Konten dari Pengguna

Tradisi Hamis Batar, Warisan Leluhur Masyarakat Belu dan Malaka.

Petrus Hale Luan
Mahasiswa ITB-AD Jakarta Perankat Desa Kletek
15 November 2024 15:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Petrus Hale Luan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hamis Batar adalaha tradisi turun temurun yang masih dijaga dan dilestarikan dengan baik oleh masyarakat di Pulau Timor termasuk Belu dan Malaka. Hamis batar merupakan sebuah ritual adat yang dilakukan oleh setiap suku yang mendiami wilayah belu dan malaka. Hamis batar dilakukan saat musim panen jagung, sebelum jagung muda diambil untuk dimakan terlebih dahulu beberapa bulir jagung yang masih muda diambil untuk dipersembahkan sebagai ungkapan syukur kepada sang pencipta dan leluhur yang sudah menjaga dan memberikan hasil kebun yang melimpah. Ritual "hamis batar" di dahului oleh kepala suku dengan membawa beberapa pohon jagung yang dicabut utuh dengan akar-akarnya untuk di ikatkan pada "ai tos / ai dudun, yang merupakan sebuah tiang kayu dengan susunan batu yang melingkar mengelilingi tiang sebagai tempat pentaktaan yang berada di depan rumah adat.
Pohon Jagung yang Diikatkan pada "Ai Tos / Ai Dudun" Foto: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Pohon Jagung yang Diikatkan pada "Ai Tos / Ai Dudun" Foto: Dokumen Pribadi
Setelah kepala suku mengikatkan pohon jagung di ai tos / ai dudun, para perempuan mulai mengupas kulit jagung untuk direbus. sambil menunggu jagung yang direbus matang, kepala suku menyembelih beberapa ekor ayam lalu di bersihkan dan direbus utuh sebagai persembahan bersama jagung muda yang telah direbus. biasanya masing-masing anggota suku akan membawa ayam dan jagung ke rumah adat yang nantinya akan dipersembahkan dan sebagian dimasak untuk makan bersama.
ADVERTISEMENT
Ritual Penyembelihan hewan Kurban. Foto: Dokumen Pribadi
Acara hamis batar juga menjadi momen kumpul keluarga besar yang datang dari berbagai tempat, sebab hamis batar hanya dirayakan setahun sekali dan hanya berlangsung satu hari. Ritual ini ditutup dengan makan bersama seluruh anggota suku yang hadir saat itu.
Persenbahan kepada leluhur berupa Jagung Muda dan Ayam yang di rebus. Foto: Dokumen Pribadi
Tradisi ini diwariskan kepada anak cucu sebab masyarakat belu dan malaka, merupakan masyarakat adat yang dalam hidup sehari-hari masih berpegang teguh kepada kepercayaan adat istiadat.