Konten dari Pengguna

Kaum Muda Harus Dilibatkan dalam Respons Kemanusiaan di Indonesia

Plan Indonesia
Plan International telah bekerja di Indonesia sejak 1969 dan resmi menjadi Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) pada tahun 2017. Kami bekerja untuk memperjuangkan pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan.
1 September 2023 11:35 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Plan Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Plan Indonesia Menggelar Pelatihan Fasilitator kepada Kaum Muda untuk Memberikan Layanan Dukungan Psikososial kepada teman sebaya dan anak-anak pasca bencana gempa Cianjur pada November 2022 (Foto: Yayasan Plan International Indonesia/Wahyu Fitriani)
zoom-in-whitePerbesar
Plan Indonesia Menggelar Pelatihan Fasilitator kepada Kaum Muda untuk Memberikan Layanan Dukungan Psikososial kepada teman sebaya dan anak-anak pasca bencana gempa Cianjur pada November 2022 (Foto: Yayasan Plan International Indonesia/Wahyu Fitriani)
ADVERTISEMENT
Indonesia adalah negara yang rawan bencana. Tidak hanya disebabkan oleh letak geografisnya yang berada di ring-of-fire yang menyebabkan tingginya aktivitas seismik atau gempa dan aktivitas vulkanik, tetapi juga karena faktor lainnya seperti urbanisasi yang cepat dan perubahan iklim. Berdasarkan Data Informasi Bencana Indonesia yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dalam lima tahun terakhir (2018 – 2023), Indonesia sudah mengalami 13.176 bencana alam seperti gempa, gunung meletus, tsunami, longsor dan bencana lainnya termasuk pandemi COVID-19 yang berdampak pada lebih dari 14 juta orang.
ADVERTISEMENT
Bencana yang terjadi turut berdampak pada kelompok rentan, utamanya anak-anak dan kaum muda secara signifikan dari segi emosional maupun kesempatan mendapatkan bantuan. Dalam laporan ‘Let’s get back to our routine’: Listening to children who were affected by Central Sulawesi earthquake and tsunami yang diprakarsai oleh Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia), UNICEF, Wahana Visi Indonesia (WVI) and Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC) menemukan bahwa anak-anak merasa takut dan emosional ketika gempa terjadi, namun mereka juga tidak tahu harus berbuat apa, mereka juga mengalami kekurangan makanan. Selain itu, kaum muda mendapatkan bantuan lebih sedikit dari penyintas lainnya.
Dampak psikologis juga mempengaruhi kesehatan mental, perilaku, emosi, kognisi, dan prestasi anak-anak dan kaum muda. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dalam studi kasusnya mengenai pelibatan anak muda dalam bencana juga menjelaskan dampak dari bencana menyebabkan kaum muda mengalami kesulitan berkonsentrasi, belajar, atau mengingat informasi.
ADVERTISEMENT
Menakar Keterlibatan Kaum Muda dalam Respons Kemanusiaan
Walaupun menjadi kelompok yang rentan, survei yang dilakukan Plan Indonesia selama Juni 2023 terkait pelibatan kaum muda dalam respons kemanusiaan menggambarkan bahwa 65% dari 342 kaum muda di lima provinsi yakni Jawa Barat, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi Utara menyatakan pernah mengikuti kegiatan tanggap kemanusiaan. Secara umum, kaum muda berkontribusi pada kerja-kerja kemanusiaan sesuai dengan kapasitas mereka, seperti memberikan dukungan psikososial, membuat kelas alternatif untuk anak-anak, menggalang dana dan membantu dapur umum di kamp penyintas.
Sayangnya, dalam survei ini ditemukan bahwa peran kaum muda seringkali diabaikan oleh para ator kemanusiaan lainnya, terutama dalam pengambilan keputusan. Dinas Sosial dari lima lokasi survei menilai telah melibatkan kaum muda melalui Tagana (Taruna Siaga Bencana) dan Karang Taruna dalam penanggulangan bencana. Sedangkan kaum muda di luar kedua organisasi, belum banyak dilibatkan, sehingga pentingnya membuka peluang keterlibatan mereka dan penyampaian informasi secara baik. Umumnya kaum muda yang tidak tergabung dalam organisasi tersebut belum pernah mendapatkan pelatihan terkait penanggulangan bencana. Jika ada, pelatihan justru didapatkan setelah berinteraksi dengan lembaga kemanusiaan lainnya, pada saat atau setelah fase tanggap darurat berakhir.
ADVERTISEMENT
Padahal, melibatkan dan melakukan konsultasi dengan kaum muda sudah disyaratkan dalam upaya kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana pada panduan penyusunan dokumen rencana kontingensi bencana versi 5.0 yang dirilis oleh BNPB. Sayangnya, panduan ini belum disosialisasikan secara luas kepada pemerintah kabupaten atau provinsi.
Dalam survei Plan Indonesia juga ditemukan perspektif sisi pemerintah yang menganggap bahwa pelibatan kaum muda cukup pada tingkat konsultasi dan informasi saja, karena dianggap sesuai dengan kapasitasnya. Sementara untuk pengambilan keputusan bersama, kaum muda belum dinilai memiliki kapasitas. Sedangkan untuk menciptakan pelibatan kaum muda yang konkret mereka harus diberikan kapasitas dan ruang dalam pengambilan keputusan bersama dalam penanggulangan bencana.
Plan Indonesia melatih 30 kaum muda dari 5 kecamatan di Kabupaten Cianjur untuk menjadi fasilitator yang memberikan layanan psikososial pasca gempa Cianjur pada November 2022 (Foto: Yayasan Plan International Indonesia/Zuniatmi
Cara Melibatkan Kaum Muda dalam Respons
Upaya pelibatan kaum muda pada fase kesiapsiagaan penting untuk memastikan kaum muda dapat katalisator dalam memberikan edukasi mengenai kesiapsiagaan kepada teman sebaya dan meningkatkan kemampuannya dalam menghadapi situasi darurat. Minat kaum muda untuk terlibat dalam respons kemanusiaan sangat tinggi karena didorong oleh kepedulian dan kesadaran untuk menolong masyarakat terdampak. Potensi ini penting untuk tidak diabaikan oleh lembaga kemanusiaan baik dari unsur pemerintah maupun nonpemerintah.
ADVERTISEMENT
Keterbatasan sumber daya yang dimiliki pemerintah saat ini, mengakibatkan upaya penjangkauan kaum muda masih terbatas pada Karang Taruna dan Tagana.
Oleh karena itu, pemerintah diminta untuk memperluas target penjangkauan kaum muda yang berpotensi untuk terlibat dalam respons kemanusiaan ke komunitas kaum muda atau lembaga Pendidikan lainnya. Selain itu, sosialisasi mengenai upaya kesiapsiagaan bencana perlu diberikan kepada kaum muda sesuai dengan potensi risiko bencana dan peran yang dapat dilakukan dalam respons kemanusiaan. Tidak kalah pentingnya, pemerintah turut memberikan ruang keterwakilan kaum muda dalam proses pengambilan keputusan bersama dan menyusun regulasi terkait penanggulangan bencana.
Peran lembaga kemanusiaan nonpemerintah diharapkan dapat meningkatkan kapasitas kaum muda untuk mendukung respons kemanusiaan yang responsif gender melalui pelatihan Kesetaraan Gender dan Inklusi Sosial (GESI), memberikan kapasitas untuk melakukan dukungan pendidikan dalam situasi darurat, dukungan psikososial, dan distribusi logistik di situasi bencana kepada kaum muda. Lembaga kemanusiaan nonpemerintah juga bisa berperan dalam membangun jejaring kaum muda yang terlibat dalam respons kemanusiaan sebagai wadah komunikasi dan berbagi pengalaman.
ADVERTISEMENT
Pelibatan kaum muda dalam respons kemanusiaan dapat memberikan kontribusi positif dan inovatif dalam bergerak pada isu-isu kemanusiaan, seperti penggunaan teknologi, media sosial, dan kreativitas untuk meningkatkan kesadaran, penggalangan dana, advokasi, dan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bencana.
Contohnya, pada respons kemanusian awan panas guguran Gunung Semeru (2021) dan gempa Cianjur (2022), Plan Indonesia melibatkan kaum muda sebagai fasilitator untuk layanan dukungan psikososial dan mendukung proses distribusi bantuan pada beberapa titik pengungsian. Berdasarkan observasi diketahui bahwa jika melibatkan kaum muda, peserta anak dan remaja terlihat lebih nyaman difasilitasi oleh mereka, termasuk ketika distribusi peralatan kebersihan menstruasi. Penyintas remaja perempuan merasa lebih nyaman dan tidak merasa malu ketika mendapat distribusi dan penjelasan oleh sesama remaja perempuan.
ADVERTISEMENT
Sejalan dengan perayaan Hari Kemanusiaan Sedunia yang diperingati setiap tanggal 19 Agustus, tahun ini mengangkat tema #ApapunYangTerjadi (#NoMatterWhat) menjadi momentum yang baik untuk menunjukkan keterlibatan kita semua termasuk kaum muda, bahu membahu dengan komunitas yang kita layani, dengan siapa pun, di mana pun, dan apapun yang terjadi. Oleh karena itu, beberapa rekomendasi dari kajian ini akan sangat bermanfaat dalam upaya pelibatan kaum muda dan komunitasnya dalam kerja-kerja kemanusiaan di Indonesia ke depannya.
Penulis: Nasrus Syukroni, Emergency Response Specialist Plan Indonesia