Akibat Pasang Susuk: Teror Sosok Yani (Part 4)

Didit Galaraka
KKN Desa Penari memang salah satu cerita horor yang menyeramkan. Tapi, cerita lain dari podcast horor demit tidak kalah seram. Simak cerita-cerita horor mencekam lain di collection ini dan jangan lupa subscribe untuk dapat notifikasi story terbaru.
Konten dari Pengguna
16 Oktober 2020 15:17 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Didit Galaraka tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Akibat Pasang Susuk: Teror Sosok Yani (Part 4)
zoom-in-whitePerbesar
Akibat Pasang Susuk: Teror Sosok Yani (Part 4)
ADVERTISEMENT
Akibat Pasang Susuk: Teror Sosok Yani
Yani akhirnya dimakamkan. Baru mendengar kabar bahwa Yani memakai susuk, warga mulai menyebarkan gosip tak sedap mengenai Yani di sekitaran kampung itu. Apalagi ada desas desus kalau arwah Yani gentayangan menghantui warga kampung. Minah misalnya. Dia mengaku pernah dihantui sosok seorang Yani ketika mandi. Kisahnya waktu itu Minah sedang mandi di waktu sore hari menjelang maghrib. Di dalam kamar mandi Minah bersenandung menyanyikan lagu. Ketika sedang asik bernyanyi Minah dikagetkan dengan suara nyanyian yang entah darimana datangnya. “Itu suara dari luar ya?”, Pikir Minah. Suara nyanyian itu semakin jelas terdengar seperti seorang yang sedang mengalunkan lagu sunda. Bulu kuduknya merinding karena dia yakin suara itu bukanlah dari luar melainkan dari dalam kamar mandi.
ADVERTISEMENT
Dengan perasaan takut Minah akhirnya memeriksa ke setiap sudut ruangan kamar mandi dan Minah terkejut ketika melihat ke arah ventilasi yang berada di plafon kamar mandi. Disana Minah melihat rambut menjuntai dengan kepalanya yang terbalik dan dengan kondisi mata yang melotot sementara mulut yang tetap bernyanyi meski menganga. “Ya.. Yaa.. Yanii.”, Minah tanpa pikir panjang langsung mengambil handuk dan lari keluar kamar mandi.
Berbeda cerita dengan Mak Ipah. Seorang penjual makanan ringan seperti gorengan dan lainnya yang sering menitipkan dagangannya ke warung-warung di kampung itu. Suatu ketika sebelum adzan subuh sekitar jam 3 pagi Mak Ipah sedang menggoreng gorengan dagangannya. Mendadak Mak Ipah mencium seperti telur busuk dari arah pintu dapur yang langsung mengarah keluar ke belakangan rumahnya. Mak Ipah lalu memastikan ke setiap bahan baku dagangannya agar tidak ada yang busuk. Dan memang, bahan baku dagangannya aman-aman saja semua tidak ada yang busuk sama sekali. Mak Ipah curiga ini pasti ada yang tidak beres seketika lalu menghampiri pintu dapur untuk membukanya. Perlahan Mak Ipah membuka pintu dapur itu dan dia dikejutkan dengan sesosok wanita berpakaian sinden persis seperti apa yang dikenakan Yani ketika posisi terakhir meninggal dunia sedang berdiri di dekat pohon mangga yang ada di belakang rumahnya dengan rambut terurai acak-acakan dan matanya masih melotot dan mulut yang menganga. Sosok Yani lalu menggerakkan kepalanya patah-patah. Mak Ipah sontak membanting pintu “BRAAKK!!” dan mengurungkan niatnya untuk berdagang hari itu. Setelah kejadian itu Mak Ipah mengalami demam selama satu minggu dan selama itu juga Mak Ipah tidak dagang.
ADVERTISEMENT
Ada juga cerita seorang pemuda bernama Dodi. Dia adalah teman SD Yani yang sekampung dengannya dan sedang bertugas di kota Indramayu karena tuntutan pekerjaannya. Ketika itu Dodi pulang kampung dengan mengendarai motornya. Dodi tiba di kampung itu malam hari dan tidak seperti biasanya, warung Mang Gandi yang awalnya selalu buka jika malam hari kala itu tutup. Dodi tidak menaruh curiga sama sekali karena padahal Mang Gandi menutup warungnya lebih awal karena ketakutannya akan mitos arwah gentayangan Yani.
Di dekat gerbang desa Dodi melihat ada seseorang wanita yang sedang duduk di kursi depan pos ronda. Dodi mengenali wanita itu. Dia adalah Yani. Dodi tidak tahu Yani telah meninggal sehingga dengan santainya dia memberhentikan motornya dan menghampiri Yani lalu bilang, “Yan, ngapain sendirian disini? Kamu abis manggung darimana? Kok baju kamu kotor gitu?”.
ADVERTISEMENT
“Manggung di Ciamis”. Kata Yani dengan pelan.
“Ooh. Mana peralatan kamu? Kok ga ada”. Tanya Dodi.
“Anterin aku pulang!”. Tanpa basa-basi Yani langsung duduk di belakang motor Dodi.
Dodi yang tak menaruh curiga sedikitpun lantas mengantar Yani ke rumahnya. Di tengah perjalanan, Dodi melihat Irman temannya sedang bermain gapleh di pos ronda di dalam desa.
“Hei Man?”. Dodi menyapa Irman.
“Eehh Dod. Baru pulang kamu?”. Tanya Irman.
“Iya nih. Sekalian mau antar Yani ke rumahnya hehe”. Kata Dodi sambal menunjuk ke arah belakang motornya.
Mendengar perkataan itu semua orang yang ada di pos ronda mendadak memperhatikan Dodi dan Irman lalu melihat ke belakang motornya Dodi. Disana Irman melihat sosok Yani dengan mata melotot, mulut menganga dan wajah yang penuh darah bekas sayatan. Irman dan semua orang di pos ronda menahan kaget karena mereka tidak mau Yani malah mengganggu balik mereka.
ADVERTISEMENT
Dengan inisiatif masing-masing sembari menahan rasa takut, semua orang disana tanpa basa-basi meninggalkan pos ronda dengan sedikit terburu-buru. Irman hanya memberi isyarat memuramkan wajahnya kepada Dodi. Dia tidak ingin memberi tahu Dodi saat itu juga karena takut Yani mendengarnya.
“Kenapa kamu man?”. Tanya Dodi melihat Irman memuramkan wajahnya.
“Ya udah aku duluan ya?”. Kata Irman dengan sedikit mencubit bahu Dodi.
“Aww”. Erang Dodi.
Irman lantas meninggalkan Dodi. Dia sedikit terheran kenapa Irman seperti ketakutan. Dodi tidak pikir panjang. Dia lantas mengantarkan Yani ke rumahnya.
“Assalaamu’alaykum”. Ketuk Dodi di depan pintu rumah Yani.
“Wa’alaykumussalaam”. Terdengan suara sepuh dalam rumah yang mana itu adalah Bu Esih.
“Bu ini saya anterin pulang tadi saya ketemu di gerbang desa dia lagi sendirian”. Jelas Dodi.
ADVERTISEMENT
“Masuk.. masuk”. Kata Bu Esih dengan berbisik.
“Dod, Yani udah ga ada”. Ungkap Bu Esih sambal menahan tangis.
“Tapi tadi saya jelas-jelas bawa Yani bu”. Ungkap Dodi meyakinkan Bu Esih.
“Akhir-akhir ini memang banyak gosip arwahnya Yani gentayangan ke warga. Mungkin kamu salah satu korbannya”. Kata Bu Esih.
Penjelasan Bu Esih itu membuat Dodi seperti disambar petir dia pun berfikir mungkin hal inilah yang membuat Irman dan semua orang di pos ronda kabur tanpa pamit. Rasa takut dan rasa sedih bercampur jadi satu. Dia lantas berpamitan kepada Bu Esih untuk segera pulang ke rumahnya.
***
“Makasih yaaa! iiiiihihihihihi”. Suara itu terdengar melayang ketika Dodi memarkirkan motor di depan rumahnya. Mendadak dia merinding hebat dan bergegas memasukkan motor ke rumahnya.
ADVERTISEMENT
Tak pikir panjang, Dodi langsung masuk ke kamarnya untuk mengobati rasa takutnya digentayangi Yani.
BERSAMBUNG...
Subscribe untuk mendapatkan notifikasi cerita selanjutnya !!!
Bagi yang ingin membawakan cerita ini di Channel Youtube, dengan senang hati kami persilahkan dengan catatan mencantumkan sumber cerita ke channel youtube "Podcast Horor Demit"