Si Sulung Yang Tamak

Pintania Fauziah
Mahasiswi Sasindo Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
11 November 2023 19:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pintania Fauziah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Keretakan dalam Keluarga. Sumber: Istock.
zoom-in-whitePerbesar
Keretakan dalam Keluarga. Sumber: Istock.
Keserakahan. Sumber: IStock
zoom-in-whitePerbesar
Keserakahan. Sumber: IStock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di malam hari, dinginnya sebuah kota yang menyelimuti salah satu rumah yang saat ini sedang beradu argumen. Mereka sama-sama ingin mendapatkan harta warisan dari orang tuanya yang kini sudah tiada. Pasalnya, salah sebagian rumah yang ditempatinya itu merupakan milik adik-adiknya juga. Seorang Kakak yang ingin menang sendiri tidak memikirkan adik-adiknya yang juga butuh tempat tinggal layak.
ADVERTISEMENT
“Sudah, kalau kamu menikah kamu boleh tempati kamar ini ” celoteh si Kakak pertamanya yang paling rakus akan harta.
“Yaudah, intinya kita tidak perlu lagi bermusuhan... tidak enak juga ribut bersama keluarga, malu juga nanti kita dijadikan bahan gosip" ucap adik perempuan pertamanya, Yani.
“Pokoknya kalian kalau mau tinggal di sini bebas, yang penting aku mau ini hak milikku dari, Mak.” ucapnya dengan menyebut almarhumah Ibu nya.
Kemudian, adik perempuannya menggelar pernikahan. Kakaknya yang sangat tamak itu sudah menyusun strategi untuk bisa mengelabui adiknya yang baru saja menikah.
“Kak, aku numpang tidur ya, lelah sekali rasanya seharian menjadi pajangan di atas pelaminan" ucap Yani dengan nada memelas dan kecapekan.
“Enak saja kamu, tidak bisa, ini ku buatkan kamar bukan untukmu, tapi anakku Tya dan Jaya" ucapnya dengan nada sombong dengan mata mendelik.
ADVERTISEMENT
“Tapi kak, kamu sudah berjanji waktu sebelum aku menikah akan memberikan aku tempat tinggal di rumah ini bersama suamiku, jika kami berdua punya rumah barulah kami pindah" ucap Yani yang penuh dengan rasa khawatir.
“Aku tegaskan sekali lagi ya, ini rumahku yang berkuasa di sini ya aku, kamu dan Yeni itu cuma aku berikan sebagai tumpangan... aku berharap kalian secepatnya keluar dari rumah ini" ucap Yesi dengan penuh keserakahan.
Kami adalah tiga saudara diantaranya, Yesi adalah kakak perempuan pertama, Yani adik perempuan yang pertama dan Yeni adik perempuan terakhir. Kami hidup dari keluarga yang terbilang layak, memiliki tanah berhektar-hektar hingga akhirnya tanah warisan dari orang tua kami dijual sedikit demi sedikit hingga habis tak tersisa. Itulah akibatnya Yesi selalu ingin menang sendiri dan menikmati warisan yang berupa aset tanah dan rumah itu sendiri.
ADVERTISEMENT
“Kak Yesi, sekali lagi aku mohon sesuai dengan kesepakatan kita di awal untuk berikan aku tempat tinggal" ucap Yani dengan nada lemah.
“Heh.. sudah aku bilang beberapa kali untuk tidak memohon seperti ini kepadaku, sekali aku bilang tidak ya tidak, mau kamu sampai mati pun tidak akan bisa meluluhkan hati ku untuk memberikan kamu tinggal bersama ku. Ingat ya kamu itu sudah nikah, harusnya kamu itu mandiri tahu, sanalah sama suamimu.. makanya cari suami itu jangan yang miskin Yaniiii...” ucapnya dengan wajah memerah sambil membuang kulit kacang di hadapan Yani.
Setahun yang lalu, Yani kembali ke rumah kakaknya untuk mengumumkan kabar gembira kepada kakak dan adiknya bahwa dia mengandung anak pertamanya, dengan langkah yang tergesa-gesa menuju rumah kakaknya itu bersama suaminya, Rio.
ADVERTISEMENT
“KAKKK YESIIIIII, YENIIIIII.... aku datang bawa kabar gembira untuk kalian semua" teriak Yani dengan semangat dan berlari ke dalam diikuti oleh gerakan suaminya berjalan dibelakangnya.
“Ada apa ini, siang bolong begini kamu teriak-teriak macam orang kesurupan, ada urusan apa kamu kemari? Kemana saja kamu sudah lupa sama kakak mu ini, tiba-tiba datang dengan nada orang sinting" ucapnya kesal dan matanya memandang keluar halaman rumah.
“Maaf kak, sebelumnya jika aku tak pernah lagi datang ke rumah, semenjak Kakak menyuruhku hidup mandiri dan tidak menumpang dengan Kakak. Kami terpaksa mengontrak dan biaya kontrakan itu tidak murah, uang gaji Mas Rio tidak cukup memenuhi kebutuhan kami.. makanya aku juga bekerja ART di rumah Bu Broto tetangga sebelah rumahku" ucap Yani menghela nafas sebentar lalu meneruskan kata-katanya kembali.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya kedatangan aku kesini, untuk memberitahu kalian bahwa aku tengah mengandung anak pertamaku yang baru berusia tiga minggu. Di mana Yeni kak, aku ingin memberitahunya" ucapnya dengan sumringah.
“Alah, alasan kamu... kan aku sudah bilang dari awal kalau makan cinta saja itu tidak cukup, kedepannya kamu butuh duit kan, seorang istri itu harusnya di rumah apalagi sedang mengandung itu tidak baik untuk kandungan kamu" ucapnya dengan melirik sinis Rio.
“Yasudah Kak, jika Kakak terus-terusan menghina kami, aku pamit dulu Kak, semoga Kakak, Tya, Jaya, dan bang Eki sehat selalu, oh iya hampir lupa untuk Yeni berikan salam rinduku kepadanya ya, kak... bilang aku baru saja kesini untuk memberi tahu kabar gembira untuk keponakan barunya " ucap Yani dengan nada kesal di hadapan Yesi yang masih membuang mukanya untuk tidak melihatnya.
ADVERTISEMENT
Usia kandungan Yani sudah 9 bulan yang artinya sebentar lagi akan melahirkan, jenis kelamin anaknya pun sudah diketahui oleh mereka. Suaminya datang dengan membawa buah dan susu untuk istri tersayang.
“Ini, aku bawakan susu dan buah untukmu" ucap Rio menyodorkan sepiring buah apel dan susu untuk istrinya, lalu mengelus perut istrinya dengan lembut.
“ Terima kasih ya, Mas" ucap Yani dengan lembut dan merasa senang keluarga kecilnya tetap hidup harmonis.
“Mas, sebentar lagi aku akan melahirkan dan kita akan menjadi orang tua... aku ingin keluarga kita tetap harmonis ya, sampai akhir hayat" ucapnya dengan tulus dan memeluk suaminya.
Yani dan Rio sedang berbincang-bincang tentang keluarga kecilnya, lalu tiba-tiba saja ada seorang perempuan memanggil namanya dari luar rumah. Suaranya terdengar sangat kencang hingga Yani dan Rio buru-buru berlari menghampiri di mana asal suara itu.
ADVERTISEMENT
“ Kakkkk, Kak Yani.. Mas Rio...” ucap Perempuan itu yang ternyata adalah Yeni.
“ Yeni, ada apa kamu kemari? Tahu rumahku darimana dan mengapa kamu bisa sesedih ini Yan?” ucap Yani dengan menenangkan Adiknya itu.
“ Kak, Kak Yesi... Kak Yyee-Ssiii" ucapnya dengan lesu.
“Ada apa? Kenapa dengan Kak Yesi, Yen?” ucap Yani dengan bergetar tanpa disadari air matanya lolos begitu saja".
“Kak Yesi, Meninggal dunia kak.... setelah berbulan-bulan hanya bisa berbaring di tempat tidur.” Ucap Yeni dengan histeris.
“Sebaiknya kamu duduk dulu Yen, tidak enak di luar begini di dengar tetangga" ucap Rio dengan maksud menenangkan.
Setelah mereka bertiga duduk di dalam rumah, Lalu Yeni ditenangkan oleh Yani dan membiarkan Yeni bercerita dengan perasaan yang lebih tenang.
ADVERTISEMENT
“Kak, jadi begini ceritanya... sehabis kakak mengunjungi rumah kak Yesi, tiba-tiba Kak Yesi didatangi seorang pria yang mengaku jika Mas Eki terlilit hutang dan minta dibayar secepatnya hingga akhirnya kak Yesi dengan berani meludahi pria itu dan akhirnya ada percekcokan di antara mereka, malamnya sehabis pria itu datang kak Yesi tidak bisa bangun dari tempat tidurnya hingga berbulan-bulan sampai akhirnya ia meninggal dengan keadaan matanya tidak bisa ditutup dan membusuk kak" ucap Yeni dengan penuh rasa kasihan.
“ Meninggalnya hari ini kah? Lebih baik kita ke sana untuk ziarah dan menengok anak-anaknya Tya dan Jaya, bagaimana?” ucap Rio dengan lembut.
“Ttii-dakkk, tidak ada satu pun yang boleh melihat jenazahnya oleh Bang Eki dan sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Kak Yesi minta maaf kepada kak Yani dan mas Rio yang semasa hidupnya sering menyakiti hati kalian dengan perkataannya".
ADVERTISEMENT
“Sudah aku maafkan, ya sudah ayok tunggu apalagi kita ke rumah Kak Yesi untuk berziarah, tidak perlu takut dengan suaminya, sudah seharusnya kita sebagai Adik melihat wajah terakhir Kak Yesi.” hardik Rio dengan cepat menggiring Istri dan Adik iparnya keluar.