Menilik keindahan Batik dari Karibia

Pierre Manoppo
Aspiring writer living a nomadic life as a diplomat
Konten dari Pengguna
10 Maret 2021 19:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pierre Manoppo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Batik sebagai warisan budaya Indonesia sudah lazim dikenal memiliki ciri khas sesuai daerah asal pembuatannya. Batik yang satu ini belum banyak diketahui oleh dunia bahkan di Indonesia sendiri. Inilah Caribelle Batik yang berasal dari negara Saint Kitts and Nevis di wilayah kepulauan Karibia.
ADVERTISEMENT
Saint Kitts and Nevis adalah nama dari dua pulau yang membentuk sebuah negara federasi dengan nama Saint Christopher and Nevis. Nama Saint Kitts merupakan versi pendek dari Saint Christopher. Negara ini resmi mendapatkan kemerdekaannya dari Inggris pada 19 September 1983 dan menjadi salah satu destinasi wisata favorit di kawasan Karibia.
Pemandangan Federasi Saint Christopher (St. Kitts) and Nevis (Sumber: www.stkittstourism.kn)
Dengan penduduk sebanyak 52.000 orang, negara ini mengandalkan sektor pariwisata sebagai sumber devisa dan pemasukan negaranya. Menurut data Bank Dunia terakhir, sepanjang tahun 2018 negara ini dikunjungi oleh lebih dari 125 ribu wisatawan mancanegara. Ketika berkunjung ke negara ini, Caribelle Batik merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan.
Caribelle Batik didirikan pada tahun 1976 oleh seorang warga keturunan Inggris, Maurice Widdowson. Dirinya memulai bisnis dengan berjualan benang katun di negara asalnya.
ADVERTISEMENT
Yang menarik adalah dirinya mengenal batik bukan dari mengunjungi Indonesia, melainkan ketika mengunjungi Zambia di benua Afrika sebelum akhirnya menetap di pulau Saint Kitts. Sejarah panjang perjalanan batik dari Indonesia ke Afrika pada abad ke-19 akhirnya tiba di Karibia seabad kemudian.
Suasana dalam toko Caribelle Batik (Sumber: www.facebook.com/caribelle.batik)
Toko dan sentra produksi Caribelle Batik sudah menjadi salah satu destinasi pariwisata favorit di Saint Kitts. Berlokasi di sebuah kawasan asri bekas perkebunan tembakau dan tebu yang kini menjadi taman luas dan rindang yang dinamakan Wingfield Estate.
Dalam kawasan ini berdiri sebuah rumah bekas bangsawan Inggris, Earl of Romney, yang dibeli dari Sam Jefferson II pada tahun 1625. Sam Jefferson II merupakan leluhur Thomas Jefferson, Presiden ketiga Amerika Serikat (1801-1809).
Tampak depan Romney Manor (Sumber: www.caribellebatikstkitts.com/
Rumah yang hingga kini disebut sebagai Romney Manor menjadi lokasi toko dan sentra produksi Caribelle Batik yang dikunjungi oleh lebih dari 100 ribu orang setiap tahunnya pada masa pra-pandemi.
ADVERTISEMENT
Untuk mengunjungi tempat ini disarankan untuk menggunakan kendaraan sewa mengingat terbatasnya transportasi publik. Dibutuhkan waktu sekitar 20 menit berkendara dari terminal kapal pesiar Pelabuhan Port Zante atau dari Bandara Internasional Robert Bradshaw (Kode IATA: SKB).
Wisatawan yang berkunjung dikenakan biaya sebesar USD 3, tapi bagi balita hingga anak berusia 11 tahun tidak dikenakan biaya. Pastikan untuk memiliki waktu yang cukup sekitar 30-45 menit untuk dapat mengelilingi semua sudut tempat ini.
Plakat sejarah Romney Manor. (Sumber: Dok. Pribadi)
Selain menjual batik, tempat ini juga memperlihatkan proses pembuatan batik yang persis menggunakan teknik membatik Indonesia dengan canting dan lilin malam.
Beberapa hal yang menjadi ciri khas atau keunikan batik yang dibuat di sini adalah motif-motif yang digunakan relatif besar dan terinspirasi dari alam seperti pemandangan pesisir pantai, motif dedaunan, bunga, dan potret kehidupan masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
Yang unik adalah untuk sebagian motif yang lebar mereka menggunakan kuas seakan melukis di atas kanvas. Inilah perbedaan utama antara batik Karibia dengan batik Indonesia yang rata-rata menggunakan motif lebih kecil dan lebih rapat, sehingga penggunaan canting lebih dominan pada batik Indonesia.
Salah satu pengrajin menjelaskan teknik membatik dari awal hingga menjadi produk akhir. (Sumber: Dok. Pribadi)
Pada kesempatan itu kami bertemu dengan beberapa pengrajin yang sudah bekerja lebih dari 30 tahun. Mary, salah satu pengrajin sudah bekerja selama 40 tahun. Sedangkan Ella sudah bekerja selama 35 tahun. Mereka berdua memiliki tanggung jawab lebih untuk melatih generasi pengrajin batik selanjutnya.
Produk-produk yang dijual pun bervariasi mulai dari sarung pantai, gaun santai, kaos, kemeja, tas, dompet, hingga sarung bantal dan aksesoris rumah tangga. Di tengah pandemi mereka juga menawarkan masker batik.
ADVERTISEMENT
Harganya berkisar dari USD 15 untuk sebuah masker hingga USD 70 untuk sebuah kemeja pria. Produk-produk Caribelle Batik juga diekspor ke negara-negara tetangga seperti Saint Lucia dan Antigua and Barbuda.
Selain toko dan sentra membatik, di lokasi bersejarah ini juga tersedia sebuah bar yang dinamakan The Rainforest Bar. Dari bar ini kita bisa melihat pemandangan indah Central Forest Reserve National Park dan gunung berapi Liamuiga, yang menurut sejarah terakhir erupsi 1.800 tahun yang lalu.
Jika anda berminat atraksi lainnya, di sekitar Romney Manor juga terdapat atraksi luncur gantung (zip line) dan tour menggunakan motor roda empat.
Pemandangan dari The Rainforest Bar dengan minuman favorit buatan buatan setempat: Carib. (Sumber: Dok. Pribadi)
Keberadaan Caribelle Batik di Saint Kitts and Nevis menjadi bukti nyata batik yang mendunia. Bagi kami yang mengunjungi tempat tersebut menumbuhkan rasa bangga bahwa di sebuah negara kepulauan di kawasan Karibia terdapat sebuah warisan budaya Indonesia yang menjadi salah satu tujuan pariwisata favorit sebuah negara.
ADVERTISEMENT