Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Akibat Pasang Susuk: Sekar (Part 6)
18 Oktober 2020 5:26 WIB
Tulisan dari Didit Galaraka tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Akibat Pasang Susuk: Sekar
Suara parau itu menggema seisi ruangan praktek Sang Dukun, Kadi. ada yang berbeda dari suara Sekar. Suaranya tidak sebagus sebelumnya.
ADVERTISEMENT
**
Sekar adalah ibu rumah tangga yang sudah berumur 30 tahun. Kecantikan parasnya yang alami memang selalu menyihir siapapun yang bertemu dengannya terlebih ketika Sekar berada di atas panggung.
Sepeninggal Yani tidak ada perubahan yang berarti bagi Mekar Ayu. Grup tembang itu tetap dalam performa terbaiknya. Semua itu tak lepas dari peran Sekar yang semakin menonjol.
Sekar adalah seorang single parent. Dia menghidupi satu orang anaknya yang sudah menginjak kelas 4 SD, Yudha namanya.
Yudha ditinggal oleh ayahnya ketika dia masih kelas 1 SD. Ayahnya menerima serangan jantung di sebuah toko ketika dia akan membelikan Yudha mainan kesukaannya.
Sepeninggal suaminya, Sekar banting tulang untuk menghidupi Sang Buah Hati. Menjadi buruh jahit sudah ia jalankan sebelum akhirnya menjadi bagian dari Mekar Ayu. Karena menyanyi khususnya nyinden adalah kepiawayan Sekar. Beberapa genre musik sudah Sekar kuasai. Bukan hanya genre tradisional akan tetapi genre seperti pop & dangdut sudah Sekar kuasai.
ADVERTISEMENT
***
"Mah, Aa berangkat sekolah ya?", Suara mungil Yudha berpamitan kepada Sekar.
"Iya hati-hati ya Aa", Jawab Sekar berharap anaknya kelak menjadi seorang yang berhasil.
"Ini bekalnya A", Sekar memberikan Yudha uang jajan.
Langkah kaki malaikat kecil Sekar pergi meninggalkan rumah untuk menimba ilmu di sekolahnya. Yudha adalah satu-satunya harapan Sekar untuk tetap menjalani hidup.
***
Tepat di depan rumah Sekar terdapat toko elektronik milik kakak Sekar, Wandi. Sepulang sekolah Yudha selalu main di toko Uwa-nya itu. Wandi sudah menganggap Yudha seperti anak sendiri.
Suatu hari salah satu tetangga Sekar ada yang meninggal dunia. Ketika itu Yudha sedang berada di toko. Seperti biasa, ketika ada rombongan pengantar jenazah yang hendak ke makam melewati toko, Wandi keluar untuk melihat kondisi.
ADVERTISEMENT
Otomatis Yudha pun mengikuti Wandi keluar toko. Melihat keranda yang digotong oleh warga, Yudha menepuk tangan Wandi lalu berkata.
Yudha, "Wa wa! kalo Yudha ada di dalam sana, dianterin banyak orang kaya gitu gimana ya?". Sambil menunjuk ke arah keranda Yudha mengucapkan perkataan yang membuat Wandi kaget.
"Hus, jangan ngaco kamu! udah masuk toko sana!". Wandi sedikit menghentak.
Teringat perkataan Yudha yang spontan ketika melihat keranda, ia lantas melaporkannya kepada Sekar ketika Sekar menghampiri toko untuk meminta Yudha pulang, karena hari sudah sore.
"Sekar, anak kamu tuh tadi ngomong yang ngga-ngga". Kata Wandi.
"Ngomong apa kang?". Tanya Sekar.
"Tadi dia ngomong sambil nunjuk keranda katanya 'Wa kalo Yudha ada disana dianterin banyak orang gimana ya?'". Jawab Wandi.
ADVERTISEMENT
Sekar menoleh sedikit ke arah Yudha yang sedang melamun melihat ke arah luar toko.
"Aah itu mah iseng aja mungkin Kang". Ucap Sekar menenangkan Wandi.
"Ya udah, Aa ikut mamah gih! mandi dulu sana!". Pinta Wandi kepada Yudha.
Yudha akhirnya pulang. Wandi masih terngiang dengan apa yang diucapkan Yudha tadi siang. Dalam benaknya mungkin akan terjadi hal yang tidak beres. Tapi setelah dipikir-pikir omongan Sekar ada benarnya juga, mungkin itu hanyalah keisengan anak-anak belaka.
**
Langit sudah gelap dan malam pun semakin larut. mendung menyelimuti udara malam itu. Hening, sunyi, sepi seakan menjadi tanda akan terjadi hal yang menyayat hati. Sekar menanyakan kepada Yudha mengapa ia bisa berkata aneh tadi siang.
ADVERTISEMENT
"Tadi siang kenapa kamu ngomong kaya gitu nak?", Tanya Sekar.
"Yudha pengen tau aja rasanya mah", Jawabnya.
Yudha melanjutkan ucapannya, "Kalo Yudha ada di dalam keranda itu mamah ikut nganter ga?".
Sekar tersentak kaget mendengar apa yang ditanyakan Yudha. Lantas ia menghentikan pembicaraan kemudian menyuruh anaknya itu untuk tidur.
"udah udah udah. mamah ga mau denger lagi. tidur sana!". Ucap Sekar sembari sedikit membentak Yudha.
Yudha hanya menurut apa kata ibunya. Dia lantas tidur sementara Sekar masih melamuni apa yang terjadi pada Yudha. jarang-jarang dia seperti itu. Masih dalam lamunannya, tak terasa Sekar pun akhirnya tertidur.
**
Pagi tiba. Awan mendung masih betah berada di langit ketika itu. Seakan akan berkabung dengan keadaan. Hari itu hari minggu. Biasanya Sekar mengajak Yudha main ke salah satu pusat perbelanjaan. Namun melihat kondisi langit yang mendung, Sekar pun mengurungkan niatnya.
ADVERTISEMENT
Setelah semua pekerjaan rumah selesai ia pun menghampiri toko Wandi di sebrang jalan dengan mengajak Yudha. "Yaa daripada bosan terus di rumah mening nongkrong dulu aja". pikir Sekar waktu itu.
Seperti biasa Yudha langsung masuk ke dalam toko dan menghampiri etalase toko dari dalam. Sementara Sekar memilih berada di luar duduk di sebuah kursi panjang yang dikhususkan untuk pelanggan yang antre.
Wandi melayani pelanggan yang membeli peralatan elektroniknya. Karena pelanggan meminta barang yang tidak ada di etalase, Wandi terpaksa harus mengambil barang itu ke belakang toko yang jaraknya agak lumayan.
Ketika Wandi berada di belakang toko, entah kenapa Yudha sudah berdiri dengan obeng di tangannya. Entah iseng atau penasaran, dia menancapkan obeng itu ke lubang terminal listrik yang ada di atas etalase toko. Nahas, posisi pegangannya bukan tepat pada gagang obeng. akan tetapi berada pada batang besi obeng tersebut. Yudha tersetrum. bukannya ia lepas, pegangannya malah makin kuat seakan kaku dibuatnya.
ADVERTISEMENT
Sekar yang melihat itu terkejut lalu berusaha menyelamatkan Yudha. Salahnya Sekar malah memegang tangan Yudha secara langsung. Alhasil Sekar malah ikut tersetrum. Keduanya lantas pingsan tak sadarkan diri.
Kejadian itu berlangsung begitu cepat. Pelanggan toko yang sedari tadi hanya bisa diam terpaku melihat kejadian itu berteriak meminta pertolongan. Wandi pun bergegas ke depan toko untuk melihat apa yang terjadi.
Melihat keponakan dan adiknya terkapar, ia lantas mengantar keduanya ke rumah sakit. Masih ada nafas dari keduanya, meskipun lemah. Wandi cemas. Perasaannya campur aduk. Ia kembali terngiang perkataan Yudha, "Kalo Yudha ada di dalem sana(keranda), gimana ya?". Tak terasa air matanya berlinang. Ia tidak mau keponakan yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri itu meninggal mengenaskan.
ADVERTISEMENT
Sesampainya di rumah sakit, Yudha dan Sekar bergegas dibawa ke UGD untuk ditindak lebih lanjut. Wandi hanya berharap nyawa mereka berdua terselamatkan.
BERSAMBUNG...
Subscribe untuk mendapatkan notifikasi cerita selanjutnya !!!
Bagi yang ingin membawakan cerita ini di Channel Youtube, dengan senang hati kami persilahkan dengan catatan mencantumkan sumber cerita ke channel youtube "Podcast Horor Demit"