Konten dari Pengguna

Sekolah Enuma: Platoh dan Permainan Pembelajaran Matematika!

Plan Indonesia
Plan International telah bekerja di Indonesia sejak 1969 dan resmi menjadi Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) pada tahun 2017. Kami bekerja untuk memperjuangkan pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan.
10 April 2025 13:11 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Plan Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sekolah Enuma: Platoh dan Permainan Pembelajaran Matematika!
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Nagekeo, 5 Februari 2025 – Pada satu kesempatan, kami mengunjungi salah satu sekolah dampingan Plan Indonesia untuk Program Sekolah Enuma di Nagekeo. Sekolah ini berada di atas perbukitan yang dikelilingi sabana kering. Dari jauh, sudah terlihat sekelompok anak usia sekolah dasar berkumpul di dalam salah satu pondok di halaman sekolah.
ADVERTISEMENT
Kami disambut oleh Igen (30), guru sekaligus operator Sekolah Enuma di sekolah tersebut. Dia memperkenalkan kami kepada Kepala Sekolah, Wali kelas yang bersangkutan, dan sekelompok murid yang sedang mengikuti Enuma.
“Jadi, untuk jam Enuma, anak-anak akan belajar di pondok ini. Seharusnya bisa menggunakan ruang kelas masing-masing, tetapi jika kita geser sedikit, sinyal sudah hilang,” ujar Igen.
Sebagian besar wilayah ini tidak memiliki jaringan internet. Pondok ini adalah titik yang paling kuat menerima sinyal 4G, sehingga aktivitas Sekolah Enuma harus dilakukan di sini.
Sekolah ini tidak terlalu jauh dari ibu kota kabupaten Nagekeo, kurang lebih 7 kilometer dari pemukiman terluar di Ibu Kota Kabupaten. Namun, hingga kini wilayah di sekitar sekolah ini masih merupakan blindspot area, yaitu area tanpa jaringan telepon dan internet.
ADVERTISEMENT
“Hambatan utama kami dalam pelaksanaan Sekolah Enuma ada di jaringan internet. Namun, kami tetap upayakan kelas ini berjalan, karena anak-anak sangat antusias dan berdampak baik pada peningkatan literasi dan numerasi mereka. Selain itu, dari Plan juga sudah membantu dengan Orbit, sehingga kami memasang perangkat Orbit di titik yang ada sinyal agar bisa digunakan hingga di pondok ini,” tegas Igen.
Perbincangan kami disela oleh suara salah seorang murid yang sedang asyik bermain dengan tabletnya. Anak itu nampak tertawa sambil mencoba mengulangi kalimat-kalimat bahasa Inggris yang ada dalam aplikasi Enuma. Beberapa murid yang lain sesekali tampak menghitung dengan jari-jarinya, menekan tablet, lalu bersorak kegirangan ketika pilihan mereka tepat. Sebagian lagi tampak begitu serius menatap tablet, menekan pilihan pada layar, dan dengan ekspresi yang sama melanjutkan tantangan berikutnya.
ADVERTISEMENT
Platoh: saya suka matematika!
Seusai kelas Enuma, kami berkesempatan mendengar cerita dari para murid. Salah seorang murid yang sepanjang kelas asyik dengan kalimat-kalimat bahasa Inggris maju pertama untuk bercerita.
“Saya Forti, umur 7 tahun. Di Enuma, saya suka bahasa Inggris karena bisa main game,” ungkapnya sambil tertawa.
Ada juga Reva (8) yang terlihat selalu serius dan fokus dengan tabletnya. Dia menyukai cara pembelajaran yang membuatnya tidak jenuh. Menurutnya, menjawab pertanyaan di aplikasi Enuma seperti bermain game. Dia tidak takut untuk mencoba, dan jika pilihannya kurang tepat, dia tidak ragu untuk mengulang hingga berhasil.
Cerita-cerita menarik mereka ditutup oleh seorang murid yang maju dengan penuh rasa percaya diri.
“Nama saya Platoh, saya berusia 9 tahun,” ungkapnya tersipu malu. Sejenak dia diam, berpikir, lalu melanjutkan kalimatnya,
ADVERTISEMENT
“Di Enuma, saya suka matematika. Saya suka karena bisa nonton video dan main game.”
Cerita mereka diperkuat oleh wali kelasnya, Ester (56). Menurutnya, tingkat partisipasi murid dalam kelas Enuma sangat tinggi. Murid-murid tidak hanya menunggu di ruang belajar, tetapi juga aktif mengingatkan guru menjelang waktu kegiatan Enuma tiba. Mereka juga sangat peduli terhadap keberlanjutan kelas ini, yang terlihat dari cara mereka merapikan perlengkapan Enuma setelah kegiatan.
“Terkadang, mereka juga masuk ke ruang guru untuk mengantar perlengkapan. Setelah melihat Pak Igen mengunci lemari, barulah mereka pulang. Namun, semua aktivitas mereka dengan perangkat Enuma tetap didampingi oleh saya, Pak Igen, dan dua teman pendamping lainnya untuk menjaga sarana ini agar tetap terawat dan bisa digunakan di masa mendatang,” tutur Ester.
ADVERTISEMENT
Disiplin waktu, responsif, dan inisiatif yang tinggi
Setelah bertemu dengan wali kelas dan para murid, Pak Igen lalu mengajak kami bertemu dengan Pelaksana Tugas Kepala Sekolah, Gita (42). Sebelumnya, dia merupakan wali kelas enam dan kini dipercayakan mengemban tugas sebagai Plt. Kepala Sekolah. Menurutnya, dampak dari Program Sekolah Enuma ini sangat terasa. Narasi pembelajaran dalam buku-buku pelajaran dikemas dalam bentuk video, gambar, dan permainan interaktif yang sederhana, sehingga mampu membantu pelajar memahami soal-soal dengan lebih baik.
“Dampak lain yang kami lihat langsung adalah kedisiplinan anak-anak dalam mengikuti Sekolah Enuma. Mereka sangat antusias dan tidak pernah terlambat jika sudah waktunya Enuma. Bahkan, jika ada guru pendamping yang berhalangan hadir, anak-anak akan inisiatif datang dan bertanya kepada guru, ‘Ibu, apakah hari ini kami tetap mengikuti Sekolah Enuma?’ Anak-anak sangat responsif dan memiliki inisiatif tinggi untuk bisa mengakses Sekolah Enuma,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Kolaborasi untuk kemajuan literasi dan numerasi di Nagekeo
Dilansir dari berita ANTARA, Kamis, 14 Maret 2023, Sekolah Enuma yang diselenggarakan dalam kemitraan strategis antara Plan Indonesia, The Head Foundation, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Nagekeo merupakan salah satu aktivitas kunci yang memberi kontribusi besar terhadap capaian literasi dan numerasi di Kabupaten Nagekeo tahun 2023.
Dinas Pendidikan Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, menyatakan bahwa Program Sekolah Enuma berkontribusi signifikan dalam meningkatkan capaian literasi dan numerasi di wilayah tersebut. Program ini merupakan hasil kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten Nagekeo, Plan Indonesia, The Head Foundation, dan Sekolah Enuma. Melalui aplikasi interaktif yang menyediakan permainan, buku, dan video edukatif, anak-anak usia lima hingga delapan tahun dapat belajar bahasa Indonesia, matematika, dan bahasa Inggris dengan lebih menyenangkan dan efektif.
ADVERTISEMENT
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Nagekeo, Venantius Minggu, program ini telah melampaui target literasi dan numerasi tahun 2024 yaitu 58,00 dan 41,79, dengan capaian literasi mencapai 60,88 dan numerasi 49,75. Ia juga menekankan bahwa metode pembelajaran berbasis teknologi ini selaras dengan kurikulum Merdeka Belajar dan mendapat respons positif dari anak-anak yang antusias menggunakan tablet dan aplikasi untuk meningkatkan pengetahuan mereka.
Selain itu, Venantius Minggu, yang ditemui seusai evaluasi Program Sekolah Enuma di Nagekeo, juga mengapresiasi semua pihak yang berkontribusi aktif dalam pencapaian ini.
“Dalam upaya peningkatan literasi dan numerasi di Kabupaten Nagekeo, pemerintah daerah didukung oleh mitra-mitra strategis yang berkontribusi besar dalam capaian ini salah satunya adalah Plan Indonesia. Kami sangat mengapresiasi kolaborasi ini, karena dengan kerja sama seperti ini, kita bisa mencapai tujuan bersama untuk meningkatkan literasi dan numerasi di kabupaten ini,” ujar Venan.
ADVERTISEMENT