Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Gerakan Childfree dalam Lintas Nilai-Nilai Pancasila
16 November 2024 12:27 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Pinkan Arulin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak pemuda-pemudi yang memutuskan untuk childfree. Fenomena childfree, di mana induvidu atau pasangan memilih Keputusan untuk tidak memiliki anak menyita banyak perhatian di Indonesia. Seperti baru baru ini diberitakan di akun resmi instrgram @hariankompas. pada (9/11/24) sebanyak 8,2 persen perrempuan di Indonesia atau sekitar 71.000 orang memilih secara sadar untuk tidak memiliki anak pada 2022. Banyak alasan yang mendasari putusan tersebut dan harus dihargai. Namun, jika dikelola dengan baik dan menjadi tren, putusan ini bisa membahayakan strutur penduduk dan ketahanan bangsa di masa depan.
ADVERTISEMENT
Mereka yang memilih Keputusan untuk tidak memiliki anak itu sering dianggap sebagai Perempuan dengan Pendidikan yang lebih tinggi. Nyatanya, jumlah Perempuan berpendidik SMA yang memilih childfree justru lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang lulusan perguruan tinggi. Alasan utama putuskan untuk childfree adalah kesulitan ekonomi.
Saat bersamaan, 70 persen penduduk Indonesia akan berada diperkotaan pada 2045, tempat dengan Tingkat persaingan hidup yang tinggi. Tuntutan ekonomi di masa depan juga akan semakin sulit sehingga tren gaya hidup, termaksud childfree, diyakini akan semakin meningkat dan menyebar luas.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik ( BPS ), angka kelahiran di Indonesia mengalam penurunan. Pada tahun 2020 adalah 4,69 juta dan terus menurun setiap tahunnya hingga pada tahun 2023 angka kelahiran di Indonesia menjadi 4,62 juta penurunan ini mencerminkan perubahan preferesi keluarga di Indonesia yang lebih memilih keluarga kecil atau bahka meilih tidak memilki anak sama sekali, yang menunjukan danya pergeseran dalam pandanga terhadap strutur keluarga tradisional ( Dewi, Listyowati, & Napitupulu, 2018 ).
ADVERTISEMENT
Dalam konteks kasus ini, ada beberapa nilai-nilai Pancasila yang terlihat dalam kasus childfree terebut:
1)Ketuhanan yang Maha Esa : Dalam sila pertama Gerakan childfree tidak bertentangan karna dalam pencasila , Kebebasan beragama dan keyakinan dihormati.pilihan tidak memiliki anak bisa didasari oleh pertimbangan pribadi yang tidak terkait dengan ajaran agama tertentu. Namun, Gerakan childfree tersebut bisa mempengaruhi cara pandang terhadap sila pertama khususnya dalam hal interprestasi agama dan keyakinian. Banyak agama di Indonesia mengajarkan pentingnya keluarga dan keturunan sebebagai bagian dari berkah hidup. Keputusan untuk tidak memiliki anak dalam konteks ini dapat dianggap sebgai pegabaian terhadap peritah agama atau peran individu untuk melanjutkan generasi. Dalam hal positif , Gerakan ini juga bisa dilihat sebgai bentuk kebebasan beragama dan berkeyakinan, di mana setiap orang berhak untuk memilih cara hidupunya tanpa adanya paksaan sosial atau agama. Tetapi, di sisi lain, bagi Sebagian orang, hal ini bisa dianggap sebagai penggeseran dari nilai-nilai religious yang menekankan pentingnya keluarga dan keturunan.
ADVERTISEMENT
2)Kemanusiaan yang Adil dan Beradab : Dalam sila kedua Gerakan tersebut dipandang dari sisi hak asasi manusia, di mana setiap individu berhak menentukan jalan hidupnya, termasuk keputusan untuk tidak memiliki anak. Dari perspektif kemanusiaan, pilihan childfree bisa diterima jika itu dipilih secara sadar dan bertanggung jawab. Namun tantangan muncul dalam kaitannya dengan kewajiban sosial. Apakah Keputusan untuk tidak memiliki anak berarti seorang mengabaikan tanggung jawab sosial terhadap regenerasi dan keberlanjutan populasi? Jika ini terjadi dalam skala besar, bisa jadi ada dampak negative terhadap keberagaman generasi, yang mungkin mempengaruhi solidaritas sosial dalam Masyarakat. Oleh karna itu, ada tantangan dalam meyeimbangkan kebebasan pribadi dengan tanggung jawab terhadap kesejateraan kolektif.
3)Persatuan Indonesia : Dalam sila ketiga dapat memiliki dampak struktur keluarga tradisional yang snagat penting dalam budaya Indonesia, Namun, dalam konteks persatuan, penting untuk menenkankan bahwa Indonesia adalah negara yang menghargai keberagamaan, termaksud dalam pilihan hidup pribadi. Selama tidak mengancam harmoni sosial dan persatuan bangsa. Keberagamaan dalam kehidupan keluarga dan pilihan individu harus dihargai sebagai bagian dari kebhinnekaan yang memperkaya Masyarakat.
ADVERTISEMENT
4)Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan : Dalam sila keempat tersebut dapat dilihat dari sisi demokratis dan hak individu untuk membuat Keputusan dalam hidup mereka. Dalam kerangka sila ini kebebasan untuk memilih apakah akan memiliki anak atau tidak sejalan dengan hak individu yang dihormati dalam sistem demokrasi. Namun, terdapat tantangan dalam melihat dampak gerakan ini terhadap kepentingan jangka panjang negara dan populasi. Apakah semakin banyak orang yang memilih untuk childfree akan berdampak pada ketersediaan generasi penerusan yang cukup untuk membangun dan menjaga kemajuan bangsa? Oleh karna itu, dalam konteks permusyawaratan, mungkin perlu ada dialog tentang bagaimana kebebasan individu bisa selaras dengan kepentingan bersama.
5)Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia : Gerakan childfree terebut dapat berhubungan dengan sila kelima jika dipandang dari segi kesejahteraan sosial dan keadilan. Pilihan untuk tidak memiliki anak bisa jadi merupakan Keputusan yang diambil untuk mempertimbangkan kualitas hidup, kesejateraan ekonomi, dan lingkungan Dari sudut pandangan ini, childfree dapat dilihat sebagai pilihan yang memperhatikan keberlanjutan dan kesejateraan sosial. Namun, pentingnya jugaa untuk menyeimbangkan hak individu dengan kewajiban sosial, seperti kontribusi terhadap populasi dan regenerasi bangsa. Pemerintah dan Masyarakat perlu memastikan bahwa keadilan sosial tetap terjaga, baik bagi mereka yang memilih untuk tidak memiliki anak maupun bagi generasi yang akan datang.
ADVERTISEMENT
Gerakan childfree dapat mempengaruhi penggeseran nilai Pancasila, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruhnya tergantung pada bagaimana masyrakat dan negara menanggapi keberagaman pilihan hidup ini. Jika dikelola dengan bijaksana Gerakan ini dapat memperkaya pemahaan kita tetang kebebasan individu, kemanusiaan, dan keadilan sosial. Namun, tantangannya adalah memastikan bahwa nilai – nilai kebersamaan, tanggung jawab sosial, dan keberlanjutan banagsa tetap terjaga. Dialog terbuka tentang pilihan hidup ini sanagaat penting untuk menjaga pribadi dan kepentingan bersama dalam konteks Pancasila.
Peran feminisme dalam mendukung hak dan kebebasan Wanita menentukan jalan hidupnya juga tidak bisa diabaikan. Perspetif feminis di Indonesia mendukung pilihan seorang Wanita untuk tidak memiliki anak sebagai bagian dari hak asasi Wanita. Hal ini memeberikan dukungan moral dan sosial bagi Wanita yang memilih childfree, membantu mengurangi stigma negative yang sering melekat pada Keputusan ini.
ADVERTISEMENT
Dampak jangka Panjang dari fenomena childfree terhadap strutur demografis dan sosial di Indonesia dapat menjadi sginifikan. Penurunan angka kelahiran dapat menyebabkan berkurangnya jumlah generasi muda di masa depan, yang pada gilirannya dapat memepengaruhi dinamika ekonomi dan sosial negara. Untuk mengatasi bahwa sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dan kompetensi yang memadai untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Mengatasi ketegangan antara kebebasan pribadi dan kewajiban sosial dalam gerakan childfree dapat ditemukan dengan mendekatkan perspektif Pancasila yang menghargai kebebasan individu sambil memperhatikan kontribusi sosial dan keadilan. Pendekatan yang mengutamakan dialog terbuka, kebijakan yang inklusif, dan pemahaman akan keragaman pilihan hidup akan memastikan bahwa baik mereka yang memilih memiliki anak maupun yang memilih childfree tetap dapat berkontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa. opini ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan pancasila dosen pengampu bapak Mawardi Nurullah
ADVERTISEMENT
Pinkan Latifah Arulin, Mahasiswa Universitas pamulang ilmu komunikasi (unpam)