Konten dari Pengguna

Perlawanan Rakyat di Sulawesi Tenggara pada Masa Revolusi Kemerdekaan

Pinky Nadya Ayu
Mahasiswi Sejarah Universitas Negeri Semarang
4 Juni 2022 7:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pinky Nadya Ayu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dokumen Sendiri
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumen Sendiri
ADVERTISEMENT
Tentara Australia mendarat di Kendari pada awal bulan november 1945 dari Makassar (Ujung Pandang) yang didudukinya sejak 23 September 1945 . Pada saat itu pemuda Sulawesi Tenggara dengan dasar berita melalui radio telah mengetahui bahwa belakang misi, Sekutu yang menang perang ikut suatu kekuatan yang ingin mengembalikan kekuasaan penjajah Belanda di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentunya bertentangan dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Rakyat Kolaka yang telah mengumumkan wilayahnya sebagai wilayah RI dengan sendirinya bersikap waspada terhadap kedatangan tentara Australia di Kendari. Demikian pula pemuda-pemuda Republikein di Kendari Muna dan Buton.
Pada hari pertama kedatangan Australia di Kendari, pemerintah NICA dengan segera direhabilitasi. Bekas-bekas KNIL di Kampung tahanan Wawotobi segera dipanggil dan dipersenjatai. Saat itu sebagian dari bekas tentara KNIL dipekerjakan oleh Jepang ditambang Nikel Pomalaa (Kolaka).
Dalam usaha untuk mengumpulkan bekas KNIL ini maka sepasukan tentara NICA sebagai tentara Sekutu menuju Kolaka dan Pomalaa untuk menjemput bekas tentara KNIL di daerah itu. Berita tentang kedatangan tentara NICA ini telah diterima oleh PRI Kolaka pada tanggal 16 november 1945 yang segera dicari kebenarannya.
ADVERTISEMENT
PRI Kolaka segera mengadakan rapat pimpinan dan memutuskan untuk mencegah kedatangan NICA memasuki wilayah Kolaka. Tetapi hal ini sudah tidak dapat dihindari sehingga pemuda Kolaka di bawah pimpinan Kepala Pemerintahan (Petor) Kolaka, Andi Kasim mengadakan persiapan.
Tanggal 19 November 1945 Andi Kasim dan seorang pimpinan PRI yaitu Tahrir menuju ke Pomalaa dan mengadakan pertemuan pada pagi sekali dengan para bekas KNIL di daerah itu. Tokoh-tokoh bekas KNIL ini adalah M. Josef, Sarilawang dan M. Billibao yang ketiganya menjadi pimpinan PKR yaitu Badan Kelaskaran dari PRJ Kolaka yang dibentuk pada 17 Oktober 1945.
Setelah dilakukan pertemuan tersebut, diputuskan untuk menghadang pasukan NICA di Kampung Baru, yaitu disuatu tempat 8 km dari Kolaka ke jurusan Kendari di mana terjadi simpang jalan menuju ke Pomalaa. Pemuda-pemuda yang sudah dilatih sudah disebarkan ke desa-desa.
ADVERTISEMENT
Pasukan PKR yang bersenjatakan tombak, parang, bambu runcing dan sebagainya diatur dalam steelling disepanjang jalan antara km 8 ke jurusan Wundulako. Tenaga yang dikerahkan diwaktu itu kurang lebih 1000 orang.
Untuk menghadapi kedatangan NICA oleh Kepala Pemerintah Kolaka Andi Kasim dan Pimpinan PRl/PKR Kolaka (Thahrir, Ch. Pingak, H. Abd . Wahid Rahim, Andi Punna dan J.M. Ohijver) diputuskan untuk menempuh dua cara yaitu berunding atau bertempur.
Ternyata setelah tentara NICA berunding dengan Andi Kasim yang disaksikan oleh Abu Baeda dan beberapa kawan semua persyaratan tidak dapat dipenuhi, mereka bersikeras untuk terus ke Pomalaa. Sementara tentara NICA sebagai tentara sekutu menuju ke Pomalaa, pasukan PKR Kolaka di Kampung Baru mengatur siasat penyergapan.
ADVERTISEMENT
Pimpinan atau Komando pertempuran diserahkan pada H. Abd. Wahid. Rupanya NICA juga merasa waswas, sehingga mereka meminta bantuan satu truk tentara Jepang untuk menyertainya kembali ke Kendari.
Namun mereka tidak menduga sama sekali bahwa rakyat Kolaka dengan senjata yang sederhana akan menggempur mereka dengan tiba-tiba. Salah duga yang mendatangkan kelengahan ini berakibat fatal bagi Letnan J. Boon dan pasukannya.
Setiba mereka di kilometer 8 Kampung Baru dengan tiba-tiba mereka diserang oleh Pasukan PKR. Pasukan NICA kucar-kacir dan hampir tidak dapat membalas serangan PKR. Satu truk tentara Jepang yang menyertai mereka dengan segera menyerah pada PKR karena paniknya.
Tentara NICA yang selamat lari kocar-kacir kacir masuk hutan dan diburu oleh rakyat dan pemuda yang menambah kepanikan mereka. Letnan J. Boon dapat menyembunyikan diri dan setelah malam baru ia meloloskan diri, tetapi dua hari kemudian tertangkap oleh anggota PKR di Rate-Rate (sekitar 40 km dari Kolaka).
ADVERTISEMENT
Letnan J. Boon dan kawan-kawannya menjadi tawanan Pemerintah RI di Kolaka . Dalam usaha untuk melepaskan mereka maka pada 21 November 1945 satu delegasi . Jepang dari Kendari dengan memakai tanda Palang Merah dan bendera putih (tanda damai) datang menemui Pemerintah RI di Kolaka untuk meminta mayat korban pertempuran, tawanan dan semua alat dan perlengkapan. Permintaan ini tidak dikabulkan oleh Pemerintah RI di Kolaka.
Pada tanggal 26 November 1945, pemerintah Indonesia di Kolaka menerima telegram dari Makassar. Telegram tersebut datang dari Panglima Tertinggi Angkatan Darat Pendudukan Australia melalui Panglima Angkatan Darat Jepang di Pomala.
Kawat tersebut memberitakan bahwa tentara Australia akan datang ke Kolaka. Selepas itu, Pemerintah RI melakukan perundingan dengan pimpinan PRI/PKR Kolaka dan Luwu. Hasil dan persyaratan negosiasi segera dikirim ke Makassar melalui Jepang.
ADVERTISEMENT
Di Pomala. Persyaratan itu kemudian diterima dan ada jawaban bahwa pasukan Australia akan datang ke Pomala pada 19 Desember 1945 untuk berunding.
Syarat pertama disepakati dengan permintaan Australia untuk membebaskan tujuh pemuda Luwu yang saat itu menjadi tahanan Australia di Makassar. Delegasi pemerintah Australia setuju untuk memproses permintaan ini tetapi tidak memberikan kepastian tentang pembebasan dari penahanan.
Permintaan kedua menyangkut pengiriman 50 pucuk senjata api. Andi Kasim tidak tahu bahwa ada begitu banyak senjata, tetapi dia bersedia untuk melakukan pemeriksaan rumah demi rumah dalam upaya untuk menemukan senjata tersebut.
Australia rupanya mengetahui bahwa PRI Kolaka telah menenggelamkan dan mengambil kembali senjata Jepang yang ditenggelamkan di pelabuhan Pomala pada 10 September 1945. Permintaan ke-3 dan ke-4 sama sekali tidak digubris oleh delegasi Luwu/Kolaka karena yang disebut ekstremis adalah pejuang kemerdekaan, sedangkan tunduk pada Jepang merupakan penghinaan terhadap rakyat merdeka.
ADVERTISEMENT
Pada hari yang sama, Lt. J. Boon diserahkan kepada Angkatan Darat Australia, sedangkan tahanan lainnya diserahkan pada hari berikutnya. Dalam peristiwa ini tergambar perpaduan semangat dari pemerintahan setempat, pemuka masyarakat dan para pemuda untuk mempertahankan kemerdekaan .
Pertempuran 19 Nopember tidak dapat hanya dikatakan sebagai perlawanan dari anggota kelaskaran tetapi merupakan perang rakyat atas pimpinan Kepala Pemerintahan, walaupun peranan utama dilakukan oleh PRI dengan PKR. Akibat yang ditimbulkan oleh kedatangan tentara Australia di Pomalaa yaitu tindakan keras dan penghinaan yang dialami oleh Komandan tentara Jepang di daerah itu dari Komandan tentara Australia.
Referensi:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sejarah Masa Revolusi Fisik Daerah Sulawesi Tenggara
Dg. Mattata, H.M. . Luwu dalam
ADVERTISEMENT