Konten dari Pengguna

Perempuan Terpaksa Bekerja Demi Memenuhi Perekonomian Keluarga

Pintania Fauziah
Daily activities
1 Oktober 2022 11:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pintania Fauziah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Istockphoto. Konsep Perempuan Membantu Perekonomian Keluarga
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Istockphoto. Konsep Perempuan Membantu Perekonomian Keluarga
ADVERTISEMENT
Di suatu kelompok masyarakat, membagi peran antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga dengan berdasarkan gender. Salah satunya identitas yang selalu melekat pada karakteristik dari laki-laki dan perempuan berdasarkan suatu nilai tradisi yang masih berpegang teguh pada suatu kebudayaan dari masing-masing gender. Seperti perempuan harus lemah lembut, penurut, dan dianggap tidak berdaya dalam melakukan suatu aktivitas. Sedangkan laki-laki dituntut untuk menjadi pekerja keras, tegas, kuat, dan tidak mudah menyerah.
ADVERTISEMENT
Hal itu menjadi bagian dari suatu kebudayaan yang memang diterapkan dalam peran sosial, yang dimana laki-laki bekerja di luar rumah dan perempuan hanya berperan di dalam rumah. Seperti mencuci baju, membersihkan rumah, dan memasak. Hal ini, berdampak kepada ketidakadilan untuk perempuan karena dapat menimbulkan ketidaksetaraan. Yang dimana perempuan selayaknya bisa bekerja dengan membantu perekonomian keluarga masing-masing, bahkan tak jarang dalam pemikiran di sebuah keluarga, orang tua yang tidak ingin menyekolahkan anak perempuan nya setinggi mungkin, karena dampak nya ketika menikah hanya akan bertemu dengan rumah dan dapur.
Namun, seiring berkembangnya zaman. Banyak perempuan ketika menikah atau menjadi anak pertama dalam sebuah keluarga, mereka terpaksa bekerja di luar rumah, mereka juga masih terbebani walaupun sudah mendapatkan kesetaraan baik dari waktu dan gaji yang diperoleh dengan tujuan untuk membantu peran suami dan keperluan keluarga seperti membiayai adik-adiknya serta kebutuhan hidup sehari-hari disebut sebagai tulang punggung keluarga. Dapat dilihat bahwa semacam pekerjaan yang diterima perempuan sudah menjadi alasan bahwa perempuan multitalenta yang dapat bekerja di dalam atau di luar rumah. Tetapi banyak laki-laki yang berpikir bahwa karakteristik perempuan seharusnya ada di dalam rumah dan bertanggung jawab atas tugas-tugas di rumah. Banyaknya faktor yang membuat perempuan menggantikan seorang laki-laki dan ayah, dengan tujuan untuk mencari nafkah bagi keluarga mereka.
ADVERTISEMENT
Perempuan dalam dunia pekerjaan, tanpa disadari banyak berkontribusi segala hal di dalam dunia kerja yang besar terhadap kesejahteraan keluarga, terutama pada bidang ekonomi. Mungkin sudah dijelaskan, mengapa perempuan memilih bekerja di luar rumah untuk membantu perekonomian keluarga. Karena memang kebutuhan harus terpenuhi dari mulai bahan pangan, pakaian, dan kebutuhan anak. Jika dilihat, banyak perempuan yang hanya menengadah kepada suaminya, mengharapkan gaji pada setiap bulan. Namun, yang ada hanyalah sesuatu yang tidak pasti. Tanpa disadari hal itu berdampak kepada hubungan mereka, bisa jadi selalu bertengkar dengan alasan minimnya perekonomian, sedangkan banyaknya kebutuhan memang sudah wajib ada di setiap bulan nya.
Seorang suami sudah pasti merasa terbebani serta tanggung jawab yang dipikul nya, memang seharusnya peran seorang suaminyang mampu menafkahi, bukan malah kehilangan akal dan merasa bahwa perempuan juga harus merasakan seperti yang dirasakan oleh laki-laki. Keadaan yang seperti itu, tentunya membuat para perempuan memiliki dua peran yaitu peran domestik yang bertugas mengurus rumah tangga dan peran publik yang bertugas di luar rumah dengan bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari agar dapat terpenuhi dengan baik. Jika diambil dari sudut pandang bagi keluarga yang berada di kalangan bawah bahkan minim sekali untuk perekonomian keluarga, misalnya keterlibatan semua anggota keluarga yang turut membantu ke dalam dunia kerja baik laki-laki dan perempuan.
ADVERTISEMENT
Namun, jika dilihat banyaknya kasus pernikahan dini yang meningkat, Karena, terlibat bahwa suatu pernikahan dianggap hanya sebagai kebahagiaan saja, tidak melihat jika dalam menjalani hubungan, keduanya mengalami keretakan dan tidak mampu bersatu kembali. Sehingga, ketika mereka di timpa masalah dalam suatu perekonomian mereka, justru terlibatnya tindakan kekerasan dalam rumah tangga, perceraian, bahkan bisa saja bunuh diri. Dari banyaknya kejadian-kejadian yang sering terjadi, dapat disimpulkan bahwa mereka yang melakukan tindakan kekerasan terhadap perempuan, dan melakukan tindakan kriminal dengan cara bunuh diri bahwa mereka ingin hidup bebas dan tidak ingin menanggung semua beban yang tidak tercukupi itu.
Perempuan bisa mengambil langkah yang cukup jauh bahkan bisa memprediksi dirinya untuk bisa memposisikan diri dengan membantu ekonomi keluarga, tetapi tidak dengan laki-laki yang hanya berpikir bahwa apa yang dilakukan perempuan salah dan tidak pantas perempuan memegang alih peran laki-laki. Lantas, bagaimana kehidupan tanpa adanya seorang perempuan yang membantu meningkatkan penghasilan. Apakah akan berjalan sesuai dengan pandangan laki-laki. Dari banyaknya faktor yang terjadi, khususnya seperti kasus keluarga di kalangan bawah yang dapat mengakhiri hidupnya dengan alasan minimnya ekonomi, mungkin sudah tidak asing lagi untuk diterima di telinga kita. Padahal jika dibicarakan dengan baik, bisa saja perempuan turut membantu dan sama-sama memiliki pandangan untuk hidup sekaligus menambah penghasilan keluarga dengan meningkatkan kualitas gizi untuk seluruh anggota keluarga. Hal tersebut dapat dilakukan dengan sadar, bahwa yang dilakukan sebagai perempuan bukan hanya sebagai tulang punggung keluarga tetapi sebagai pemenuhan kebutuhan agar bisa hidup lebih baik.
ADVERTISEMENT
Kembali lagi kepada peran gender, yang seharusnya melaksanakan peran tersebut adalah laki-laki, namun hal yang perlu dibenarkan bahwa perempuan berhak mendapatkan pekerjaan yang layak untuk anak dan keluarganya ketika mereka bekerja. Sebenarnya memang perempuan yang bisa mendominasi adanya pekerjaan yang diterima, karena apa yang mereka lakukan selalu produktif. Misalnya terjadi pada perempuan yang telah ditinggal oleh suaminya seumur hidup. Demi hidupnya terpenuhi, ia terpaksa bekerja dengan upah yang minim dan selalu melakukan pekerjaan tersebut dengan produktif, tujuannya demi anak-anaknya bisa hidup dan sekolah hingga tamat. Dapat diketahui disini, bahwa yang sebenarnya berperan lebih banyak adalah seorang ibu yang ingin tetap bertahan hidup demi melihat anak-anaknya bahagia tanpa harus tahu apa yang dialami selama seorang ibu bekerja.
ADVERTISEMENT
Secara tidak sadar, banyaknya kasus yang terjadi selama pandemi covid-19. Hampir seluruh perempuan yang berperan untuk membantu mencari nafkah untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari. Salah satunya seorang suami yang tidak sama sekali bekerja dengan alasan di PHK, lalu membiarkan istri dengan bekerja berjualan di rumah sekaligus melakukan pekerjaan rumah. Menurut peran gender, suami yang seharusnya dapat memberi nafkah, mengayomi, dan menjadi pemimpin untuk anak dan istrinya. Lalu realitanya, seorang suami sama sekali tidak berkontribusi dan berpikir penuh terhadap kondisi yang dialami di keluarga mereka.
Sehingga secara garis besar, perempuan lah yang menjadi tulang punggung keluarga. Karena, mereka menghidupi semua anggota keluarga nya dengan sendirian. Jika kita lihat dari sudut pandang anak perempuan pertama, tidak jauh beda dengan apa yang dialami oleh seorang istri yang menghidupi seluruh anggota keluarganya termasuk suami. Bukannya terpaksa, namun garis kehidupan yang memang sudah menentukan jalan bagi setiap manusia. Tetapi, pada dasarnya ketika sudah dijalani semua bisa berjalan dengan baik. Orang tua mana yang tega membiarkan anak perempuan pertama yang menjadikan anak tersebut sebagai tulang punggung keluarga, kalau bukan untuk membantu perekonomian keluarganya. Menyesal, sudah pasti dirasakan orang tua, terutama seorang ibu. Namun, kembali lagi kepada diri sendiri ingin lebih baik atau tidak. Mungkin jika tidak dan menyerah bisa saja tanpa berpikir panjang mereka melakukan tindakan kriminal.
ADVERTISEMENT
Tetapi sejauh ini, banyak perempuan yang tidak mengeluh dalam bekerja bahkan dirinya merasa senang dapat membantu orang tuanya untuk memenuhi dan memperbaiki perekonomian keluarga. Bahkan anak perempuan pertama jauh lebih kuat dan terbiasa melakukan apa yang dilakukan peran laki-laki. Bukan tentang diskriminasi dalam gender, tetapi memang perempuan berhak menjalankan apa yang seharusnya mereka lakukan terutama dalam bekerja dan melakukan yang terbaik untuk keluarganya.