foto : SHUTTERSTOCK/ParabolStudio).
zoom-in-whitePerbesar
Bumi menanti disapa. (Foto : SHUTTERSTOCK/ParabolStudio).
ADVERTISEMENT
Bumi tak ubah seperti rumah bersama yang senantiasa keberadaannya harus terus menerus dijaga dan dirawat keberadaannya oleh semua kita.
ADVERTISEMENT
Ia (Bumi) sudah semestinya menjadi bagian utama dalam tatanan kehidupan. Sebagai rumah tempat tinggal ia semestinya perlu dirawat dan dijaga keberadaannya saat ini. Mengingat, ia sudah semakin renta. Namun, bukan berarti kita lantas membiarkannya begitu saja.
Lalu, bagaimana dengan apa yang terjadi kepada nasib bumi kini dan apa yang bisa kita lakukan?
Pertanyaan ini tentu saja erat kaitannya dengan apa yang terjadi saat ini, terlebih tentang bagaimana sikap, kesadaran dan perilaku kita memperlukan bumi ini.
Nasib bumi ini sering kali (di/ter)abaikan oleh kita sebagai penjaga yang mendiaminya. Seperti terlihat, kita tidak jarang acuh tak acuh dengan keberlanjutan nasib bumi ini.
Tidak hanya sebagai rumah, bumi juga sebagai ibu karena ia merawat dan menjaga kita dari berbagai ancaman yang ada karena ulah kita.
ADVERTISEMENT
Mengingat,ia sudah semakin renta. Namun, bukan berarti kita lantas membiarkannya begitu saja
Sebagai bentuk dari kepedulian Bersama, lahirnya hari bumi yang selalu kita peringati setiap tanggal 22 April sebagai ajakan dan kepedulian kita semua kepada nasib bumi ini. Adapun lahirnya hari bumi atau Earth Day yang kini diperingati setiap tanggal 22 April pertama kali diselenggarakan pada 22 April 1970 di Amerika Serikat. Penggagasnya adalah Gaylord Nelson, seorang senator Amerika Serikat dari Wisconsin yang juga pengajar lingkungan hidup.
Kesehatan bumi ada pada tangan kita semua saat ini, Di usianya yang semakin renta tentu banyak sakit penyakit semakin sering menderanya.
Panas bumi yang semakin tidak terkendali atau dengan lain semakin membakar kulit, ditambah pula oleh cuaca yang tidak menentu (anomali cuaca), terkadang hujan turun kentara kelihatan yang membawa banjir dan kering kerontang yang sering menghampiri ketika kemarau tiba, ini menjadi bukti nyata bumi perlu menanti asa dari semua kita.
ADVERTISEMENT
Mungkinkah kita bisa bertahan terus menerus tanpa bumi yang sehat? Otomatis, bila kita masih menginginkan bumi yang sehat maka ada tindakan dan kepedulian Bersama pula.
Sebagai rumah bersama, bumi perlu tindakan nyata untuk terus menerus dirawat, dijaga dan dilestarikan dengan cara-cara sederhana yang kita miliki.
Tindakan-tindakan kita sehari-hari tanpa kita sadari acap kali membuat ibu bumi semakin sulit sembuh dari sakit penyakitnya.
Sudahkah kita hemat air, hemat listrik, tidak membuang sampah sembarangan? Bila ya, berarti ada kepedulian yang masih boleh kita jalankan untuk berpihak kepada nasib bumi ini.
Namun jika kita tidak atau belum melakukannya, perlahan-lahan bolehlah kiranya untuk memulai peduli pada bumi dengan cara-cara sederhana yang semestinya bisa lakukan.
ADVERTISEMENT
Hal lainnya yang bisa kita lakukan untuk mendukung nasib bumi agar boleh berlanjut diantaranya menggunakan produk yang ramah lingkungan seperti mengurangi penggunaan kantong plastik.
Selanjutnya, aksi nyata lainnya yang bisa kita dilakukan seperti melakukan penanaman pohon dan mendaur ulang apapun yang bisa didaur ulang menjadi barang yang bermanfaat.
Nasib bumi ini ada pada kita semua, tergantung bagaimana kita memperlakukannya. Bila ia (bumi) tidak disapa/diperhatikan dengan cara-cara sederhana atau kepedulian kita maka ia mungkin semakin sulit melindungi kita dari apa yang terjadi selama ini (banjir, tanah longsor, kekeringan, perubahan iklim dan lainnya) semakin kian terasa mendera.
Bumi sebagai ibu dan sekaligus sebagai rumah kita bersama menanti semua kita untuk peduli dengan cara-cara sederhana yang kita miliki. Peduli berarti ada harapan ibu bumi untuk terus sehat di usianya yang semakin renta ini.
ADVERTISEMENT
Ibu bumi selalu memberi tanpa pamrih kepada kita semua, berharap kita pun bisa memberi sesuatu kepada bumi tanpa paksaan. Bumi sehat, kita pun sehat.
Petrus Kanisius-Yayasan Palung