Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Memerangi Perdagangan Satwa Liar : Perjuangan yang Belum Dimenangkan
6 Desember 2024 14:34 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari PHOEBE KONG TIEN NI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Nama saya Phoebe Kong Tien Ni, seorang mahasiswa Universitas Airlangga. Lahir dan tumbuh di Kuala Lumpur, Malaysia, dibesarkan di daerah yang masih kaya akan alam secara alamiah meningkatkan kesadaran saya tentang isu lingkungan dan keberlanjutan. Saya menulis artikel ini untuk meningkatkan kesadaran tentang masa depan fauna Indonesia, yang terancam oleh perdagangan satwa liar ilegal.
ADVERTISEMENT
Dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa, Indonesia melindungi sejumlah spesies langka dan unik—Harimau Sumatera, Badak Jawa, dan Kakatua Jambul Kuning. Paradoksnya, kekayaan alam ini terus-menerus terancam oleh perdagangan satwa liar ilegal yang tak terkendali. Awal tahun ini, pihak berwenang berhasil menghalangi penyelundupan puluhan burung langka, sebuah kemenangan kecil dalam perjuangan panjang melawan perdagangan satwa liar, yang terus meluas.
Ironisnya, perdagangan satwa liar tidak hanya melibatkan pelaku di tingkat lokal tetapi juga terhubung dengan jaringan internasional yang canggih. Keuntungan besar dari penjualan hewan sebagai hewan peliharaan eksotis atau bahan obat tradisional tetap menjadi daya tarik yang signifikan. Di sisi lain perdagangan ini terdapat kerugian besar: kepunahan spesies yang berharga, kerusakan ekosistem, dan ancaman terhadap masa depan generasi mendatang.
ADVERTISEMENT
Akar Masalah Perdagangan Satwa Liar
Penyebab perdagangan satwa liar ilegal di Indonesia berakar dalam, melibatkan berbagai aspek seperti sosial, ekonomi, dan budaya. Di tingkat lokal, kemiskinan biasanya menjadi pendorong utama yang membuat masyarakat memburu dan menjual satwa liar. Dalam kebanyakan kasus, masyarakat dari daerah terpencil atau mereka yang terkena dampak penggundulan hutan menganggap perburuan sebagai salah satu cara bertahan hidup.
Selain aspek ekonomi, budaya juga sangat mendukung perdagangan satwa liar. Permintaan hewan eksotis sebagai hewan peliharaan atau bahan obat tradisional semakin memperparah situasi. Masyarakat, yang terkadang tidak tahu apa-apa tentang dampaknya terhadap kelangsungan hidup spesies ini, melihat hal ini sebagai cara hidup—bagian dari budaya mereka.
Namun, masalah terbesarnya adalah lemahnya penegakan hukum. Indonesia memiliki undang-undang yang ketat terhadap perdagangan satwa liar, tetapi penerapannya yang buruk dan kurangnya pengawasan membuat para pedagang satwa liar terlalu sering lolos dari hukuman.
ADVERTISEMENT
Dampak Perdagangan Satwa Liar
Perdagangan satwa liar ilegal memiliki dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi yang sangat buruk. Pertama dan terutama, berkurangnya spesies langka seperti Harimau Sumatera dan Badak Jawa mengganggu keseimbangan ekosistem. Tanpa predator puncak ini, hal ini dapat menyebabkan efek berjenjang pada rantai makanan dan memengaruhi kesehatan hutan serta kelangsungan hidup spesies lainnya.
Dari perspektif ekonomi, hilangnya keanekaragaman hayati Indonesia mengancam sektor pariwisata secara umum dan ekowisata sebagai sumber pendapatan penting di banyak daerah. Banyak orang mengunjungi Indonesia untuk melihat hewan langka ini di habitat aslinya. Ketika spesies ini punah, salah satu daya tarik terpenting bagi industri pariwisata akan hilang.
Hilangnya identitas budaya yang terkait dengan hewan-hewan ini merupakan bagian dari dampak sosial yang lebih luas. Dalam sebagian besar tradisi ini, mulai dari ritual dan upacara hingga cerita rakyat sederhana, beberapa hewan berperan penting. Hilangnya mereka bukan hanya hilangnya satwa liar tetapi juga terkikisnya sebagian sejarah dan budaya bangsa.
ADVERTISEMENT
Makalah Refleksi: Hubungan Manusia dengan Alam
Konon, kenangan perjalanan masa kecil - khususnya perjalanan yang dilakukan bersama keluarga - tetap tak terlupakan. Kenangan masa kecil saat bepergian ke hutan Sumatera masih segar dalam ingatan, saat itu kicauan burung dan aroma pepohonan seakan-akan menandakan harmoni antara manusia dan alam. Namun, setelah beberapa tahun, saat saya memasuki area yang sama, semua yang ada di atmosfer telah berubah total: tidak ada pohon yang sehat, yang kini tak berdaun, dengan tanah yang sebagian tandus menggantikannya, sementara burung-burung yang bernyanyi merdu mengiringi langkah kaki kita seakan menghilang.
Saat itulah saya tersadar: mengapa kita manusia bersikap begitu acuh tak acuh terhadap nilai alam, yang tidak akan pernah bisa direnggut dari kita? Apa gunanya kekayaan materialistis jika kita akan kehilangan warisan terbesar—lingkungan yang sehat?
ADVERTISEMENT
Perdagangan satwa liar menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara kebutuhan ekonomi dan komitmen moral kita. Namun, ini bukan hanya tentang kerusakan ekologis; ini adalah undangan untuk memulihkan hubungan kita dengan alam, untuk memahami bahwa kelangsungan hidup kita bergantung pada kehidupan yang dijalani secara harmonis dengan organisme hidup lainnya.
Apa yang Dapat Kita Lakukan?
Meskipun pemerintah dan LSM telah berupaya keras, masih banyak yang perlu dilakukan. Tentu saja, langkah pertama adalah penegakan hukum yang ketat: hukuman yang lebih berat harus dijatuhkan kepada para pedagang satwa liar, tanpa celah untuk mengelak.
Selain itu, masyarakat harus lebih dididik dan diberi kesadaran. Banyak orang tidak menyadari dampak pembelian satwa liar sebagai hewan peliharaan atau produk lainnya. Pengurangan permintaan satwa liar harus dilakukan sebagai kampanye nasional yang besar-besaran.
ADVERTISEMENT
Sebagai individu, kita juga memainkan peran penting dalam melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia. Hindari membeli satwa liar ilegal dan dukung organisasi konservasi-hal mudah yang dapat kita lakukan.
Kesimpulan
Perdagangan satwa liar ilegal sangat serius sehingga perlu segera diperhatikan dan ditindak. Jika dibiarkan tanpa tindakan segera, anak cucu kita mungkin hanya akan melihat Harimau Sumatera dan Badak Jawa dari foto saja. Bagaimanapun, dengan usaha kolektif dari pihak pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, kesempatan kedua masih mungkin untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati Indonesia dan memungkinkan warisan ini diwariskan dan dinikmati oleh generasi mendatang.
Live Update
PSSI resmi mengumumkan Patrick Kluivert sebagai pelatih baru timnas Indonesia, Rabu (8/1). Pelatih asal Belanda ini akan menjalani kontrak selama dua tahun, mulai 2025 hingga 2027, dengan opsi perpanjangan kontrak. Kluivert hadir menggantikan STY.
Updated 8 Januari 2025, 18:59 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini