3 Cara Menyelamatkan Franchise MonsterVerse

Konten Media Partner
8 Juni 2019 8:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Godzilla (Foto: Warner Bros)
zoom-in-whitePerbesar
Godzilla (Foto: Warner Bros)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Lima tahun sejak franchise ini dimulai dengan Godzilla yang lalu dilanjutkan dengan Kong: Skull Island. Walaupun pendapatan secara worldwide sangat besar, pendapatan domestik atau di Amerika Serikat sendiri mengalami penurunan dan tidak perform sama sekali sejak Godzilla.
ADVERTISEMENT
Sementara Godzilla dan Kong: Skull Island mendapatkan rating 'Fresh' dari Rotten Tomatoes, King of Monsters hanya sampai mendapatkan rating sekitar 40%.
Franchise ini mengalami penurunan secara rating dan pendapatan di setiap filmnya. Menyambut pertarungan epik untuk film selanjutnya, Godzilla vs. Kong, yang akan tayang pada Maret 2020, pihak studio harus berpikir keras agar film puncaknya tidak akan gagal seperti pendahulunya.
Berikut 3 cara bagaimana pihak studio mungkin bisa menyelamatkan franchise Godzilla:

Lebih peduli dengan manusia

Elle Brody (Foto: Warner Bros)
Benar, MonsterVerse memang berbicara tentang monster dan inti ceritanya selalu kembali pada pertarungan antar monster. Namun, jangan pernah lupakan peran manusia, karena latar tempat dari franchise ini masih di bumi.
Godzilla memiliki kesalahan fatal di mana sub-plot tentang manusianya (Brody dan Elle) sangatlah terkesan dibuat-buat karena sebuah tragedi saja. Sementara Serizawa, manusia yang mungkin menjadi jembatan di antara konflik antara monsters dengan para manusia malah tidak terlalu dikulik lebih dalam.
ADVERTISEMENT
Pada King of Monsters, mereka mulai membuat peran manusia lebih signifikan kembali. Sayangnya, kita tetap dibuat tidak peduli akan manusia, Monarch terkesan malah lebih fokus menyelesaikan perselisihan antar monsters daripada menyelamatkan para manusia di bumi yang dihancurkan oleh para monsters. Sehingga, kita menjadi tidak berempatik terhadap para manusia ketika para monsters menginjak-injak kota di bumi ini hingga rata.

Membuat pertarungan yang tidak gelap

Pertarungan monster antar monster nampak seperti mengikuti gaya Pacific Rim yang dibuat gelap. Memang akan lebih terkesan colossal, namun terkesan repetitif dan penonton tidak dapat melihat pertarungan tersebut dengan sangat baik. Sangat disayangkan jika pertarungan masif tersebut tidak dapat dilihat dengan sangat jelas oleh para penonton. Cuaca yang buruk, sudut pandang dari manusia yang tidak bisa apa-apa, dan gelapnya cahaya sangat menganggu penonton ketika ingin menyaksikan pertarungan mereka.
ADVERTISEMENT

Mencoba pendekatan metafora baru

Bom nuklir atom Hiroshima (Foto: Wikipedia)
Karakter Godzilla dibuat atas dasar nuclear paranoia, yang mana memberikan kepeduliaan terhadap bahaya nuklir terhadap manusia. Godzilla merupakan metafora bahwa manusia berusaha memperbaiki bumi dengan mengalahkan Godzilla, padahal Godzilla hanya ingin menguasai bumi yang sejak awal sudah menjadi miliknya dan dirusak oleh para manusia. Sementara MonsterVerse masih menggunakan pesan yang sama, sepertinya mereka bisa melakukan pendekatan metafora yang baru selain nuclear paranoia. Apalagi, sekarang kita sudah berada di era postmodern.
Penulis: Andri