Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Suatu Maret di Norwegia
12 Maret 2019 23:40 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Pipit NF tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menjadi seorang diplomat, kami mendapat keberuntungan untuk berkunjung ke banyak negara meskipun kadang harus pandai mencari waktu di sela pertemuan agar bisa sekadar membeli buah tangan bagi yang terkasih.
ADVERTISEMENT
Bulan Maret 2018 yang lalu, saya dan kolega berkesempatan untuk mengikuti pertemuan Women Mediator Network di Norwegia. Ini pertama kalinya saya mengunjungi negara empat musim saat salju masih turun.
Oslo di bulan Maret disebutkan sudah memasuki musim semi. Namun demikian, dengan suhu paling tinggi 10 derajat celcius dan paling rendah sekitar minus 6 derajat celcius, saya tetap membekali diri dengan long john (pakaian dalam khusus musim dingin), mantel, sarung tangan serta topi rajut. Tidak lupa pula berbekal berbagai minyak penghangat tubuh.
Kami berangkat menggunakan Thai Airways dengan satu kali transit di Bangkok dan tiba di bandar udara Gardermoen, Oslo, pada siang keesokan harinya. Total perjalanan kami tempuh dalam waktu sekitar 18 jam.
ADVERTISEMENT
Kami dijemput oleh pihak KBRI Oslo menuju kawasan Asker, sekitar 69 km dari bandara. Selama perjalanan yang ditempuh selama satu jam tersebut, kami disuguhi pemandangan serba putih karena salju baru saja turun malam sebelumnya. Perjalanan kami tempuh dengan khidmat, tidak ada kemacetan, tidak ada suara klakson, hanya putih salju yang terhampar dihadapan kami.
Selama tiga hari pertemuan, kami tinggal di Holmen Fjordhotel di wilayah Nesbru, Asker yang dikenal dengan spa dan resortnya. Hotel tersebut dikelilingi oleh pantai dan area hiking yang sayang sekali tidak sempat kami telusuri karena salju yang sangat tebal di area ini. Hotel yang terletak di pinggir fjord ini terasa sangat damai dengan deburan ombak yang tidak terlalu kencang karena sebagian permukaan laut tertutup salju tipis.
ADVERTISEMENT
Norwegia sendiri dikenal dengan begitu banyak fjord, yakni suatu inlet laut yang panjang, sempit dan berada di antara tebing-tebing tinggi yang dibentuk oleh lembah yang tertutup gletser. Terdapat sekitar 1.000 fjord di seluruh Norwegia, dengan 10 di antaranya secara reguler dikunjungi oleh kapal pesiar.
Pada hari keempat, kami mendapat kesempatan satu hari kosong sebelum kembali ke Indonesia pada malam harinya. Kesempatan tersebut segera kami manfaatkan untuk mengunjungi tempat-tempat tujuan wisata di Oslo.
Frogner Park atau Vigeland Sculpture Park
Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Frogner Park atau yang juga dikenal dengan sebutan Vigeland Sculpture Park. Taman yang dibangun pada tahun 1939 – 1949 ini menjadi salah satu tujuan wisata utama di Oslo. Taman tersebut diantaranya terkenal dengan sekitar 212 patung perunggu dan granit karya Gustav Vigeland. Tidak ada biaya masuk ke taman ini.
ADVERTISEMENT
Vigeland merupakan salah satu seniman terbaik asal Norwegia yang hidup pada tahun 1869 – 1943. Salah satu patung karyanya yang sangat terkenal adalah the Wheel of Life, the Monolith dan the Angry Boy. The Wheel of Life merupakan simbol keabadian dan melambangkan perjalanan manusia dari sejak lahir hingga ke liang kubur.
The Monolith merupakan patung yang terbuat dari 121 figur manusia yang menjulang setinggi 46 kaki atau sekitar 14 meter dan dibuat dari 1 granit utuh. Monolith melambangkan keinginan manusia untuk dekat dengan dunia spiritual.
Patung terkenal lainnya, yakni the Angry Boy menyimpan kisah tersendiri. Entah bagaimana awal berkembangnya, pengunjung mempercayai bahwa dengan menyentuh tangan the angry boy atau dalam Bahasa setempat dikenal dengan sebutan Sinnataggen, suatu saat mereka akan kembali lagi ke Oslo.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, tangan patung bayi telanjang yang sedang menunjukkan kemarahannya tersebut berubah warna menjadi keemasan yang kemudian memberikan julukan lain kepada patung tersebut yakni the golden hand. Pemerintah Norwegia sendiri sempat melapisi kembali tangan the angry boy dengan perunggu pada bulan Juni 2015 dan melarang pengunjung untuk menyentuh patung tersebut.
Namun hal tersebut tidak menyurutkan niat para pengunjung sehingga pada bulan Agustus 2015, tangan the angry boy telah kembali berubah warna menjadi keemasan.
The Royal Palace
Tempat berikutnya yang kami kunjungi adalah the Royal Palace. Norwegia merupakan negara kerajaan dengan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan. Royal Palace pertama kali dibangun pada awal abad ke-19 sebagai tempat kediaman Raja Charles III of Norway yang merupakan raja Norwegia dan Swedia pada masa tersebut. Istana tersebut masih menjadi tempat kediaman keluarga kerajaan Norwegia hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Royal Palace dibuka untuk umum pada musim panas. Pada tahun 2019 ini, Royal Palace akan dibuka untuk umum mulai tanggal 22 Juni hingga akhir Agustus dengan harga tiket 140 NOK bagi orang dewasa atau sekitar Rp 230 ribu. Sementara untuk anak-anak berusia 3 – 12 tahun, pelajar, serta manula, harga tiket yakni 110 NOK atau sekitar Rp 180 ribu.
Tempat-tempat lain disekitar Royal Palace yang dapat kita kunjungi antara lain Nobel Peace center, Oslo City Hall, Litteraturhuset (pusat kebudayaan), Museum Sejarah, Teater Nasional, Balai Kota, dan masih banyak lainnya. Karena keterbatasan waktu, kami hanya melalui tempat-tempat tersebut sambil berharap suatu saat dapat kembali mengunjungi tempat-tempat tersebut.
Oleh-oleh dan Cashless
ADVERTISEMENT
Sebelum kembali melanjutkan perjalanan, kami menyempatkan diri membeli oleh-oleh di toko-toko suvenir yang banyak tersebar di sekitar balai kota. Harga antara satu toko dengan toko lainnya tidak banyak berbeda, hanya jenis suvenir yang ditawarkan saja yang berbeda. Harga yang ditawarkan juga relatif murah.
Mata uang yang digunakan di Norwegia adalah Norwegian Krone atau NOK yang saat ini setara dengan sekitar Rp 1.600. Namun demikian, kita tidak perlu repot menukarkan mata uang setempat karena mereka juga menerima kartu debit dan kartu kredit.
Seluruh toko yang kami kunjungi sudah dilengkapi dengan mesin EDC sehingga kita tidak perlu lagi repot menukarkan uang. Norwegia memang merupakan salah satu negara yang menerapkan sistem cashless untuk pembayaran-pembayaran.
ADVERTISEMENT
Oslo Winter Park
Tujuan terakhir kami sebelum menuju bandara adalah Oslo Winter Park, sebab tidak lengkap rasanya jika kita tidak mencoba untuk bermain ski padahal sudah berada di Norwegia. Meskipun berukuran paling kecil dari beberapa resor ski lainnya, Oslo Winter Park tetap memberikan penawaran pengalaman bermain ski yang baik dengan jarak tempuh hanya 20 menit dari pusat kota.
Beberapa kegiatan besar juga telah dilaksanakan disini, antara lain X-Games, Olimpiade Pemuda, Piala Dunia snowboard dan arctic challenge.
Sayangnya dalam perjalanan ke sana, hujan salju turun lumayan lebat dan tidak disarankan untuk bermain ski pada saat tersebut. Akhirnya kami mengurungkan niat untuk bermain ski. Padahal, waktu yang tepat untuk bermain ski di Norwegia disarankan pada bulan Februari sampai dengan awal April, karena pada saat itu terdapat lebih banyak salju dibandingkan bulan Desember dan waktu siang hari yang lebih panjang.
ADVERTISEMENT
Mungkin lain waktu, di negara lainnya.