Pesona Pecel Lele di Tengah Gempuran Makanan Kekinian

Pipit NF
Mom of three. A persistence learner. A strong and adorable substance. A better half of a soulmate.
Konten dari Pengguna
4 April 2019 21:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pipit NF tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak penggunaan media sosial semakin marak, semakin mudah untuk membuat sesuatu menjadi viral dan kekinian. Makanan salah satunya. Sepanjang tahun 2017, terdapat banyak versi makanan kekinian yang melambung tinggi lantas hilang ditelan bumi.
ADVERTISEMENT
Warung depan rumah ayah saya menjadi saksi sejarah berkembangnya makanan kekinian di Indonesia. Warung tersebut pernah menjual sop duren, es kepal, salted egg chicken, sate taichan, donat mie goreng, thai tea, cappucino cincau, bakso beranak, nugget buah, sampai ayam geprek.
Salah satu makanan yang pernah viral, Donat Indomie (sumber: IG @donatindomie.id)
“Ya, yang masih bertahan hingga kini itu hanya es kepal. Itu pun sekarat, kadang buka kadang tutup sesuai mood penjualnya. Pengunjungnya juga dapat dihitung dengan jari," ujar ayah saya yang menghabiskan dirinya sebagai salah satu pengamat warung depan.
“Biasanya kalau ada makanan baru, orang sampai antre panjang, tapi ya paling lama tiga bulan udah sepi," tambahnya.
Di luar makanan-makanan viral tersebut, ada satu makanan yang mampu mengisi hati saya sejak pertama kali saya mencicipinya di tahun 2000-an. Bukan makanan yang viral, tapi mudah ditemui di mana-mana dan tentunya menjadi solusi makanan murah meriah kenyang yang selalu menemani hingga ke penghujung bulan.
ADVERTISEMENT
Yup, makanan itu adalah pecel lele atau pecak lele. Meskipun bukan barang baru pada tahun 2000-an tapi memang baru pada saat itulah saya benar-benar mencicipi pecel lele.
Seorang anak tampak sangat tertarik dengan sajian di warung pecel lele (sumber: IG @Beruangrakus)
Uniknya, tidak ada 'pecel' dalam pecel lele. Pecel atau sayur-sayuran rebus yang disiram dengan bumbu kacang memang bukan sebagaimana yang dimaksud dalam pecel lele. Lalu kenapa disebut pecel lele? Ternyata nama aslinya memang bukan pecel lele, tapi pecak lele. Entah kapan berkembang menjadi pecel lele.
Jangan juga mengerutkan alis, membayangkan makanan ini hanya tersedia di warung-warung tenda pinggir jalan ya. Pecel lele sudah masuk menjadi salah satu menu wajib di restoran-restoran masakan khas Indonesia. Bahkan salah satu restoran pecel lele ada yang sudah menembus pasar dunia, yaitu Pecel Lele Lela.
ADVERTISEMENT
Tapi bukan itu yang saya hendak bahas di sini. Saya hendak bahas warung-warung pecel lele yang berada di emper-emperan jalan, yang kalau sedang asyik makan harus siap-siap jika ada kucing melintas dan menggosokkan badannya di kaki kita.
Meskipun emperan, rasa menjadi sesuatu yang dicari banyak orang. Selain itu, lele merupakan salah satu ikan yang digemari masyarakat Indonesia karena memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, mudah didapat, mudah diolah, rasanya gurih, dan nikmat, serta harganya juga terjangkau.
Pnnjual menyiapkan berbagai pesanan pelanggannya (sumber: Dok. Pipit NF)
Warung pecel lele tidak hanya menyediakan sajian lele. Ada telur dadar, ayam, bahkan bebek dengan didampingi tahu dan tempe.
Berbagai satai seperti satai usus, kulit, hati ayam, dan ceker juga tersedia. Bahkan sekarang-sekarang ini saya menemukan petai ikut tergantung di warung pecel lele sebagai varian menu yang disajikan. Semua digoreng, mau kering hingga garing, terserah kita.
ADVERTISEMENT
Namun ada juga beberapa warung pecel lele yang menyediakan menu bakar. Sayur-sayurnya juga beragam. Ada lalapan seperti kol, kemangi, tomat, dan ketimun. Mentah atau goreng. Tinggal pesan sesuai selera dan juga menyesuaikan dengan kondisi kantong di penghujung bulan.
Ade, salah satu pengunjung setia warung pecel lele langganan saya mengamini hal tersebut.
“Tinggal pesan sesuai kondisi kantong, kalau lagi tebal saya suka pesan bebek. Kalau lagi tanggung bulan ya ayam atau lele,” ujarnya sambal tertawa.
Meskipun menu yang disajikan rata-rata sama, yang menjadi pembeda dari masing-masing warung pecel lele adalah sambalnya. Jujur, saya sendiri bukan penggemar sambal. Seumur hidup saya hanya makan sambal goreng teri buatan mama saya. Itupun karena lebih banyak teri daripada sambalnya itu. Tapi sambal pecel lele adalah satu-satunya sambal lain yang bisa saya nikmati.
Perbandingan cobek dengan tangan si penjual. Sambal dibuat fresh sebelum disajikan (sumber: Dok. Pipit NF)
Tidak sembarangan tentunya. Dari beberapa warung pecel lele, hanya tiga yang berhasil membuat saya tertambat sampai dengan saat ini. Salah satunya adalah warung pecel lele di Simpang Dago. Tempat pertama kali saya mencicipi sambal pecel lele di tahun 2000-an.
ADVERTISEMENT
Dua lainnya adalah di warung pecel lele dekat rumah. Sayang salah satu warung pecel lele dekat rumah kini tidak diketahui keberadaannya karena tempatnya berjualan sudah digusur dan digantikan dengan ruko. Daging lele yang lembut dipadu dengan bumbu sambal yang nikmat memang menjadikan olahan pecel lele menjadi sesuatu yang sangat saya nantikan.
Kalau pada bulan Maret 2019 lalu kamu membaca salah satu berita yang viral mengenai tukang pecel lele yang babak belur dipukuli oleh pelanggannya karena tidak sabar atas pelayanan warung tersebut? Di warung pecel lele memang salah satu tempat saya berlatih kesabaran.
Bagaimana tidak, minimal satu jam biasanya kami mengantre untuk dapat menikmati sajian nikmat pecel lele tersebut. Tergantung jumlah antrean ojek online dan antrean tempat duduk.
ADVERTISEMENT
Kadang kami memutuskan untuk mengalah dan pulang daripada emosi karena mengantre dalam keadaan lapar. Meskipun dalam perjalanan ada perasaan menyesal karena tidak mau mengantre.
Pengunjung setia menanti pesanannya (sumber: Dok. Pipit NF)
Lebay? Enggak juga. Lapar, iya. Apakah antrean itu disebabkan karena kurangnya pelayan? Hmmm, dua buah kuali besar mampu menampung lele dalam jumlah banyak sekali goreng. Tempatnya kecil? Kapasitas tempat duduk di warung tersebut kira-kira 50 orang sekali makan. Itu pun masih ditambah dengan tempat-tempat duduk lesehan.
Fenomena antrenya warung pecel lele juga pernah viral pada tahun 2018. Saat itu, warung pecel lele di daerah Jatinegara sempat menjadi pembicaraan karena tetap ramai di tengah banjir. Mereka yang antre kebanyakan adalah pelanggan tetap warung pecel lele tersebut. Lainnya adalah yang lapar setelah menerjang banjir. Beberapa pelanggan yang diwawancarai menyampaikan bahwa mereka tetap datang ke warung tersebut karena pecel lele di warung tersebut adalah yang terenak.
Warung pecel lele yang viral karena tetap ramai disaat banjir tahun 2018 (sumber: twitter TMC Polda Metro Jaya)
Kembali ke warung pecel lele dekat rumah, antrenya warung tersebut bukan berarti warung itu adalah satu-satunya warung pecel lele di dekat rumah. Terdapat banyak warung pecel lele menjamur di sekitar tempat saya tinggal. Tapi kunci sukses bertahannya warung pecel lele dan menggaet begitu banyak pelanggan adalah karena rasa masakan dan sambalnya yang memang konsisten enak pake banget.
ADVERTISEMENT
Pokoknya, bagi saya pecel lele tidak akan tergantikan oleh makanan kekinian apapun yang sedang viral deh. Bagaimana dengan kamu?
Warung pecel lele yang viral di daerah Jatinegara Foto: Marissa Krestianti/kumparan