Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Berita Hoaks Menjamur : Maraknya Kampanye Hitam Menjelang Pemilu 2024
31 Desember 2023 16:34 WIB
Tulisan dari Sulthan Diego Alfantri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa waktu terakhir, kita menyaksikan peningkatan fenomena kampanye hitam yang semakin meluas di media sosial. Kampanye hitam sendiri merujuk pada kegiatan kampanye yang dilakukan dengan cara mencari dan memperbesar kelemahan lawan politik guna menjatuhkannya (Komisi Pemilihan Umum, 2022). Hasil survei yang dilakukan oleh Indo Barometer pada bulan September 2022 menunjukkan bahwa 68,9% dari responden menilai bahwa informasi palsu atau hoaks semakin banyak tersebar di media sosial, dibandingkan dengan periode sebelum masa kampanye Pemilu 2019 (Lazuardi, 2022).
ADVERTISEMENT
Maraknya kampanye hitam di media sosial membawa potensi risiko dalam memicu provokasi dan konflik. Sebagai contoh, peredaran hoaks mengenai pembunuhan enam anggota TNI dan penculikan anak untuk tujuan ritus sempat mencuat di media sosial dalam beberapa waktu lalu. Meskipun informasi tersebut telah dibantah oleh Kapolri dan Mensos, hoaks tersebut tetap menimbulkan ketegangan dan bahkan konfrontasi antar kelompok (Audrey, 2022).
Oleh karena itu, sangat penting bagi masyarakat untuk mengembangkan sikap bijak dalam menyikapi kampanye hitam guna menghindari terprovokasi dengan mudah. Dalam konteks ini, beberapa langkah bijak perlu diterapkan oleh individu untuk menghadapi serangan kampanye hitam dengan pemahaman dan respons yang cerdas.
Pengertian dan definisi Kampanye Hitam
Kampanye negatif atau yang lebih dikenal sebagai kampanye hitam dapat didefinisikan sebagai strategi kampanye yang dilakukan dengan cara mencari dan menyerang kelemahan pesaing politik, dengan tujuan menurunkan citra dan elektabilitasnya di mata publik agar tidak terpilih (Prihatini, 2019). Dalam pelaksanaannya, kampanye hitam seringkali melibatkan isu-isu pribadi, seperti masalah moral, kesehatan, atau kekayaan yang dipertanyakan legalitasnya, dan aspek-aspek lain yang bertujuan mengguncang reputasi lawan.
ADVERTISEMENT
Tujuan utama dari kampanye hitam adalah untuk menjatuhkan lawan politik dengan segala cara.
termasuk penggunaan dalih atau isu bohong yang dapat menyesatkan opini publik. Kampanye hitam cenderung hanya fokus pada menyerang kelemahan lawan sambil mencoba menutupi kelemahan diri sendiri agar mencuri perhatian publik (Pramudyani, 2017).
Di Indonesia, fenomena kampanye hitam sering kali muncul dalam konteks politik, seperti isu-isu kesehatan yang diarahkan kepada Jokowi selama Pilpres 2014, tudingan terhadap surat suara tercoblos pada Pilkada DKI 2017, hingga isu terkait pembunuhan anggota TNI di Papua. Sebagian besar dari isu-isu tersebut ternyata merupakan hoaks tanpa bukti yang bertujuan provokatif semata, menunjukkan bagaimana kampanye hitam dapat menjadi ancaman serius terhadap integritas dan ketertiban dalam berdemokrasi.
Alasan Mengapa Kampanye Hitam Menjadi Marak
Maraknya kampanye hitam dalam beberapa waktu terakhir dapat dijelaskan oleh beberapa faktor yang memperkuat praktik ini:
ADVERTISEMENT
Pertama, perkembangan media sosial menjadi salah satu pendorong utama.
Media sosial memberikan sarana yang sangat mudah untuk penyebaran berita bohong dan fitnah. Kemudahan siapa pun untuk memposting konten tanpa adanya filter, ditambah dengan algoritma media sosial yang cenderung mengutamakan konten yang dapat menjadi viral, semakin memperparah penyebaran informasi palsu (Wardhani, 2018).
Kedua, sulitnya pelacakan aktor intelektual di balik akun-akun palsu penyebar berita hoaks turut berperan dalam meningkatnya kampanye hitam.
Banyak pelaku kampanye hitam yang memanfaatkan anonimitas di dunia maya untuk menyembunyikan identitas asli mereka, sehingga sulit untuk melacak dan mengambil tindakan hukum terhadap mereka (Kusumadewi & Raharja, 2021).
Ketiga, kampanye hitam dianggap sebagai metode yang efektif untuk meningkatkan elektabilitas secara instan.
Serangan terhadap lawan politik cenderung mengalihkan perhatian publik dan dapat mengurangi dukungan terhadap lawan dengan cara yang bersifat negatif. Meskipun pada akhirnya, strategi ini dapat berbalik menyerang pelakunya sendiri, tetapi dampak sementara yang dihasilkan seringkali dianggap sebagai keuntungan yang cukup besar (Nugraheny, 2018).
ADVERTISEMENT
Cara Bijak Menghadapi Kampanye Hitam
Berikut ini beberapa cara bijak dalam menyikapi kampanye hitam agar tidak mudah terpancing dan terprovokasi:
Pertama, bijaklah dalam menanggapi informasi negatif di media sosial terkait tokoh publik.
Jangan percaya begitu saja tanpa verifikasi kebenaran informasi tersebut. Pastikan untuk mencari sumber lain yang kredibel, seperti media mainstream, sebelum mempercayai dan menyebarluaskan informasi yang rawan fitnah. Menahan diri dari memposting atau membagikan informasi yang belum terverifikasi merupakan langkah preventif agar tidak ikut terlibat dalam penyebaran berita palsu.
Kedua, jika menemukan akun media sosial yang menyebarkan konten fitnah dan provokatif, bijaksanalah untuk melaporkannya kepada pihak berwajib, seperti polisi.
Melalui pelaporan yang masif, peluang untuk tindakan penegakan hukum terhadap akun tersebut dapat meningkat. Meskipun pelaku kampanye hitam sering menggunakan akun anonim, melaporkan akun-akun tersebut tetap diperlukan sebagai langkah awal untuk memberantas penyebaran konten negatif.
Ketiga, memberikan respons positif dapat menjadi strategi untuk menangkal konten negatif.
Sebagai contoh, menyebarkan prestasi dan kebaikan yang pernah dilakukan oleh tokoh yang sedang diserang dapat mengimbangi dampak negatif kampanye hitam. Selain itu, bantah informasi hoaks dengan fakta yang benar dan jelaskan dengan baik agar orang lain tidak mudah terpengaruh oleh isu yang tidak benar.
ADVERTISEMENT
Keempat, peningkatan literasi dan kemampuan berpikir kritis sangat penting saat membaca informasi di media sosial.
Jangan mudah percaya pada berita sensasional atau yang memiliki unsur SARA tanpa melakukan cross-checking dari beberapa sumber terpercaya. Meningkatkan kesadaran akan penyebaran hoaks dan berita palsu dapat membantu masyarakat untuk lebih bijak dalam menyikapi informasi yang ditemui di dunia maya.
Maraknya kampanye hitam dalam lingkup media sosial disebabkan oleh keadaan yang sulit terkendali di platform tersebut, kesulitan dalam pelacakan pelaku, dan pandangan bahwa strategi ini efektif dalam menjatuhkan lawan politik secara cepat. Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa kampanye hitam cenderung bersifat kontraproduktif dan dapat berpotensi berbalik menyerang pelakunya di masa mendatang.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan tingkat literasi digital dan kemampuan berpikir kritis yang tinggi dari masyarakat. Mengembangkan kesadaran akan risiko informasi hoaks atau fitnah, serta kemampuan untuk melakukan verifikasi dan cross-checking terhadap informasi yang ditemui di media sosial, menjadi kunci dalam mengurangi dampak kampanye hitam.
ADVERTISEMENT
Selain itu, melaporkan akun pelaku kampanye hitam kepada pihak berwajib menjadi langkah penting untuk menciptakan efek jera. Dengan demikian, diharapkan bahwa kampanye hitam dan praktik politik kotor akan semakin berkurang di masa mendatang. Melalui peningkatan literasi, kesadaran masyarakat, dan tindakan penegakan hukum, diharapkan demokrasi dapat berkembang dalam suasana yang sehat dan beradab. Hal ini menjadi landasan untuk menciptakan masyarakat yang lebih cerdas dan tangguh dalam menghadapi tantangan dunia maya yang semakin kompleks.
Daftar Bacaan
Audrey, D. (2022, 07 September). Menguji kesantunan berdemokrasi. Kompas. https://kompas.id/baca/humaniora/2022/09/07/menguji-kesantunan-berdemokrasi/
Komisi Pemilihan Umum. (2022). Modul Kampanye Positif. https://kampanyepositif.kpu.go.id/modul-ajeg/modul_01.pdf
Kusumadewi, D., & Raharja, S. J. (2021). Literasi Media dan Hoaks di Era Media Baru. Jurnal Studi Komunikasi, 5(1), 175-190. https://doi.org/10.25139/jsk.v5i1.3797
ADVERTISEMENT
Lazuardi, L. (2022, September 30). Hasil Survei Indo Barometer soal Politik dan Isu Aktual September 2022. Kompas.com. https://nasional.kompas.com/read/2022/09/30/07300091/hasil-survei-indo-barometer-soal-politik-dan-isu-aktual-september-2022
Nugraheny, D. E. (2018). Kampanye negatif dan dampaknya terhadap demokratisasi. Jurnal Penelitian Politik, 15(1), 41-54. https://doi.org/10.14203/jpp.v15i1.486
Pramudyani, H. R. (2017). Kampanye Hitam (Black Campaign) Dalam Pemilihan Kepala Daerah. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan), 1(2). 129-140. https://doi.org/10.36312/jisip.v1i2.69
Prihatini, E. (2019). Fenomena kampanye hitam pada Pilkada Serentak 2015. Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(1), 27-44. https://doi.org/10.15575/cjik.v3i1.5762
Wardhani, D. K. (2018). Dampak media sosial terhadap perkembangan interaksi sosial remaja. Prosiding Hubungan Masyarakat, 4(2), 142-149. https://doi.org/10.24198/jhm.v4i2.18690